Atlet remaja yang bersinar di Festival Akuatik Indonesia 2022 perlu mendapat perhatian lebih. Selain pemantauan langsung oleh pusat, mereka juga perlu jam terbang internasional yang lebih banyak.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Perenang Jawa Timur, Izzy Dwifaiva Hefrisyanthi, bertanding pada nomor 200 meter gaya ganti perseorangan putri kategori kelompok umur 16-17 tahun dalam Festival (Kejuaraan Nasional) Akuatik Indonesia 2022 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (29/7/2022). Izzy menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 5 menit 12.65 detik.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah vakum dua tahun, Festival Akuatik Indonesia 2022 berhasil menjadi oase kemunculan banyak atlet muda berbakat. Momentum pertumbuhan bintang masa depan itu perlu dijaga agar talenta besar mereka tidak terbuang percuma.
Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2022, yang diselenggarakan selama sepekan di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, telah berakhir pada Selasa (2/8/2022). Lomba pada disiplin renang indah dan loncat indah menutup ajang yang sempat absen selama dua tahun akibat pandemi Covid-19 itu.
Di antara banyak disiplin, renang adalah yang paling kompetitif dan mengorbitkan banyak atlet remaja berbakat. Pada kelompok umur 1 (16-18 tahun), perenang gaya dada Jawa Barat, Adellia (17), meraih tiga emas dan memecahkan tiga rekor nasional KU1.
Perenang KU 2 (14-15 tahun), Ibrahim Faqih (15), juga bersinar lewat raihan 6 emas dan 3 rekornas. Salah satu rekornas yang dipecahkan atlet DKI Jakarta itu adalah nomor 50 meter gaya bebas KU2 yang sudah bertahan sejak 2009. Prestasi itu menjadikannya perenang putra terbaik di KU2.
Perenang asal Bali, Ni Kadek Rena Kartika (13), mencuri perhatian lewat 3 emas, 2 perak, dan 1 perunggu, di KU3 (12-13 tahun). Bersama tiga rekan lainnya, dia juga memecahkan rekornas estafet 4 x 100 meter gaya bebas milik tim renang Indonesia yang diciptakan di SEA Age Group Filipina 2018.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Perenang Jawa Barat, Aflah Fadlan Prawira, memulai start saat bertanding pada nomor 200 meter gaya ganti perseorangan putra kategori senior dalam Festival (Kejuaraan Nasional) Akuatik Indonesia 2022 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat (29/7/2022). Prawira menjadi yang tercepat dengan waktu 4 menit 29.52 detik.
I Wayan Wiarta, pelatih kepala tim Bali, mengatakan, sudah saatnya perenang remaja diberikan lebih banyak kesempatan tampil di ajang internasional, terutama multicabang bergengsi seperti SEA Games. Mereka lebih punya banyak potensi untuk berkembang dibandingkan perenang veteran.
”Misalnya, jika kita tahu perenang senior waktunya mentok, kenapa tidak memberikan pelayanan sama untuk atlet potensial? Atlet mudalah yang sangat berpeluang untuk ke depannya. Kita harus berani mengambil keputusan yang berisiko. Kalau tidak, akan segitu-segitu saja,” ucap Wayan.
Di SEA Games Vietnam 2021, hanya ada tiga perenang remaja yang diturunkan dari total 17 atlet. Dua di antara mereka, Masniari Wolf (17) dan Flairene Candrea (17), menyumbang dua emas untuk Indonesia. Tidak ada perenang lain yang meraih emas selain mereka.
Kita harus mengirimkan atlet lebih banyak agar yang muda dan senior bisa tampil. Itu yang dilakukan negara maju, seperti Singapura. Tetapi, itu bergantung dari kuota yang diberikan para pengambil keputusan. (Michael Piper)
Para perenang remaja berbakat, menurut Wayan, tidak perlu semuanya masuk pemusatan latihan nasional. Perenang KU2 dan KU3 bisa tetap berlatih di daerah dengan pemantauan dari pusat. ”Tinggal dibuat saja program, misal try out sebulan sekali, agar mereka bisa berlatih bersama (tim) pelatnas,” pungkasnya.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Perenang Bali, Lilly Kartina Beales, bertanding pada nomor 200 meter gaya kupu-kupu putri usia 14-15 tahun dalam Festival (Kejuaraan Nasional) Akuatik Indonesia 2022 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (28/7/2022).
Masa depan Indonesia
Michael Piper, pelatih tim renang Indonesia, juga percaya, perenang KU1 sampai KU3 yang tampil di FAI merupakan masa depan Indonesia dalam lima tahun mendatang. Maka, ia serius mengamati para perenang muda. Dia selalu mendatangi atlet dan pelatih daerah setiap selesai lomba.
Namun, Piper tidak ingin ajang seperti SEA Games menjadi panggung uji coba. Dia ingin menurunkan atlet terbaik di ajang itu. Artinya, semua bergantung dari catatan waktu perenang dan kebutuhan tim. Jadi, tak ada bedanya antara perenang veteran maupun muda.
”Solusinya mudah. Kita harus mengirimkan atlet lebih banyak agar yang muda dan senior bisa tampil. Itu yang dilakukan negara maju, seperti Singapura. Tetapi, itu bergantung dari kuota yang diberikan para pengambil keputusan,” ujar Piper.
Kata Piper, pengalaman berkompetisi di kejuaraan internasional merupakan salah satu cara paling efektif untuk menciptakan perenang hebat. ”Semoga setahun ke depan kita bisa ikut lebih banyak kejuaraan. Kita kurang kompetisi selama pandemi,” lanjutnya.
KELVIN HIANUSA
Ekspresi atlet loncat indah Jawa Timur, Gladies Lariesa Garina (16), setelah meraih medali emas nomor papan 3 meter putri dalam Festival Akuatik Indonesia 2022 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (1/8/2022).
Perenang muda mulai mendapat kesempatan di Islamic Solidarity Games Konya 2022 di Turki, 9-18 Agustus 2022. Perenang Jawa Timur, Izzy D Hefrisyanthi (17), menjadi salah satu remaja yang dipercaya tampil. Ia juga mengikuti FAI 2022. Namun, partisipasi para yunior itu mengorbankan penghuni pelatnas, seperti Ressa K Dewi. Kata Ressa, seharusnya perenang muda membuktikan dirinya terlebih dahulu.
Di disiplin loncat indah, atlet Jatim lainnya, Gladies Garina (16), menambah dua emas pada hari terakhir lewat nomor menara dan sinkronisasi 3 meter campuran. Total, dia menyapu bersih lima emas di ajang ini. Gladies semakin dominan setelah tampil di Kejuaraan Dunia Budapest 2022. Dia berharap atlet loncat indah akan diberangkatkan lagi ke SEA Games setelah vakum di Vietnam. Dia ingin merasakan masuk pelatnas untuk pertama kali dan juga mengikuti kejuaraan internasional lagi.
Di disiplin renang indah, kompetisi kurang ramai tanpa kehadiran tim dari Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Akibatnya, perlombaan di beberapa nomor diikuti satu tim saja. Tim itu pun dipastikan meraih emas tanpa pesaing.