Panjat tebing Indonesia terus berupaya meningkatkan prestasi nomor perlombaan "lead" agar mampu setara prestasi nomor "speed" yang sudah dikuasai. Benih harapan itu mulai terlihat dalam Piala Dunia 2022 di Jakarta.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Panjat tebing Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan prestasi di nomor perlombaan lead agar mampu bersaing di tingkat dunia selayaknya nomor speed yang sudah dikuasai. Benih harapan itu mulai terlihat dalam seri ke-12 Piala Dunia Panjat Tebing 2022 di SCBD Park, Jakarta. Pada babak kualifikasi lead, Minggu (25/9/2022), Indonesia mampu meloloskan empat pemanjat putra dan dua pemanjat putri ke semifinal.
Hasil Itu adalah capaian terbaik wakil Indonesia di rangkaian Piala Dunia musim ini. Bahkan, hasil itu menjadi prestasi terbaik sejak terakhir kali pemanjat putra Indonesia lolos ke semifinal seri Piala Dunia pada 2016. Di putri, terakhir kali Srikandi Merah-Putih lolos ke semifinal pada 2011.
”Capaian anak-anak hari ini sudah memuaskan. Mereka mampu tampil maksimal dan ada sejumlah wakil Indonesia ke semifinal. Mudah-mudahan, penampilan mereka terus membaik dan bisa membuat kejutan pada semifinal (Senin, 26/9),” ujar pelatih panjat tebing pelatnas Pengurus Besar Federasi Panjat Tebing Indonesia (PB FPTI) Triyanto Budi Santoso.
Seri ke-12 Piala Dunia 2022 melombakan dua nomor, yakni speed pada Sabtu (24/9) dan lead pada Minggu-Senin (25-26/9). Pada kualifikasi lead putra, empat pemanjat dari total 10 wakil Indonesia masuk 26 besar dari 41 peserta sehingga berhak maju ke semifinal.
Mereka adalah Ravianto Ramadhan di urutan ke-14 dengan nilai 14,73, Raviandi Ramadhan ke-15 dengan nilai 15,1, Musauwir ke-23 dengan nilai 22,08, dan Muhammad Rizky Syahrafli Simatupang ke-25 dengan nilai 24,03. Di putri, dari total 10 wakil yang ada, dua pemanjat Indonesia masuk 26 besar dari 39 peserta. Mereka adalah Widia Fujiyanti di peringkat ke-23 dengan nilai 21,21, dan Sukma Lintang Cahyani ke-25 dengan nilai 24,45.
Lead adalah kategori perlombaan yang mengadu ketangkasan, daya tahan, dan kecepatan dalam lintasan yang jalurnya berubah setiap babak pada dinding selebar tiga meter dan tinggi hingga 18 meter. Pemenang ditentukan oleh atlet yang mencapai titik tertinggi, yang dicapai dengan waktu tercepat dalam alokasi waktu 6 menit. Semakin kecil jumlah nilai yang didapat, berarti semakin baik hasil atau peringkat yang didapat atlet bersangkutan.
Cukup puas
Musauwir mengatakan, walau belum bisa menyelesaikan lomba dengan sempurna, dia cukup puas bisa lolos ke semifinal seri ke-12 Piala Dunia 2022, yang menjadi kesempatan keempatnya tampil di Piala Dunia. Kualifikasi dilakukan dalam dua lintasan. Di lintasan pertama, pemanjat asal Aceh itu terjatuh di poin – pegangan pada dinding panjat – ke-28 dari 36 poin yang ada. Di lintasan kedua, Musauwir jatuh di poin ke-27 dari 39 poin.
Musauwir mengaku lintasan yang ada cukup sulit yang menuntut daya tahan dan fleksibilitas gerak karena banyak poin yang berukuran kecil atau tipis. Apalagi lomba berlangsung di tengah panas terik sehingga cukup menguras energi. Selain itu, dia cukup deg-degan tampil di negara sendiri, ditonton oleh masyarakat yang berekspektasi tinggi.
”Tetapi, saya bersyukur bisa lolos ke semifinal sesuai dengan target yang diberikan pelatih. Di semifinal, saya akan berusaha lebih maksimal, untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” ucap pemanjat kelahiran Aceh Besar, 4 Mei 2004 tersebut.
Tampil di negara sendiri tidak berarti selalu menguntungkan, terutama kalau mental tidak siap. Hal itu yang membuat pemanjat putri Nur Khalishah belum bisa lolos ke semifinal. Pada kualifikasi, Nur berada di urutan ke-29 dengan nilai 29,12.
Nur mengaku, dia demam panggung berlomba di hadapan pendukung sendiri. Bahkan, dia menilai berlomba di negara lain justru lebih santai karena dirinya tidak menjadi pusat perhatian. ”Karena deg-degan, saya tidak rileks. Akhirnya, manjat jadi terburu-buru. Tetapi, saya banyak mendapatkan pelajaran, saya harus lebih tenang di segala kondisi, berlatih lebih keras agar teknik menjadi lebih baik dan memanjatnya lebih mengalir seperti Janja (Garnbret, pemanjat putri Slovenia yang menempati urutan pertama kualifikasi),” katanya.
Hasil terbaik
Secara keseluruhan, meloloskan pemanjat ke semifinal lead seri ke-12 Piala Dunia 2022 adalah hasil terbaik yang diraih Indonesia di rangkaian Piala Dunia musim ini. Setelah absen dari seri ke-6 Piala Dunia 2022 atau seri pertama untuk lead Piala Dunia musim ini di Innsbruck, Austria, 22-25 Juni, tim Indonesia mulai aktif dengan ikut tiga seri lead berikutnya di Villars, Swiss (30 Juni-2 Juli), Chamonix, Perancis (8-10 Juli), dan Briancon, Perancis (22-23 Juli) sebelum kembali absen dari dua seri lainnya, yakni di Koper, Slovenia (2-3 September) dan Edinburgh, Skotlandia (9-11 September).
Dari tiga seri yang diikuti itu, prestasi terbaik pemanjat putra Indonesia diraih oleh Musauwir yang berada di urutan ke-45 dari 94 peserta dengan nilai 43,58 di Chamonix, 10 Juli 2022. Di putri, prestasi terbaik diraih oleh Sukma yang menempati peringkat ke-60 dari 72 peserta dengan nilai 60,47 di Briancon, 23 Juli 2022. Keduanya adalah pemanjat muda yang sama-sama masih berusia 18 tahun.
Capaian anak-anak hari ini sudah memuaskan. Mereka mampu tampil maksimal dan ada sejumlah wakil Indonesia ke semifinal.
Menurut Triyanto, hasil tersebut menimbulkan secercah asa. Setidaknya, perbaikan program pembinaan yang dimulai dengan perekrutan pemanjat muda di akhir 2020 mulai menunjukkan efek positif. Di tengah persaingan lead yang semakin ketat, capaian itu diharapkan bisa meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri atlet untuk terus menjadi lebih baik.
Saat ini, program yang ada memang untuk mencapai target jangka panjang, yakni bisa bersaing di level dunia dalam dua tahun ke depan dan lolos ke Olimpiade Los Angeles 2028. ”Dengan usia anak-anak yang masih muda, yakni sekitar 18-19 tahun, kami memang menargetkan prestasi lead untuk empat tahun ke depan. Jadi, sekarang, kami masih membangun hal-hal fundamental seperti skill, daya tahan, hingga pengalaman atau jam terbang,” tutur Triyanto.
Penyebab kemerosotan
Triyanto menuturkan, sejatinya, performa pemanjat lead Indonesia cukup baik di generasi sebelumnya. Namun, setelah 2016, prestasinya terus merosot. Hal itu disebabkan oleh pembinaan nomor lead yang tidak sefokus speed, nomor andalan Indonesia.
Kesadaran untuk membangkitkan prestasi lead timbul lagi ketika panjat tebing diperlombakan dalam Asian Games Jakarta-Palembang 2018 dan Olimpiade Tokyo 2020. Dalam dua ajang itu, lead masuk dalam nomor kombinasi bersama speed dan boulder.
Akan tetapi, Indonesia tidak bisa secara instan mengejar ketertinggalan prestasi. Perkembangan peralatan lomba ibegitu pesat. Misal dari poin, bahan dan bentuknya terus berubah-ubah. Fasilitas itu belum banyak tersedia di Tanah Air, dan pemanjat lead Indonesia pun jarang berpartisipasi dalam ajang internasional seperti seri Piala Dunia.
Di sisi lain, fasilitas pendukung latihan juga belum selengkap negara-negara yang mendominasi lead, seperti di Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa. ”Kesulitan lead di Indonesia ada pada pembuatan jalur dan gym yang terbatas. Di Jepang contohnya, mereka sudah ditunjang fasilitas gym indoor, sedangkan kita masih di luar ruangan sehingga latihan sering terganggu ketika panas atau hujan,” ungkap Triyanto.
Kendati demikian, dengan segala pembenahan yang dilakukan, Triyanto optimis lead Indonesia bisa segera bersaing di level dunia dua tahun lagi. Untuk itu, dia berharap tim lead terus diberi kepercayaan berpartisipasi dalam ajang internasional seperti Piala Dunia. ”Dengan tampil di Piala Dunia, atlet bisa terus mengasah kemampuannya, antara lain dengan belajar langsung dari atlet elite dunia. Jam terbang mereka pun akan bertambah sehingga bakal lebih rileks menjalani lomba dan menghadapi grade (tingkat kesulitan lintasan) yang lebih tinggi,” terang Triyanto.