Duel Chelsea lawan Spurs dihiasi kartu merah terhadap kedua manajer, sepasang gol kontroversial, dan hasil yang jauh dari kata adil untuk tuan rumah.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, MINGGU – Derbi London di Stamford Bridge, pada Minggu (14/8/2022), memperlihatkan tidak adanya keadilan di lapangan sepak bola. “Dewi Fortuna” seakan memalingkan wajah terhadap segala upaya tuan rumah. Chelsea yang mendominasi permainan Tottenham Hotspur sepanjang laga dan sempat unggul dua kali, harus puas dengan hasil imbang karena gol kontroversial.
“Si Biru” ditahan Spurs 2-2 setelah gol dramatis penyerang Harry Kane pada penghujung laga, injury time 90+6 menit. Gol penyeimbang lewat skema tendangan sudut itu seperti jatuh dari langit, datang ketika puluhan ribu pendukung Chelsea sudah mulai merayakan kemenangan.
“Kami mendominasi selama 90 menit. Kami bermain tajam, dengan rasa lapar. Itu adalah performa terbaik yang bisa ditampilkan. Namun, sayangnya para pemain kami tidak mendapatkan hasil yang pantas,” kata Manajer Chelsea Thomas Tuchel yang terlibat dua kali keributan dengan Manajer Spurs Antonio Conte.
Tuchel dan Conte mendapatkan kartu merah pada akhir laga, setelah bersitegang lagi ketika pertandingan sudah berakhir. Sikap emosional kedua manajer itu cukup untuk menggambarkan tensi tinggi dan banyak drama dalam derbi.
Tuchel tidak terima dengan dua gol kontroversial Spurs. “(Gol pertama) ada pelanggaran terlebih dulu kepada Kai Havertz. Richarlison (penyerang Spurs) juga berada dalam posisi offside. Lalu sejak kapan Anda boleh menarik rambut di lapangan sepak bola (tentang gol kedua),” lanjut Tuchel.
Gol pertama Spurs dicetak gelandang Pierre-Emile Hojbjerg lewat tendangan spekulatif dari luar kotak penalti. Ketika bola mengarah ke gawang, Richarlison yang berada di posisi offside sedikit menghalangi pandangan kiper Edouard Mendy. Kurang dari semenit dari gol itu, Havertz juga dijatuhkan dengan tekel keras di pertahanan lawan. Namun, wasit hanya bergeming.
Gol kedua Spurs datang tepat setelah insiden di kotak penalti. Bek Spurs Cristian Romero tertangkap kamera menjambak rambut kribo bek Chelsea Marc Cucurella dalam skema tendangan sudut. Namun, setelah dicek video asisten wasit atau VAR, laga dilanjutkan dengan tendangan sudut lagi untuk Spurs yang berujung gol penyeimbang dari Kane.
Chelsea yang sempat unggul dua kali, lewat gol bek tengah Kalidou Koulibaly dan bek sayap Reece James, pun hanya bisa gigit jari. Padahal, mereka menguasai laga dengan 64,3 persen penguasaan bola dan 16 kali tembakan. Spurs dibuat tidak bisa menghasilkan peluang berarti pada paruh pertama. Semua serangan tim tamu terhenti di lini tengah.
Kami mendominasi selama 90 menit. Kami bermain tajam, dengan rasa lapar. Itu adalah performa terbaik yang bisa ditampilkan.
Conte menyampaikan, tidak ada yang adil dalam sepak bola. “Harus dipahami, Anda harus membunuh lapangan setiap punya kesempatan, jika tidak, Anda yang akan dibunuh. Saya pikir dengan hasil ini, kami memperlihatkan sudah siap untuk mengambil satu langkah maju lagi,” ujarnya.
Poin bermakna
Bagi Spurs, hasil imbang di Derbi London lawan Chelsea terasa seperti kemenangan besar. Kane dan rekan-rekan sukses mengakhiri rentetan kisah pedih mereka dalam derbi, sekaligus membuktikan punya skuad lebih matang musim ini.
Sejak Chelsea dilatih Tuchel, Spurs selalu kalah dalam lima pertemuan terakhir. “Si Lili Putih” bahkan tidak mampu mencetak satu gol pun. Mereka menghapus mimpi buruk itu di Stamford Bridge. Spurs mampu mencuri satu poin dan mencetak dua gol sekaligus.
“Pertandingan yang sangat penting bagi kami untuk menunjukkan di mana kami berada sebagai sebuah tim. Bertandang di Stamford Bridge bukanlah tempat terbaik kami selama bertahun-tahun sehingga sangat baik rasanya untuk mendapatkan satu poin,” kata Kane.
Spurs memperlihatkan skuad lebih komplit dengan kedatangan pemain baru pada jendela transfer musim ini. Pemain baru, antara lain Richarlison dan Ivan Perisic, berhasil memberikan dampak instan di laga tadi. Mereka juga membuat Conte bisa bereksperimen dengan banyak formasi.
Saat masih tertinggal 0-1 pada awal babak kedua misalnya. Conte langsung mengganti bek kiri Ryan Sessegnon dengan pemain berbeda posisi, Richarlison. Dari formasi 3-4-3, Spurs mengubah formasi jadi 4-4-2 dengan duet Richarlison dan Kane di lini depan.
Terdapat empat pemain bertipe menyerang sekaligus dalam formasi itu. Selain duet di lini depan, penyerang sayap Son Heung-Min dan Dejan Kulusevksi juga turut membantu dari kedua sisi. Sekitar 10 menit setelah pergantian, Spurs menyeimbangkan kedudukan.
Conte kembali bereksperimen ketika Spurs tertinggal lagi pada menit ke-77. Kali ini dia menggantikan Son yang kurang banyak berperan di laga ini dengan Perisic. Hasilnya, Perisic menjadi pemberi asis dari tendangan sudut dalam gol kedua mereka.
Di sisi lain, Chelsea mendapatkan lebih banyak hal negatif ketimbang positif dari laga ini. “Si Biru” harus rela kehilangan gelandang jangkar N’golo Kante yang cedera hamstring pada 5 menit terakhir laga. Karena cedera, sang metronom di lini tengah tersebut kemungkinan akan menepi beberapa pekan. (AP/REUTERS)