Bidik Lifter Muda, PABSI Andalkan Kejuaraan Nasional
PB PABSI mengandalkan sejumlah kejuaraan nasional kelompok umur untuk regenerasi atlet. Selain itu, seleksi nasional SEA Games membuka peluang yang sama bagi atlet nasional dan daerah beradu di panggung internasional.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·5 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pelatih angkat besi Dirja Wiharja mengawasi latihan atlet di Olympic Center, Cibubur, Jakarta Timur, 11 Januari 2017. Sebanyak 15 lifter yang terdiri dari 6 lifter putri dan 9 lifter putra mengikuti pelatnas guna persiapan Sea Games 2017 di Malaysia dan Asean Games 2018 di Jakarta.
Proses regenerasi atlet angkat besi Indonesia terus berjalan. Sejumlah kompetisi yunior dalam negeri berdasarkan kelompok umur diadakan untuk menemukan bibit-bibit baru.
Sejumlah kejuaraan nasional itu menjadi program unggulan Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) untuk melihat performa lifter muda. Dalam rencana program kerja 2023, PABSI akan menggelar kejuaraan nasional usia 13-14 tahun dan 15-17 tahun. Dari kejuaraan ini, PABSI dapat membidik sejumlah atlet-atlet muda potensial sebagai pelapis tim nasional.
”Hasilnya untuk bahan kami untuk membuat lapis-lapis atlet selanjutnya. Kalau untuk tahun ini, saya jamin mempersiapkan mereka untuk Pekan Olahraga Nasional (PON). Jadi atlet-atlet yang pernah tampil pad akejurnas tahun lalu dibina untuk lolos PON,” tutur Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) PB PABSI Hadi Wihardja saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (22/1/2023).
Selain mengikuti kompetisi nasional, atlet muda daerah dapat mengikuti seleksi nasional. Seleknas terdekat berlangsung pada Kamis, 2 Februari 2023 yang memperebutkan peluang menuju SEA Games 2023. Atlet nasional maupun daerah akan berlaga di panggung yang sama untuk mewakili Indonesia.
Kantor pusat Badan Anti-Doping Dunia (WADA) in Montreal, Kanada, 9 November 2015.
Atlet-atlet muda daerah juga berpeluang untuk mengikuti kejuaraan internasional, khususnya kejuaraan angkat besi tanpa melewati pemusatan latihan nasional. Kejuaraan dan turnamen seperti ini kerap dimanfaatkan PB PABSI untuk mencari penerus atlet utama pelatnas.
Meski demikian, Hadi menekankan, tiap atlet yang akan berkompetisi di tingkat apapun harus terdaftar pada Organisasi Anti-Doping Indonesia (IADO). IADO bekerja sama dengan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) untuk memastikan tiap atlet menunjukkan performa terbaik tanpa bantuan doping.
”Jika atlet mau masuk pelatnas, tidak terdaftar dalam WADA, kami tidak berani. Sejak April lalu, kami sudah imbau, kalau atlet sudah punya prospek akan didaftarkan pada WADA,” kata Hadi, yang mewakili Indonesia pada Olimpiade Los Angeles 1984.
Hingga saat ini, jumlah atlet angkat besi yang mendaftar seleknas terbilang cukup banyak. Lebih dari 20 orang dari berbagai daerah, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Lampung ikut serta.
Ekspresi lifter putri Indonesia, Natasya Beteyob, saat beraksi dalam nomor 55 kilogram putri cabang angkat besi pada SEA Games Vietnam 2021 di Hanoi Training Center, Hanoi, Vietnam, Jumat (20/5/2022). Natasya Beteyob meraih medali perunggu dalam nomor ini.
Sementara itu, degradasi terhadap atlet yang berada di posisi aman pelatnas juga terjadi saat pelatih dan PB menilai tak ada perkembangan signifikan. Mereka akan kembali ke daerah, agar penempatan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Namun, atlet yang akan masuk pelatnas adalah individu yang matang dan siap berlaga dalam kancah Asia dan dunia. Targetnya adalah atlet dapat masuk peringkat lima besar Asia atau 10 besar dunia. Dari segi usia, potensi atlet muda baru akan terlihat pada usia 17-18 tahun walau Hadi tak menampik ada pula yang berkembang umur 21-22 tahun.
Sebagai contoh, setelah PON Papua pada 2021, PABSI menarik dua atlet untuk bergabung dalam pelatnas. Natasya Beteyob dan Ricko Saputra kemudian menunjukkan prestasinya setelah itu. Terakhir, keduanya ikut Kejuaraan Angkat Besi Dunia 2022 di Kolombia yang enjadi kualifikasi Olimpiade 2024. Hasilnya, Natasya yang turun di kelas 59 kg putri berada di peringkat 22 dunia, sedangkan Ricko dari kelas 61 kg putra di posisi lima dunia.
Sejumlah daerah lain berpotensi menghasilkan atlet-atletnya yang potensial. Hadi mengatakan, berdasarkan hasil Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Jawa Barat masih mendominasi dengan 122 atlet. Aceh menyusul dengan sekitar 70 atlet dan Banten 62 atlet.
Lifter putri Restu Anggi sedang memasukkan piringan beban pada tongkat besi (barbel) saat berlatih di Mes Marinir Kwini, Jakarta, Jumat (20/1/2023). Setelah melewati babak kualifikasi pertama Olimpiade Paris 2024 di Bogota, Kolombia, pada Desember 2022, tim nasional bersiap memecah peta kekuatan untuk mengikuti SEA Games 2023 dan sejumlah babak kualifikasi Olimpiade lainnya.
”(Regenerasi) Dari seleknas, PB PABSI juga sudah punya sentra latihan. Dari situ bisa kelihatan,” kata pelatih angkat besi Dirdja Wihardja.
SEA Games
Menurut Dirdja, pembinaan PB PABSI di daerah dianggap sudah berjalan cukup baik. Ketika atlet yunior tampak berpotensi, pelatih dapat menariknya untuk bergabung dalam pelatnas. Atlet minimal berusia 15 tahun untuk bisa ikut kejuaraan dunia senior.
Sembari menanti seleknas SEA Games yang akan berlangsung pada Kamis, 2 Februari 2023, para lifter angkat besi nasional juga tengah mempersiapkan diri. Nantinya mereka akan beradu dengan atlet-atlet daerah untuk memperebutkan peluang menuju SEA Games.
Dirdja menargetkan, atlet yang tampil di SEA Games 2023 minimal dapat mempertahankan prestasi seperti SEA Games Vietnam 2021. Kala itu, tim Indonesia mempersembahkan empat medali emas, satu perak, dan lima perunggu.
Lifter putra Muhammad Zul Ilmi berlatih untuk mengikuti seleksi nasional SEA Games 2023 di Mes Perwira TNI AL Kwini, Jakarta Pusat, Jumat (20/1/2023). Ia meraih medali emas dari kelas 89 kilogram putra dalam SEA Games Vietnam pada 2022.
Pelaksanaan SEA Games 2023 di Kamboja akan bersamaan dengan Kejuaraan Asia di Korea Selatan yang juga babak kualifikasi menuju Olimpiade 2024. Sebagian atlet pelatnas akan berjuang untuk Kejuaraan Asia sehingga peluang atlet daerah untuk mengikuti SEA Games juga semestinya makin besar. Seperti pada kelas 49 kg putri yang biasanya diisi Windy Cantika Aisah akan kosong karena ia mengikuti babak kualifikasi Olimpiade.
Kondisi ini juga menuntut tim pelatih untuk menyusun strategi membagi siapa saja yang mengikuti SEA Games dan Kejuaraan Asia. Taktik ini juga berpengaruh pada negara yang perlu diwaspadai.
”Masih teka-teki, biasanya kan Thailand dan Vietnam. Nah, kami lihat strategi apa yang mereka pasang, apakah mengirim (atlet) yang bagus ke kejuaraan Asia, apakah SEA Games nanti lapis kedua atau bagaimana, kami belum tahu,” tutur Dirdja, mantan atlet yang pernah berlaga pada Olimpiade 1988, Korea Selatan.
Serupa dengan Dirdja, lifter Muhammad Zul Ilmi mengakui bahwa Thailand perlu diwaspadai. Dalam SEA Games terakhir, tim ”Gajah Putih” itu kalah dari Indonesia, tetapi menunjukkan perbaikan pada kejuaraan-kejuaraan setelahnya.
”Thailand kuat pada clean & jerk, kalau saya menang di angkatan snatch. Tetapi seharusnya dua-duanya harus lebih unggul,” ujar Ilmi dari kelas 89 kg putra yang meraih medali emas pada SEA Games Vietnam.