Bruno Saltor, manajer interim Chelsea, mengemban tugas berat mengembalikan stabilitas Chelsea menyusul pemecatan Potter. Tugasnya tidak mudah karena telah dinanti Liverpool yang masih percaya dengan manajernya, Klopp.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Situasi di internal Chelsea sedang tidak stabil setelah gagal memetik kemenangan dalam dua laga terakhir. Mereka juga tengah dalam masa turbulensi menyusul pemecatan Manajer Graham Potter. Di tengah kekalutan itu, Chelsea berharap bisa memetik tuah manajer baru ketika menjamu Liverpool dalam lanjutan Liga Inggris di Stadion Stamford Bridge, London, Rabu (5/4/2023) pukul 02.00 WIB.
Potter membuat kesabaran pemilik Chelsea, Todd Boehly, habis menyusul kekalahan 0-2 dari Aston Villa, Sabtu (1/4/2023). Mantan manajer Brighton & Hove Albion itu dipecat pada Senin (3/4/2023) dini hari WIB. Potter hanya bertahan kurang dari tujuh bulan di klub berjuluk ”Si Biru” itu setelah ditunjuk menggantikan Thomas Tuchel pada 8 September 2022.
Chelsea asuhan Potter hanya 12 kali menang dari 31 laga yang dijalani sepanjang September 2022 hingga April 2023. Si Biru disingkirkan Manchester City di babak ketiga Piala FA dan Piala Liga. Di Liga Inggris, mereka juga terseok-seok, yaitu berada di peringkat ke-11.
”Chelsea FC telah mengumumkan bahwa Graham Potter telah meninggalkan klub. Graham telah setuju berkolaborasi dengan klub untuk memfasilitasi transisi yang mulus. Selama waktunya bersama klub, Graham telah membawa kami ke perempat final Liga Champions di mana kami akan menghadapi Real Madrid,” bunyi pernyataan resmi Chelsea.
Pemecatan Potter melanjutkan tradisi Chelsea saat masih dimiliki pengusaha asal Rusia, Roman Abramovich, yang terkenal senang menggonta-ganti manajer jika tidak puas dengan kinerjanya. Persoalannya, pemecatan Potter terjadi di saat kompetisi sudah memasuki tahap akhir. Apalagi, Chelsea akan mengemban tugas berat, yaitu menjamu Liverpool. Petinggi Chelsea telah memutuskan untuk menunjuk Bruno Saltor sebagai manajer interim.
Saltor merupakan asisten Potter yang dibawanya dari Brighton. Sebelum memulai karier kepelatihan pada 2019, Saltor aktif bermain untuk Brighton sejak 2012. Saltor belum berpengalaman menjadi manajer ataupun pelatih kepala. Maka, pekerjaan berat akan menantinya saat memimpin Chelsea menghadapi Liverpool.
Fenomena manajerbaru
Walaupun masih hijau, kans Saltor meraih sukses bersama Chelsea bukanlah nol, apalagi di Liga Inggris terdapat fenomena lecutan manajer baru. Di liga itu, ada kelaziman bahwa prestasi klub bakal melesat seiring pergantian manajer.
Bersama para penggemar kami yang luar biasa, kami semua akan mendukung Bruno (Saltor) dan fokus pada sisa musim ini.
Menurut data, sejak musim 2017-2018, ada 26 pergantian manajer dalam empat musim penuh di Liga Inggris. Dari 26 pergantian tersebut, 20 manajer baru di antaranya rata-rata mencetak lebih banyak poin per laga dibandingkan pendahulunya dalam lima laga pertamanya sebagai manajer.
Ole Gunnar Solskjaer adalah salah satu contohnya. Ia menggantikan Jose Mourinho di Manchester United pada 2018. Dalam laga pertamanya, MU mengalahkan Cardiff City 5-1.
Laga itu adalah pertama kalinya MU mencetak minimal lima gol di laga Liga Primer Inggris dalam lima musim terakhir. Solskjaer lalu memenangkan empat laga liga berikutnya. Ia tercatat sebagai manajer pertama MU yang memenangkan lima laga awal di Liga Inggris sejak Sir Matt Busby pada 1946.
Chelsea pun berkali-kali menikmati buah pergantian manajer. Pada Maret 2012, Chelsea mengangkat Roberto Di Matteo sebagai manajer interim untuk menggantikan Andre Villa-Boas yang dipecat. Di Matteo lantas membawa Chelsea meraih trofi juara Liga Champions Eropa pada akhir musim itu.
Tuah serupa diulangi Tuchel saat menggantikan Frank Lampard yang dipecat pada awal tahun 2021. Sempat terjerembap di peringkat ke-11 Liga Inggris, Chelsea menggeliat dan finis keempat pada akhir musim itu. Tak hanya itu, mereka juga menjuarai Liga Champions.
Belum ada korelasi yang jelas antara manajer baru dan hasil bagus suatu klub. Namun, manajer baru dipercaya membawa gairah baru untuk memacu motivasi dan moral pemain.
”Bersama para penggemar kami yang luar biasa, kami semua akan mendukung Bruno (Saltor) dan fokus pada sisa musim ini. Kami memiliki 10 laga Liga Inggris tersisa dan laga perempat final Liga Champions di depan mata. Kami akan mengerahkan segala upaya dan komitmen dalam setiap laga itu sehingga mampu mengakhiri musim dengan baik,” bunyi pernyataan Chelsea kemudian.
Tantangan Klopp
Kontras dengan Chelsea, Liverpool masih percaya dengan Manajer Juergen Klopp meskipun mereka tengah terpuruk. Mereka menelan tiga kekalahan beruntun, terakhir dari sang juara bertahan, Manchester City, 1-4, akhir pekan lalu. Mereka bakal puasa gelar setelah tersingkir di Liga Champions, Piala FA, dan Piala Liga Inggris.
Setelah melewati rentetan hasil buruk, Klopp mengakui perlunya sejumlah perubahan dalam susunan pemain. ”Kami tidak bisa terus bermain seperti ini (tampil buruk) dari waktu ke waktu. Saya sangat kecewa. Kami harus segera menemukan jalan keluar,” ujar Klopp.
Namun, laga melawan Chelsea bisa saja menjadi panggung terakhir Klopp jika kembali menelan kekalahan. Selain kabar pemecatan Potter, Liga Inggris juga diramaikan isu pemecatan Klopp. Namun, Klopp mengaku tidak takut dipecat oleh Fenway Sport, pemilik Liverpool.
Klopp diharapkan masih bisa mengangkat performa tim dan membawa Liverpool finis di peringkat empat besar pada akhir musim ini. Liverpool kini menempati peringkat ke-8 dengan koleksi 42 poin, terpaut delapan poin dari MU di peringkat keempat. (AP/REUTERS)