Agar selamat, Graham Potter dituntut mengulangi tradisi kejayaan Chelsea di Liga Champions bersama barisan manajer pengganti. Langkah itu harus dimulai ketika menjamu Dortmund.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Masa depan Manajer Graham Potter di Chelsea terasa bak kapal yang tengah terjebak badai besar. Selisih peluangnya sangatlah tipis, yaitu antara kemungkinan selamat ataupun tenggelam. Dalam kondisi ketidakpastian, hanya prestasi di Liga Champions Eropa yang bisa menyelamatkan sang manajer dari pemecatan.
Sepanjang sejarah, Chelsea baru dua kali menjuarai Liga Champions. Uniknya, kedua trofi itu sama-sama dipersembahkan oleh manajer ”darurat” yang datang sebagai pengganti di tengah musim, yaitu Roberto Di Matteo dan Thomas Tuchel. Mereka menciptakan tradisi baru untuk ”Si Biru”.
Jalan cerita serupa menjadi satu-satunya harapan bagi Potter jika masih ingin bertahan di klub kaya raya Inggris itu. Sejak mengambil alih kursi manajer Chelsea dari Tuchel pada September 2022, Potter selalu gagal mengangkat Chelsea. Mereka tersingkir di Piala FA dan Piala Liga Inggris, serta hanya menempati peringkat ke-10 di Liga Inggris saat ini.
Tak pelak, kesempatan terbaik Potter untuk membuktikan diri adalah di Liga Champions. Chelsea akan menjalani duel hidup dan mati saat menjamu wakil Jerman, Borussia Dortmund, dalam laga kedua babak 16 besar di Stamford Bridge, London, Inggris, Rabu (8/3/2023) dini hari WIB. Tuan rumah tertinggal agregat 0-1.
Tidaklah mudah bagi Potter membalikkan situasi tertinggal itu. Dortmund, yang dipimpin gelandang tim nasional Inggris, Jude Bellingham (19), sedang berada dalam momen terbaiknya pada musim ini. Mereka bertandang dengan modal 10 kemenangan beruntun di berbagai ajang.
Sebaliknya, Chelsea sedang berjibaku dengan tren buruk sepanjang 2023. Mereka baru dua kali menang dari 12 laga di seluruh kompetisi pada tahun ini. Setelah sempat berdarah-darah dengan rentetan enam laga tanpa kemenangan, Si Biru bisa bernapas lega setelah menaklukkan Leeds United, 1-0, di ajang Liga Inggris, Sabtu (4/3).
Kemenangan itu menyuntikkan sedikit rasa percaya diri yang sempat lama sirna di skuad Si Biru. Mereka pun kini menatap laga versus Dortmund dengan penuh semangat. Potter percaya, atmosfer Liga Champions membawa antusiasme berbeda.
Si Biru baru mencetak 5 gol pada tahun ini. Jumlah gol itu bahkan lebih sedikit dibandingkan catatan individu penyerang Manchester United, Marcus Rashford.
Manajer asal Inggris itu berencana menurunkan penyerang sayap veteran, Raheem Sterling (28), yang berpengalaman di Liga Champions. Sterling sudah menorehkan total 26 gol dan 24 asis sejak debutnya di kompetisi antarklub sepak bola Eropa itu pada musim 2014-2015.
”(Sterling) sedang menikmati permainan. Terbukti, dia menjadi pemain penting untuk kami dalam dua laga kandang terakhir. Rekor golnya di Liga Champions cukup untuk memperlihatkan siapa dirinya dan apa yang bisa kami harapkan pada laga nanti,” ujar Potter.
Pada laga versus Dortmund, Potter kemungkinan bakal memainkan formasi yang berbeda ketimbang pada pertemuan sebelumnya. Ia telah menyiapkan formasi 3-4-3 yang telah ia pakai saat menghadapi Leeds. Sebelumnya, dia lebih sering memakai pola 4-2-3-1, termasuk saat bertandang ke markas Dortmund di Jerman.
Bukan sebuah kebetulan formasi 3-4-3 itu membawa Chelsea meraih kemenangan pertamanya sejak pertengahan Januari. Lewat formasi itu, Potter bisa memainkan para ”serdadu” terbaiknya. Tiga pemain yang sempat cedera, yaitu Reece James, Christian Pulisic, dan N’Golo Kante, telah bergabung dengan tim dalam latihan terakhir dan bisa diturunkan.
Pelatih Dortmund Edin Terzic tidaklah khawatir dengan perubahan formasi tim lawan. Di bawah asuhannya, timnya juga dikenal sebagai tim paling fleksibel dalam hal formasi atau taktik. Mereka bahkan sudah tiga kali mengganti formasi dalam tiga laga terakhir, yaitu 4-1-4-1, 4-3-3, dan 4-5-1.
”Sebagai pelatih, saya menyukai variasi dan fleksibilitas. Tidak hanya soal taktik, tetapi juga tentang profil pemain. Anda perlu bisa bereaksi terhadap segala sesuatu di dalam pertandingan. Semua variasi yang saya lakukan adalah untuk menjawab masalah yang akan ditimbulkan tim lawan,” tutur Terzic kepada The Athletic.
Tanpa predator
Chelsea butuh setidaknya menang dengan selisih dua gol untuk lolos langsung ke perempat final tanpa lewat adu penalti. Misi tersebut menjadi sangat sulit bagi mereka karena tidak punya sosok predator gol. Kemenangan terakhir mereka, yaitu melawan Leeds, diraih berkat gol bek Wesley Fofana.
Si Biru baru mencetak 5 gol pada tahun ini. Jumlah gol itu bahkan lebih sedikit dibandingkan dengan catatan individu penyerang Manchester United, Marcus Rashford (14 gol). Tanpa ujung tombak tajam, penguasaan bola dominan Chelsea pun sering berujung percuma.
Penyerang timnas Jerman yang berposisi sebagai false nine, Kai Havertz, kemungkinan akan kembali memimpin lini serang Chelsea. Terakhir kali ia mencetak gol adalah pada pertengahan Januari lalu. Dia gagal menciptakan gol dalam tujuh laga beruntun di seluruh kompetisi, enam kali di antaranya tampil sebagai pemain inti.
Pencetak gol terbanyak Chelsea di Liga Champions musim ini adalah Sterling (2 gol) dan Pierre-Emerick Aubameyang (2). Namun, hanyalah Sterling yang akan diandalkan Potter. Aubameyang, yang tidak masuk dalam skema permainan Potter, terakhir kali masuk skuad inti pada awal Januari lalu.
Di sisi lain, Dortmund juga tidak datang dengan skuad sempurna. Pencetak gol pada laga pertama, Karim Adeyemi, akan absen karena cedera. Adeyemi menambah daftar cedera Dortmund bersama striker Donyell Malen dan Youssoufa Moukoko. Pemain veteran, Marco Reus, berpotensi mengisi posisi Adiyemi. (AP/REUTERS)