Jepang dua kali menciptakan keajaiban di Doha berkat ”bushido”, yaitu spirit keberanian yang mampu menembus tembok raksasa. Pedoman moral ala samurai itu akan diuji ”keabadian” Kroasia.
Oleh
SINDHUNATA, wartawan
·5 menit baca
AFP/ADRIAN DENNIS
Bek Jepang, Maya Yoshida, merayakan kemenangan timnya atas Jerman pada laga penyisihan Grup E Piala Dunia 2022 di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, Rabu (23/11/2022) malam WIB. Jepang memberikan kejutan dengan mengalahkan Jerman, 2-1, pada laga itu.
Keajaiban Doha! Jepang tak hanya membuatnya sekali, bahkan dua kali. Di stadion yang sama, Khalifa Al Rayyan di pinggiran Kota Doha, Jepang menekuk dua raksasa sepak bola dunia, Jerman dan Spanyol. Ajaibnya pula, dengan kemenangan atas Spanyol, Jepang turut andil memulangkan Jerman yang menang atas Kosta Rika.
Jepang kini menjelma kesebelasan menakutkan. Pelatih Spanyol Luis Enrique mengakui, timnya kehilangan kendali, bahkan panik, ketika Ritsu Doan menyamakan kedudukan, 1-1, lalu Ao Tanaka membobol gawang Unai Simon. Skor berubah menjadi 2-1 untuk Jepang.
”Mereka mencetak dua gol melawan kami. Saya yakin, jika mereka perlu mencetak dua gol lagi, maka mereka akan mencetaknya juga,” kata Enrique. Kepanikan Spanyol kembali terkendali, setelah Jepang sedikit mengendurkan permainannya dan membangun pertahanan mereka di belakang.
Jepang memang tidak boleh disepelekan. Kata Jose Mourinho, janganlah heran bila Jepang bisa mengalahkan tim sebesar Jerman. Banyak pemain Jepang bermain di Eropa. Mereka berkembang dengan cepat dan mengerti bagaimana bermain di tingkat tinggi. Seraya rajin menggali mentalitas Eropa, mereka terus mengasah mentalitasnya sendiri yang memfokuskan diri pada timnya. Ini lain dengan situasi mental bermain bola di Eropa yang lebih berfokus pada individu dan ego.
AFP/PHILIP FONG
Para pendukung Jepang merayakan kemenangan tim kesayangannya atas Jerman pada laga penyisihan Grup E Piala Dunia 2022 di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, Rabu (23/11/2022) malam WIB. Jepang memberikan kejutan dengan mengalahkan Jerman, 2-1, pada laga itu.
Apresiasi yang sama diutarakan Walter Sabatini, direktur sport pada klub-klub Italia, yaitu Lazio, AS Roma, Bologna, dan kini Salernitana. Ia mengamati, kelebihan pemain Jepang, misalnya, ada dalam diri Takehiro Tomiyasu yang sempat bermain di Bologna sebelum pindah ke Arsenal.
”Sejak mengamati Tomiyasu bermain, saya berpikir, empat atau lima pemain Jepang akan saya kontrak,” kata Sabatini pada Sky Sport Italia. Katanya, pemain Jepang memiliki mentalitas yang luar biasa. Demikian juga pemain Asia lainnya, seperti Kim Min-jae (Korea Selatan) di Napoli. ”Pemain-pemain Asia itu mempunyai bakat untuk tetap fokus dan bisa mempraktikkan di lapangan instruksi pelatihnya,” tambahnya.
Bak ”roller coaster”
Di babak penyisihan grup, permainan Jepang sungguh sulit diduga. Mereka bermain bagaikan berakrobat dengan roller coaster. Awalnya, mereka ada di atas ketika menggasak Jerman. Kemudian, terempas ke bawah saat ditundukkan Kosta Rika. Lalu, membubung lagi ke atas saat menjungkalkan Spanyol. Ketika melawan Spanyol di babak pertama, mereka seperti hendak terjun ke bawah. Tapi, di babak kedua, mereka membuat transformasi dan membuat Spanyol panik. Kata Luis Enrique, Jepang bagaikan pesawat yang terbang melewati mereka.
”Kami akan menunjukkan spirit Jepang dan membanggakannya. Kami akan menghadapi lawan dan bertarung dengan mereka. Saya berharap para pemain akan bermain sedemikian rupa sehingga mereka memberi inspirasi untuk rakyat Jepang, juga bagi orang-orang lainnya,” kata pelatih Hajime Moriyasu menjelang melawan Spanyol.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pemain Spanyol, Sergio Busquets, terjatuh setelah diganjal pemain Jepang, Hidemasa Morita, dalam pertandingan penyisihan Grup E Piala Dunia 2022 di Stadion Khalifa, Qatar, Jumat (02/12/2022) dini hari WIB. Jepang mengalahkan Spanyol 2-1.
Begitu mendengar spirit Jepang, orang segera berpaling ke spirit bushido. Jalan kesatria, bushido, adalah pedoman perilaku dan moral bagi samurai. Berabad-abad lamanya, lebih-lebih sejak restorasi Meiji, orang Jepang menghayati bushido dan menjadikannya fondasi kebudayaannya.
Bushido memengaruhi tindakan orang Jepang dalam pelbagai bidang kemasyarakatan. Menurut para pengamat, politik, bisnis, dan sport mereka di zaman modern ini juga sangat diwarnai spirit bushido. Julukan ”Samurai Biru” bagi kesebelasan Jepang kiranya mengacu pada spirit tersebut.
Dalam ajaran bushido, tembok itu bukan punya lawan, melainkan tembok diri mereka. Mereka menang karena bisa mengalahkan tembok kekhawatiran dirinya.
Moriyasu tahu, melawan Spanyol, anak-anaknya akan mengalami tekanan yang tinggi. Tekanan itu bisa dihadapi jika pemainnya mempunyai kepercayaan diri. Percaya diri adalah salah satu keutamaan bushido. Inazo Nitobe, penulis yang meneliti bushido, menjelaskan, dengan percaya diri, orang akan mempunyai respek terhadap dirinya. Maka, ia tidak merasa inferior. Dengan demikian, ia mempunyai motif kuat untuk mempertahankan dirinya.
Tomiyasu juga berpesan ke para pemainnya agar ”bertekad memperkecil jarak terhadap tim-tim besar dalam laga mereka”. Caranya adalah harus belajar dari lawan-lawan mereka, agar kemudian bisa mengatasi lawannya itu.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG (MYE)
Suporter Jepang membersihkan sampah di tribune seusai pertandingan antara Jepang melawan Kosta Rika di fase Grup E Piala Dunia 2022 di Stadion Ahmad bin Ali, Qatar, Minggu (27/11/2022). Kosta Rika menang 1-0.
Respek kepada lawan
Belajar dari lawan dengan respek terhadap sang lawan juga merupakan bentuk spirit bushido yang dijalankan para samurai. Kata Nitobe, pendekar samurai harus mempunyai respek kepada lawan, baik jelang dan sesudah pertarungan. Bahkan, jika bisa menghabisi lawannya, ia harus tetap mempunyai respek terhadap mayatnya. Maka, pemain Jepang pun kiranya tidak kelihatan kurang respek terhadap lawannya, baik itu Jerman, Kosta Rika, maupun Spanyol.
Kata Doan, lebih dari sekadar menulis kembali sejarah, kemenangan mereka adalah keberhasilan menembus tembok raksasa. Dalam ajaran bushido, tembok itu bukan punya lawan, melainkan tembok diri mereka. Mereka menang karena bisa mengalahkan tembok kekhawatiran dirinya.
Menurut ajaran bushido, dengan merobohkan tembok kekhawatiran itu, orang menjadi pemberani yang hening. Ia tidak terbawa kejutan, tak ada yang bisa menggoncangkan ketenangannya. Bahkan, dalam pertarungan yang panas, ia tetap berkepala dingin. Di tengah bencana, ia tetap menjaga keseimbangan dirinya. Ia bahkan bisa tertawa di tengah badai yang menimpanya. Doan dan kawan-kawannya telah membuktikan bagaimana mempraktikkan spirit keberanian itu selama babak penyisihan grup Piala Dunia Qatar.
Spirit bushido adalah bertarung pantang menyerah sampai akhir. Dengan spirit ini, tim Jepang akan menghadapi Kroasia. Tapi, harap diingat, bersama Luka Modric, Kroasia dikenal sebagai kesebelasan ofensif yang amat kreatif.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pemain Kroasia, Luca Modric (kanan), berebut bola dengan pemain Belgia, Leander Dendoncker, dalam pertandingan penyisihan Grup F Piala Dunia 2022 di Stadion Ahmad Bin Ali, Qatar, Kamis (01/12/2022). Pertandingan berakhir imbang 0-0.
Modric adalah roh, otak, sekaligus kegeniusan tim Kroasia. Dengan usianya yang kini 37 tahun, ia telah meraih segalanya. ”Saya bertambah tua. Tetapi, hasrat, cinta, dan motivasi saya masih tetap seperti dulu, ketika pertama kali membela kesebelasan nasional Kroasia,” kata Modric.
Ia memang telah menjadi lambang keabadian bagi Kroasia. Melawan Jepang, tentu mereka juga akan memperpanjang keabadiannya. Tidak mudah bagi Jepang mengulangi lagi keajaibannya, seperti terjadi di Doha, dengan mematahkan keabadian itu.