Energen Student Athletic Championship (SAC) menjadi pijakan mimpi para pelari muda untuk mengharumkan Indonesia di kancah atletik internasional. Para juara ajang itu kini bersiap menyambut pelatihan di Australia.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pelari-pelari yunior asal Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali-Nusa Tenggara, mendominasi podium juara Kejuaraan Atletik Pelajar Indonesia (Student Athletic Championship) Indonesia 2023 yang digelar di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Jumat (13/1/2023). Para pemenang kejuaraan antar-Sekolah Menengah Atas ini diharapkan bisa menjadi masa depan atletik Indonesia dengan konsistensi dan pembinaan yang terukur hingga menjadi profesional.
Para juara nomor estafet putra 4x100 meter dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2, Gresik, Jawa Timur, yaitu M. Naufal Alif Rizky, Dimas Tri Agung, Wisnu Lukman Hakim, dan M. Rizki Edi Saputra, bercita-cita masuk ke pemusatan latihan nasional. Mereka ingin berprestasi di lintasan lari tingkat dunia seperti idolanya, Lalu Muhammad Zohri. Dalam perlombaan final ini, mereka menjadi juara dengan catatan waktu 44 menit 87 detik.
"Pastinya, kami ingin sekali ke pelatnas, walaupun ini masih angan-angan. Kami tetap akan usahakan dan fokus terus di atletik," kata Naufal seusai perlombaan di Stadion Madya, Senayan, Jakarta pada Jumat (13/1/2023).
Setelah ini, mereka akan menjalani pusat pelatihan di Australia sebagai hadiah yang diberikan oleh penyelenggara Student Athletic Championship (SAC) Indonesia 2023 . Selain itu, mereka akan mengikuti kejuaraan Jatim Terbuka dan Kejuaraan Daerah agar bisa masuk ke pemusatan latihan daerah.
Adapun nomor lari estafet 4x100 meter putri dimenangkan oleh tim SMKN 1 Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan catatan waktu 54 menit 35 detik. Tim ini diperkuat oleh Rahma Nur Azizah, Kayla Ziland Fitria Darmawan, Yulia Reni Hidayati, dan Fatimah Azzahra.
Pada nomor lari 1.000 meter putra, Yad Hafizudin dari Madrasah Aliyah Al Ijtihad Danger, Nusa Tenggara Barat, berjaya dengan catatan waktu 2 menit 36,53 detik. Dia unggul atas Iqra Saputra dari SMA 2 Sumbawa Besar yang lebih lambat 1,36 detik dan Anggasta Mulky Damara dari SMAN 1 Tengaran yang lebih lambat 1,59 detik. Yad juga berhasil memecahkan rekor tercepat sebelumnya yang dipegang oleh Iqra dengan catatan waktu 2 menit 39,60 detik.
"Tentu ini adalah sebuah kebanggaan. Kami sudah melewati banyak delegasi dari beragam kontingen dengan kerja keras. Harapannya tentu bisa menjadi lebih maksimal dan semoga suatu saat bisa masuk ke Pelatnas," kata Yad.
Sementara nomor jarak menengah 1.000 meter putri dimenangkan oleh Aziyyati Dina Amallina dari SMA 1 Pabelan, Semarang, Jawa Tengah. Pelari 16 tahun itu menjadi juara dengan catatan waktu 3 menit 24,49 detik. Dia mengalahkan Nur Aslamiyah Irja dari SMAN 3 Salatiga dengan catatan waktu 3 menit 24,93 detik dan Gusti Kadek Widiyartini dari SMAN 4 Singaraja dengan 3 menit 25,15 detik.
Harapan yang sama juga tercetus dari pelari putri, Dihanis Arsita Maharani, dari SMK 4 Malang, Jawa Timur, yang memenangi nomor sprint 100 meter. Dia sudah mempersiapkan diri untuk menjadi pelari profesional sejak masih duduk di kelas 3 SD. Dengan demikian, kesempatan menjalani pemusatan latihan di Australia tidak akan disia-siakannya.
Saya kira mestinya tidak hanya di PASI saja. Bisa dilakukan pula di seluruh cabang olahraga, dimulai dari tingkat yang paling bawah, entah tingkat kampung, kecamatan, desa, semuanya. (Jokowi)
"Dari SD sampai sekarang saya terus berlari. Nanti kuliah juga mau ambil jurusan olahraga. Jadi, keinginan untuk masuk ke pelatnas mewakili Indonesia itu pasti. Semoga," ucap Dihanis.
Sedangkan, pada nomor sprint 100 meter putra dimenangkan oleh Yogi dari SMAN 1 Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dengan catatan 11 menit 06 detik.
Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Luhut Binsar Pandjaitan berharap bibit-bibit muda pelari Indonesia ini terus konsisten untuk mengembangkan potensinya menjadi atlet profesional. Pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah program untuk merawat masa depan pelari Indonesia ini dengan maksimal.
"Setelah ini, kami akan terus bikin event lagi. Dari hari ini kita ambil 16 orang yang terbaik lalu kita kirim ke Australia untuk belajar di sana. Kemudian, mereka bisa ikut pemusatan latihan di Pangalengan, Jakarta, atau Timika. Nanti bertahap, kalau lulus, kami tarik ke pelatnas," kata Luhut.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga mengapresiasi format kejuaraan ini karena melakukan pembinaan atlet usia muda dengan kompetisi antarsekolah dari daerah ke level nasional. Kepala Negara berharap model pembinaan atlet seperti ini tidak hanya dilakukan oleh PB PASI.
"Saya kira mestinya tidak hanya di PASI saja. Bisa dilakukan pula di seluruh cabang olahraga, dimulai dari tingkat yang paling bawah, entah tingkat kampung, kecamatan, desa, semuanya," kata Presiden Jokowi.