Raviandi Ramadhan Cetak Sejarah, Pemanjat RI Pertama yang Lolos Final Lead Piala Dunia
Panjat tebing Indonesia mengukir sejarah dalam Piala Dunia di rumah sendiri. Untuk pertama kalinya, ada wakil Indonesia yang bisa menembus final nomor perlombaan lead sejak Piala Dunia perdana dimulai pada 1989.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemanjat lead putra Indonesia Raviandi Ramadhan mencetak sejarah baru untuk Merah-Putih dalam Piala Dunia Panjat Tebing. Pemanjat kelahiran Yogyakarta itu berhasil lolos ke final nomor perlombaan lead seri ke-12 Piala Dunia 2022 di SCBD Park, Jakarta, Senin (26/9/2022). Kesuksesan pemanjat berusia 19 tahun itu sekaligus yang perdana untuk wakil Indonesia sejak Piala Dunia pertama kali digelar pada 1989.
Iyah (ini prestasi pertama untuk Indonesia di Piala Dunia). (Saya kaget) banget. Karena, kita ga ada target sebetulnya (di lead).
”Iyah (ini prestasi pertama untuk Indonesia di Piala Dunia). (Saya kaget) banget. Karena, kita ga ada target sebetulnya (di lead),” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (PB FPTI) Yenny Wahid saat menjawab pertanyaan Kompas via WhatsApp, Senin.
Raviandi lolos ke semifinal setelah berada di urutan ke-15 dengan 15,1 poin dalam dua sesi kualifikasi lead, Minggu (25/9/2022). Hasil itu membawa pemanjat yang membela Papua pada Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 tersebut lolos ke semifinal. Hanya 26 atlet terbaik dalam kualifikasi yang berhak ke semifinal.
Bersama 25 peserta putra lainnya, Raviandi masuk zona isolasi pada pukul 09.00 sebelum diberi kesempatan mengobservasi lintasan pada pukul 10.40. Mereka diberikan waktu sekitar 5 menit untuk mengamati lintasan dengan grade atau tingkat kesulitan sekitar 5,14. Setelah itu, mereka disuruh menunggu dari balik dinding lomba.
Perlombaan dimulai pukul 12.15 yang diawali dari peserta urutan terbawah hingga ke atas dalam klasemen akhir kualifikasi. Peserta urutan atas kualifikasi mendapatkan keuntungan waktu berpikir lebih lama dari balik dinding lomba. Berbeda dengan kualifikasi, peserta hanya melakukan satu sesi pemanjatan dalam semifinal.
Raviandi menjadi peserta ke-12 yang memulai semifinal. Tanpa hambatan berarti, Raviandi mampu melewati poin atau pegangan pada dinding panjat dari poin pertama hingga ke-23 yang tidak mampu dilewati rekannya Muhammad Rizky Syahrafli Simatupang dan ke-25 yang tidak mampu dilewati rekannya yang lain, Musauwir. Rizky dan Musauwir sudah tampil lebih dahulu.
Bahkan, Raviandi melenggang mulus ke poin ke-28 dan ke-29 yang belum dicapai oleh peserta-peserta lain sebelum dirinya. Raviandi pun mendapatkan sorakan dari para penonton. Dia sempat bergelantungan di poin ke-28 dan ke-29 sambil memalingkan wajah ke arah penonton di bawahnya dan mengayun-ayun tangan kiri seolah meminta penonton berteriak lebih kencang.
Raviandi yang tampak sangat percaya diri meneruskan pemanjatan hingga poin ke-35. Sayangnya, belum sempat berusaha pindah ke poin ke-36, dia terpeleset dan jatuh. Tangannya tidak mencengkram terlalu kuat di poin ke-35 yang ukurannya cukup kecil untuk digenggam.
Sempat memimpin klasemen
Walau gagal menuntaskan panjatan dengan sempurna atau mencapai puncak di poin ke-42, hasil yang diraih Raviandi sempat mengantarkannya memimpin klasemen sementara semifinal dengan delapan peserta yang belum menjalani gilirannya.
Posisi Raviandi mulai tergusur pelan-pelan sejak pemanjat Jepang Hidemasa Nishida mendapatkan hasil lebih baik, yakni jatuh di poin ke-40 plus atau dalam upaya berpindah ke poin ke-41. Nasib Raviandi pun sangat ditentukan oleh hasil tujuh peserta lain yang belum menjalani gilirannya.
Kalau semua peserta itu meraih hasil lebih baik, otomatis Raviandi harus puas di urutan kesembilan klasemen akhir semifinal dan gagal lolos ke final. Sebab, hanya delapan peserta terbaik semifinal yang berhak ke babak pamungkas tersebut.
Seolah dinaungi Dewi Fortuna, pemanjat Jepang Taisei Homma yang jauh lebih diunggulkan atas Raviandi justru tidak mendapatkan hasil lebih baik dibanding Raviandi. Homma yang tampil meyakinkan di awal-awal pemanjatan malah jatuh di poin ke-31 plus atau dalam upaya berpindah ke poin ke-32.
Para pendukung Raviandi pun berteriak dan berlompatan kegirangan usai Homma terjatuh. Hasil buruk Homma memastikan posisi Raviandi tidak akan tergusur lagi dari delapan besar klasemen akhir semifinal walau enam peserta lain yang belum menjalani gilirannya meraih hasil jauh lebih baik atas Raviandi.
Hingga semua peserta menuntaskan gilirannya, Raviandi akhirnya mantap berada di urutan keenam klasemen akhir semifinal. Puncak klasemen ditempati oleh Nishida. Adapun tiga wakil Indonesia lainnya belum beruntung. Saudara kembar Raviandi, Ravianto Ramadhan di peringkat ke-14 karena jatuh di poin ke-31 plus, Musauwir ke-19, dan Rizky ke-21.
Sekretaris Umum PB FPTI Florenciano Hendricus Mutter mengatakan, kesuksesan Raviandi memberikan optimisme. Itu menunjukkan bahwa potensi kemampuan pemanjat lead Indonesia tidak kalah dengan pemanjat elite dunia. Mereka hanya perlu terus diberikan jam terbang atau pengalaman dengan lebih sering ikut ajang internasional, seperti Piala Dunia.
Dengan jam terbang yang lebih tinggi, para pemanjat lead Indonesia akan lebih terbiasa menghadapi beragam tingkat kesulitan lintasan dan bentuk maupun ukuran poin yang terus berubah secara pesat. Lama-lama, tabungan memori teknik pemanjatan mereka pun akan terus bertambah.
”Kalau kemampuan terus meningkat, kami cukup percaya diri peluang meloloskan pemanjat lead ke Olimpiade akan terwujud lebih cepat. Tidak perlu menunggu untuk Olimpiade Los Angeles 2028 sebagaimana target jangka panjang yang sudah lama disiapkan, melainkan bisa saja ada pemanjat lead lolos ke Olimpiade Paris 2024 (di mana lead masuk dalam nomor kombinasi bersama boulder),” terang Hendricus.
Menghadapi final lead, Senin (26/9/2022) mulai pukul 17.15, pelatih pelatnas PB FPTI Triyanto Budi Santoso menuturkan, dirinya berharap Raviandi bisa melanjutkan kejutannya. ”Semoga Raviandi bisa tampil lepas dan tetap jaga konsentrasi atau fokus,” tutur Triyanto yang juga cukup kaget dengan capaian Raviandi tersebut.
Dari kategori putri, dua wakil Indonesia gagal melaju ke final. Dalam semifinal, Widia Fujiyanti harus puas berada di urutan ke-21 karena jatuh di poin ke-23 plus dan Sukma Lintang Cahyani di peringkat ke-26 atau paling bawah karena jatuh di poin ke-15.
Puncak klasemen akhir semifinal putri ditempati oleh pemanjat Korea Selatan Seo Chaehyun. Chaehyun menjadi salah satu dari dua pemanjat putri yang mencapai puncak dinding. Unggulan utama asal Slovenia Janja Garnbret harus puas di urutan ketiga karena jatuh di puncak ke-41 plus atau cuma satu poin sebelum puncak.