Kualitas Juri Akan Dongkrak Kualitas Atlet Loncat Indah Indonesia
Semakin banyaknya juri Indonesia yang memiliki lisensi internasional dipandang bisa turut mendongkrak kualitas dan atlet loncat Indah Indonesia.
Oleh
NASRUN KATINGKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Loncat indah Indonesia dipandang telah kembali menuju jalan prestasi. Selain atlet mulai tampil lebih baik pada kejuaraan internasional, juri loncat Indah Indonesia semakin banyak yang berlisensi internasional dari Federasi Akuatik Dunia atau World Aquatics. Peningkatan kualitas juri ini dianggap bisa turut mendongkrak kualitas dan prestasi atlet loncat Indah Indonesia.
Ketua Komisi Teknik Loncat Indah Pengurus Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Ronaldy Herbintoro mengatakan, kembalinya loncat indah Indonesia mendapat restu berlaga di SEA Games 2023 dari Komite Olimpiade Nasional (NOC) merupakan hasil dari peningkatan seluruh sumber daya manusia di PB PRSI. Menurut dia, peningkatan prestasi atlet turut dipengaruhi kualitas juri yang dimiliki PB PRSI.
"Penilaian juri lokal bisa menjadi tolok ukur bagi atlet dan pelatih dalam mengevaluasi kemampuan, karena ketika mereka tampil, parameter penilaian tidak akan terlampau berbeda dengan juri internasional," kata Ronaldy di Jakarta, Minggu (18/12/2022).
Adityo Restu Putra (26), atlet Indonesia yang telah berpengalaman tampil di kejuaraan nasional dan internasional merasakan adanya peningkatan kualitas dari juri PB PRSI. Menurut dia, peningkatan tersebut dirasakan dengan sistem penilaian yang hampir mirip dari juri Indonesia dan juri internasional.
Peraih lima medali emas Pekan Olahraga Nasional Papua 2020 ini mengungkapkan, ketika telah menjadi juara di ajang dalam negeri, dia tetap percaya diri ketika tampil di kejuaraan internasional. Menurut dia, hal ini akan turut memacu dirinya terus meningkatkan teknik-teknik hingga mencapai performa level internasional.
"Kini atlet semakin percaya diri. Dulu biasanya kalau dapat poin tinggi di nasional pasti merasa akan menurun ketika tampil di internasional. begitu pun sebaliknya, kalau dapat poin rendah di Internasional, akan merasa akan mendapat lebih tinggi ketika tampil di dalam negeri," ujar Adityo.
Hal senada diungkapkan atlet putri andalan Indonesia, Gladies Lariesa Garina (16) juga merasakan peningkatan kualitas juri Indonesia. Dia mencontohkan, peningkatan kualitas tersebut terlihat di Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka (IOAC) yang berlangsung di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta (12-19 Desember 2022).
Peraih Perunggu di Grand Prix Loncat Indah FINA Malaysia 2022 ini mengatakan, adanya persamaan kualitas penilaian ketika tampil di kejuaraan internasional dan di IOAC 2022. "Lumayan kaget juga, ternyata penilaian juri di IOAC mirip dengan ketika tampil di kejuaraan internasional," ujar Gladies.
Lisensi
Sementara itu, Ketua Bidang Pertandingan dan Perlombaan PB PRSI Pranarta menyebut, pada ajang IOAC 2022, ada sebanyak 22 juri yang terlibat, yang semuanya telah memiliki sertifikat World Aquatics. Bahkan, enam di antaranya baru saja memperbarui lisensi saat mengikuti kursus dari World Aquatics saat Grand Prix Loncat Indah FINA Malaysia, November 2022.
Pranarta mengungkapkan, secara keseluruhan terdapat 35 juri di bawah naungan PB PRSI yang telah memiliki lisensi World Aquatic. Jumlah tersebut terus didorong dengan melobi perwakilan dari World Aquatics untuk kembali melakukan kursus lisensi kepada juri di Indonesia.
"Lisensi juri dan wasit harus akan dievaluasi per dua tahun, jadi juri Indonesia perlu memperbanyak pengalaman pada ajang nasional dan juga internasional untuk meningkatkan serta mempertahankan lisensi tersebut," kata Pranarta.
Pranarta juga yang merupakan juri nasional tersebut merupakan salah satu yang paling berpengalaman di berbagai kejuaraan internasional. Bahkan, dia menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Pranarta menjadi 1 dari 25 juri yang terlibat dalam ajang multicabang paling akbar tersebut.
"Saya berharap, dengan tampilnya saya di Olimpiade Tokyo 2020, juri-juri lain dalam negeri menjadi termotivasi, bahwa juri Indonesia memiliki kesempatan menjadi juri di pertandingan skala dunia seperti Olimpiade," ujar Pranarta.
Menurut Pranarta, hal yang perlu didorong dari juri-juri Indonesia adalah kemampuan non-teknis. Dia mengharapkan juri Indonesia bisa meningkatkan kemampuan berbahasa inggris. "Selama ini beberapa juri hanya mampu pasif dalam berbahasa inggris, sehingga itu menjadi kendala ketika mereka mengikuti kursus lisensi dari World Aquatic," kata Pranarta.