”Ratu” loncat indah, Gladies Garina, butuh ”kolam” lebih besar alias banyak kesempatan tampil di kejuaraan internasional. Atlet belia asal Jatim itu punya potensi besar dan nyaris tidak punya lawan di kejuaraan lokal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gladies Lariesa Garina (16), atlet loncat indah asal Jawa Timur, meraih emas ketiga di Festival Akuatik Indonesia (FAI) 2022 lewat nomor papan 3 meter putri. Satu-satunya atlet loncat indah Indonesia yang tampil di Kejuaraan Dunia Akuatik 2022 itu mengungguli jauh rivalnya. Melalui dominasi itu, Gladies menunjukkan butuh kompetisi lebih besar dan rutin di luar negeri untuk naik level.
Gladies kembali meraih medali emas di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (1/8/2022). Dia mencatatkan 264,30 poin lewat lima kali loncatan di papan 3 meter. Rival terdekatnya, Adreva Rasty Putri (Sumatera Selatan) yang meraih perak, hanya mengoleksi skor 186,40 poin.
Meskipun tidak dalam performa terbaik, Gladies masih unggul jauh dari para kompetitor. Dominasi yang tecermin dari skor itu juga ditunjukkan pada dua nomor sebelumnya. Ia sebelumnya juga meraih emas di nomor papan 1 meter dan beregu. ”Hari ini kurang maksimal di semua loncatan karena kurang fit, lagi dapat (menstruasi). Jadi, kurang tenaganya,” ujarnya.
Capaian itu memperlihatkan kualitasnya yang terlalu tinggi di kompetisi lokal. Gladies berkata, pengalaman itu berbeda jauh dibandingkan saat tampil di Kejuaraan Dunia Akuatik 2022 di Hongaria, Juni-Juli lalu. Saat itu, dia hanya finis di peringkat ke-29 dari 46 atlet nomor papan 1 meter dan peringkat terakhir nomor papan 3 meter dalam babak kualifikasi.
”Lawannya atlet dunia semua. Banyak yang dipelajari, (mulai) dari teknik yang dipakai, cara loncat, dan pengaturan napas. Tetapi, yang terpenting bagaimana mengatasi grogi. Waktu itu grogi banget sampai kaki lemas saat di papan,” ujar Gladies, atlet belia peraih tiga emas di PON Papua 2021.
Pengalaman itu pula yang membuat Gladies berharap bisa berkompetisi lagi di luar negeri. Kejuaraan Dunia 2022 adalah ajang internasional pertamanya di masa pandemi. Tahun 2019 adalah kali terakhir sebelumnya dia mengikuti kejuaraan internasional, yaitu di Malaysia.
Talenta menjanjikan
Harly Ramayani, mantan atlet sekaligus pelatih nasional loncat indah, berkata, banyak talenta menjanjikan di Indonesia, salah satunya Gladies. Menurut dia, sangat penting untuk membawa atlet potensial ke ajang yang kompetitif.
Semoga ke depan bisa ikut karena SEA Games bisa jadi titik awal kita untuk mulai berprestasi lagi. Ada Malaysia di sana yang levelnya sudah dunia. Jadi, bisa banyak belajar dari mereka. (Harly Ramayani)
”Kompetisi sangat penting. Mental berbicara. Olahraga ini kan unik. Hanya sekali yang akan dilihat dari ratusan loncatan di latihan. Gladies bagus, tetapi harus di-support. Kalau tidak didukung, ya sulit,” ujar Harly.
Menurut dia, Indonesia perlu mengirim atlet loncat indah lagi ke SEA Games. Tidak ada satu pun wakil Indonesia di SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022. Disiplin yang masuk dalam cabang akuatik ini, ketika itu, dinilai tidak berpeluang memberi medali.
Akibat tidak berangkat ke Vietnam, pemusatan latihan nasional loncat indah pun vakum sejak 2019. Atlet nasional kehilangan kesempatan untuk bersaing di level lebih tinggi. Adapun Gladies, yang menjadi ”ratu” loncat indah di PON Papua, belum sekalipun merasakan ditempa di pelatnas.
”Sayang banget kita enggak ikut. Semoga ke depan bisa ikut karena SEA Games bisa jadi titik awal kita untuk mulai berprestasi lagi. Ada Malaysia di sana yang levelnya sudah dunia. Jadi bisa banyak belajar dari mereka,” kata Harly.
Padahal, kata Harly, Indonesia punya potensi sangat besar di loncat indah karena olahraga itu tidak butuh kriteria postur tertentu, seperti di cabang lainnya. Pengembangannya juga tidak butuh waktu lama. Malaysia misalnya. Level loncat indah Malaysia masih sama dengan Indonesia pada 1995. Namun, enam tahun berselang, mereka bisa berada jauh di atas Indonesia berkat bimbingan pelatih asal China.
Atlet loncat indah putra, Adityo Restu Putra, menilai, kompetisi seperti FAI juga sangat penting untuk digelar reguler. Selain bisa menambah pengalaman atlet, kompetisi nasional itu juga bisa jadi jalan untuk memperkenalkan loncat indah, cabang olahraga yang kurang populer, ke masyarakat.
University Games
Sementara pada ajang ASEAN University Games 2022 di Ubon Rachathani, Thailand, yang digelar 26 Juli-6 Agustus 2022, tim renang Indonesia mengoleksi 10 medali emas, 13 perak, dan 15 perunggu. Prestasi itu dihasilkan 12 perenang muda, salah satunya Joe Aditya (21) yang meraih 3 emas, 5 perak, dan 1 perunggu.
Bersama tim estafet, Joe juga memecahkan rekor nasional 4 x 200 meter gaya bebas dengan waktu 7 menit 32,73 detik. Mereka melampaui rekor sebelumnya yang diukir tim Indonesia di Singapura pada 2016 silam dengan raihan waktu 7 menit 34,66 detik.
Michael Piper, pelatih tim renang Indonesia, berkata, Joe merupakan perenang paling bersinar di ajang itu. ”Catatan waktunya semakin baik. Wajar. Itu karena sikapnya selama latihan di pelatnas. Dia salah satu yang paling disiplin dan semangat saat menjalankan program,” tutur Piper.