Bocah ajaib Alejandro Garnacho membuat pendukung MU bisa sejenak melupakan Cristiano Ronaldo yang kurang berkontribusi musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Penyerang 18 tahun Alejandro Garnacho tidak henti menciptakan keajaiban untuk Manchester United. Setelah unjuk gigi di Liga Europa dan Piala Liga, Garnacho kembali menunjukkan potensi besarnya di Liga Inggris. Golnya pada waktu injury time menjadi penentu kemenangan ”Setan Merah” atas Fulham.
MU sukses mencuri tiga poin dari tuan rumah Fulham lewat kemenangan dramatis, 2-1, di Stadion Craven Cottage, London, Inggris, Senin (14/11/2022) dini hari WIB. Saat laga tersisa kurang dari satu menit, Garnacho yang datang dari bangku cadangan menciptakan gol kemenangan pada menit ke-90+3.
Garnacho menyusur sisi kanan pertahanan Fulham dengan kecepatan lari dan keterampilan dribel. Lalu, dia melakukan kombinasi umpan satu-dua dengan gelandang Christian Eriksen sambil berlari masuk kotak penalti. Pergerakan destruktif itu membuatnya tinggal berhadapan dengan kiper lawan, Bernd Leno.
Dengan cerdiknya, pemain asal Argentina itu menempatkan bola di tiang jauh. Garnacho begitu bahagia gol pertamanya di Liga Inggris menjadi momen bersejarah MU. Dia langsung melepas jerseinya, sambil menunjukkan nomor punggung 49 dan namanya ke tribune penonton.
”Dia punya talenta luar biasa. Etos kerjanya membuat talenta itu jadi perbedaan besar. Kami sangat bahagia dengan pengaruh besarnya di lapangan. Tidak ada yang suka dicadangkan, tetapi dia bisa menunjukkan sikap yang baik ketika diberi kesempatan,” kata gelandang MU, Bruno Fernandes.
Garnacho mencetak gol kemenangan itu pada usia 18 tahun dan 135 hari. Menurut Squawka, dia merupakan pencetak gol penentu kemenangan saat injury time yang termuda di Liga Inggris sejak 2009. Terakhir kali, catatan bersejarah itu diciptakan oleh pemain MU juga, Federico Macheda (17 tahun dan 226 hari).
Garnacho berhasil mencuri panggung yang sempat dimiliki Daniel James, mantan penyerang MU yang kini berseragam Fulham. James mencetak gol penyeimbang pada menit ke-61, hanya dua menit setelah dimasukkan oleh Pelatih Marcos Silva dari bangku cadangan.
Menurut Manajer MU Erik ten Hag, Garnacho mulai bisa menyeimbangkan kepercayaan diri dan arogansi. Pemain remaja butuh percaya diri tinggi, tetapi harus tetap rendah hati. ”Semua adalah tentang keseimbangan. Dia menunjukkan mentalitas yang diharapkan. Saya suka dia punya kepercayaan yang sangat besar. Dia mencintai sepak bola,” ucapnya.
Bagi pemain asal akademi ”Setan Merah” tersebut, November ini sangatlah spesial. Dua hari sebelum lawan Fulham, Garnacho menjadi pemain termuda yang menyumbang dua asis untuk MU. Dia menciptakan rekor itu saat menghadapi Aston Villa di Piala Liga.
Garnacho juga menjadi pahlawan penentu kemenangan pada pekan sebelumnya di Liga Europa. Dia mencetak gol semata wayang di laga MU lawan Real Sociedad pada menit ke-82. Berkat itu, tim asuhan ten Hag menang 1-0.
Semua adalah tentang keseimbangan. Dia menunjukkan mentalitas yang diharapkan. Saya suka dia punya kepercayaan yang sangat besar.
Masa depan Garnacho di Stadion Old Trafford pun tampak cerah. Pemain bertubuh kurus setinggi 1,8 meter itu baru menginjak usia 18 tahun pada Juli lalu. Salah satu kelebihannya, dia selalu mengarahkan pergerakan langsung ke kotak penalti. Hal itu membuatnya berbahaya setiap memegang bola.
Penutup manis
Bagi MU, kemenangan di laga terakhir sebelum jeda Piala Dunia Qatar 2020 itu sangat penting. Mereka menempati peringkat ke-5 sementara, hanya terpaut tiga poin dari empat besar, setelah sempat terpincang-pincang pada awal musim.
”Saya pikir kami berada di arah yang tepat. Kultur tim telah berubah. Kami juga berkembang. Anda bisa melihat mentalitas yang lebih baik hari ini dengan gol kemenangan pada menit terakhir. Tim ini menyatu dalam kebersamaan. Saya senang dengan perkembangan ini,” ujar Ten Hag.
Hasil positif itu diraih saat Ten Hag tidak bisa menampilkan skuad terbaiknya. MU bermain tanpa penyerang Cristiano Ronaldo dan Antony, serta bek sayap Diogo Dalot. Situasi tersebut memaksa sang manajer menurunkan bek kiri Tyrell Malacia di sisi kanan untuk menggantikan Dalot.
Fulham membaca titik lemah itu. Silva menginstruksikan anak asuhnya untuk mengeksploitasi sisi kanan MU. Tiga pemain sekaligus, Willian, Tom Cairney, dan Antonee Robinson, fokus di sisi itu. Strategi Silva berbuah manis. Gol penyeimbang tuan rumah bermula dari sisi tersebut, ketika Malacia terlalu jauh meninggalkan posnya.
Fulham yang dimotori gelandang tim nasional Portugal, Joao Palhinha, sebenarnya bermain lebih agresif. Mereka bisa mendesak MU pada akhir babak kedua. Namun, akibat terlalu agresif menekan, mereka kehilangan struktur di pertahanan saat serangan balik terakhir tim tamu.
Tim asuhan Silva pun kembali menelan kekalahan pahit. Pekan lalu, mereka juga ditaklukkan Manchester City 1-2 lewat gol penalti Erling Haaland pada injury time. ”Kami tidak seharusnya mendapat hasil akhir seperti ini,” ujar Silva.
”Kami menciptakan banyak peluang sejak menit pertama hingga babak kedua. Juga berhasil mencetak gol yang bagus dari transisi serangan cepat. Tetapi, kami harus kebobolan untuk kedua kali. Seharusnya kami tidak kemasukan gol itu,” lanjut Silva.
Terlepas dari gol Garnacho, Eriksen kembali menjadi salah satu pemain paling krusial MU dalam laga tersebut. Pemain tim nasional Denmark itu menyumbang satu gol dan satu asis. Gol itu merupakan yang pertama kalinya sejak berseragam MU. (AP/REUTERS)