Lima Atlet Angkat Besi Indonesia Peringkat 10 Besar Dunia
Setidaknya lima atlet angkat besi Indonesia bertengger di peringkat 10 besar dunia. Meski masih bersifat sementara, prestasi tersebut menjadi modal angkat besi Indonesia menuju Olimpiade Paris 2024.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Atlet angkat besi Indonesia, Ricko Saputra, dari kelas 61 kilogram berlatih di Mess Marinir Kwini, Jakarta, Jumat (20/1/2023). Ia digadang-gadang menjadi penerus Eko Yuli Irawan, atlet senior angkat besi yang kerap menyumbang medali pada kejuaraan internasional.
JAKARTA, KOMPAS — Tim angkat besi Indonesia berhasil meraup tiga emas, empat perak, dan dua perunggu dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2022 di Bogota, Kolombia, Desember 2022. Tak pelak, sejumlah atlet telah mengamankan posisi sementara untuk lolos menuju Olimpiade 2024.
Dalam babak kualifikasi pertama Olimpiade Paris 2024, tim angkat besi Indonesia berhasil mengumpulkan sembilan medali. Rekor dunia dengan angkatan clean and jerk seberat 200 kilogram (kg) bahkan diukir Rahmat Erwin Abdullah (22).
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Sejauh ini, ada lima atlet yang masuk dalam posisi aman sementara karena bertengger dalam 10 besar dunia. Mereka adalah Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg), Ricko Saputra (61 kg), Rahmat Erwin Abdullah (73 kg), Rizky Juniansyah (73 kg), dan Nurul Akmal (+87 kg).
Salah satu dari Eko dan Ricko serta Rahmat dan Rizky, yang masing-masing berada dalam satu kelas, akan dipilih. Maka, pelatih akan menyiasati dengan strategi lain agar tak mengurangi peluang untuk berlaga pada Olimpade 2024. Guna mempertahankan posisinya, mereka masih harus mengikuti sejumlah perhelatan internasional lainnya.
Menurut Dirdja Wihardja, pelatih angkat besi Indonesia, Kejuaraan Dunia pada akhir tahun lalu tergolong ketat. ”Karena pandemi Covid-19 sudah mereda, semua orang ikut. Tiap negara mengirim (perwakilannya),” ujar Dirdja di Mess Marinir Kwini, Jakarta, Jumat (20/1/2023).
Sebagai contoh, Natasya Beteyob dari kelas 59 kg biasanya hanya bersaing dengan sekitar 30 atlet. Namun, pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2022 di Bogota, ia berhadapan dengan 53 atlet. Mereka saling mengejar total angkatan terbaik untuk bertengger di peringkat teratas.
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, sedang mengarahkan atlet angkat besi asal Papua, Natasya Beteyob, di Mess Kwini, Jakarta, Senin (28/11/2022). Natasya mewakili Indonesia dari kelas 59 kilogram untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024 di Kolombia.
Dirdja menambahkan, babak kualifikasi pertama penting untuk memberikan gambaran awal tentang atlet-atlet dunia yang akan memperebutkan tiket ”emas” menuju Olimpiade 2024. Hal ini membantu tim pelatih untuk memprediksi peta kekuatan sehingga strategi pun dapat disesuaikan.
Manajer Tim Angkat Besi Indonesia Pura Darmawan mengatakan, tantangan mendatang adalah membagi fokus para atlet dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas), yaitu untuk SEA Games 2023 dan babak kualifikasi Olimpiade selanjutnya.
Sejumlah atlet yang kemungkinan telah mengamankan posisi sementara menuju Olimpiade 2024 juga akan turun pada SEA Games 2023. Pesta olahraga se-Asia Tenggara itu akan berlangsung pada 5-17 Mei 2023 di Kamboja. Meski demikian, seleksi nasional tetap harus diikuti agar memberi kesempatan pula kepada atlet-atlet daerah.
”Namun, tetap saat multievent, pemain terbaik kita turun untuk menyelamatkan Indonesia,” kata Pura.
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
Atlet angkat besi Indonesia, Restu Anggi, sedang memasukkan piringan beban pada tongkat besi saat berlatih di Mess Marinir TNI AL, Kwini, Jakarta, Jumat (20/1/2023).
Performa atlet putri
Indonesia menurunkan 12 atlet yang terdiri dari lima putra dan tujuh putri. Atlet putri mendominasi, tetapi hanya Nurul yang berhasil masuk 10 besar dunia.
Menurut pelatih angkat besi Sri Indriyani, kemampuan para atlet putri sebetulnya tak menurun. Hanya saja, mereka baru bertemu dengan para pesaing dari seluruh dunia kala pandemi Covid-19 mereda. Selama ini, tidak semua negara, seperti China, mau mengikuti kompetisi-kompetisi internasional saat kasus Covid-19 meningkat.
”Sebelumnya, kami tidak bisa mengukur peta kekuatan lawan seperti apa. Kemarin, saat Kejuaraan Dunia di Kolombia, atlet-atlet yang biasanya tidak keluar tiba-tiba muncul semua,” ujar Sri, mantan atlet angkat besi peraih medali perunggu kelas 48 kg dalam Olimpiade Sydney 2000.
Walau demikian, Sri optimistis anak-anak didiknya dapat memperbaiki penampilannya pada babak kualifikasi berikutnya hingga bersiap untuk bertanding dalam Olimpiade 2024. Ia meyakini, atlet-atlet putri yang sedang berada pada usia emas (kurang dari 24 tahun) dapat tampil maksimal sekaligus memperbaiki peringkat.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Aksi lifter putri Indonesia, Natasya Beteyob, saat bertanding dalam nomor 55 kilogram putri cabang angkat besi pada SEA Games Vietnam 2021 di Hanoi Training Center, Hanoi, Jumat (20/5/2022). Natasya meraih medali perunggu dalam nomor ini. Total nilai angkatan yang dikumpulkan Natasya adalah 188 kilogram.
Sementara Natasya Beteyob, yang mewakili kelas 59 kg, mengatakan, sejumlah faktor memengaruhi performanya pada Kejuaraan Dunia di Bogota lalu. Alhasil, ia masih berada di peringkat ke-22 dunia. ”Persaingan cukup ketat. Di Grup C kelasnya sudah lumayan ’gila’ angkatan-angkatannya, apalagi di Grup A,” kata Natasya.
Meski demikian, ia berhasil mengangkat 202 kg yang terdiri dari snatch 90 kg serta clean and jerk 112 kg. Kejuaraan Dunia di Kolombia merupakan turnamen kelas dunia pertamanya. Maka, Natasya masih perlu beradaptasi terhadap pesaing-pesaingnya.
Tempat turnamen yang berada di dataran tinggi turut memengaruhi performa Natasya dan atlet-atlet lain. Mereka sulit mengatur napas karena oksigen yang tipis.