Sapto Yogo dan Karisma Evi Merawat Spirit Paralimpiade
Meraih medali perunggu 100 meter T37 di Paralimpiade Tokyo tak lantas membuat Sapto Yogo Purnomo berpuas diri. Dia justru termotivasi untuk terus meningkatkan kemampuannya, termasuk saat tampil di ASEAN Para Games 2022.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Sapto Yogo Purnomo merupakan sprinter pertama Indonesia yang meraih medali di Paralimpiade, yaitu medali perunggu lari 100 meter T37 di Tokyo 2020. Pencapaian bersejarah itu tidak lantas membuatnya berpuas diri. Atlet berusia 24 tahun itu ingin terus memperbaiki diri, salah satunya menargetkan perbaikan waktu menjadi 11,00 detik dari catatan waktu terbaiknya, yaitu 11,31 detik, saat tampil di Tokyo.
Target mempertajam catatan waktu sudah menjadi tradisi Sapto sejak dia menemukan dunia baru sebagai atlet disabilitas pada 2016. Sejak tampil mencolok di Pekan Paralimpiade Nasional Jawa Barat, enam tahun lalu, dia terus memperbaiki waktunya di nomor andalannya, 100 meter T37.
Sejak meraih medali emas Asian Para Games 2018 dengan catatan waktu 11,49 detik, dia kemudian mempertajam menjadi 11,41 detik saat meraih perunggu Kejuaraan Dunia Atletik Paralimpiade di Dubai 2019. Sapto kemudian mencetak waktu 11,31 detik dalam final 100 meter T37 Paralimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung pada 2021.
”Memperbaiki catatan waktu seperti sudah menjadi tradisi bagi saya. Sejak Asian Para Games (2018), saya terus berusaha lebih cepat. Saat Paralimpiade (Tokyo), saya merasa itu belum catatan waktu terbaik saya. Maka itu, saya menargetkan bisa mencapai 11,0 detik saat Paralimpiade Paris 2024. Jika bisa mencapai target itu dan merasa masih bisa lebih baik lagi, target saya selanjutnya adalah mencetak waktu 10,9 detik,” ungkap Sapto seusai berlatih di Stadion Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah.
”Mempertajam waktu tidak bisa cepat, perlu bertahap, karena masih banyak yang perlu diperbaiki. Setelah Paralimpiade Tokyo, saya merasa masih kurang dalam power saat start. Saya terus melatih kekurangan saya itu, juga memperbaiki mental saat melawan atlet-atlet dunia,” ungkap Sapto.
Upaya perbaikan fisik serta teknik itu salah satunya dia lakukan dengan berlatih bersama atlet-atlet nondisabilitas. Dia merasa sangat memerlukan pemandu. Sprinter yang lebih cepat membuat dirinya punya acuan untuk mengejar waktu lebih baik. Pola latihan itu terbukti berhasil bagi Sapto yang sejak masuk pelatnas pada 2016 rutin berlatih dengan atlet umum.
Setelah ASEAN Para Games ini saya akan fokus pada satu nomor saja, 100 meter, untuk target besar berprestasi di Paralimpiade Paris 2024. (Sapto Yogo Purnomo)
Dalam persiapan ASEAN Para Games 2022 yang akan berlangsung di Solo, 31 Juli-6 Agustus, Sapto berlatih dengan Bayu, mantan atlet yang kini menjadi pendamping latihan bagi atlet-atlet difabel. Targetnya dalam ajang itu adalah menyamai atau setidaknya mendekati catatan waktu saat tampil di Paralimpiade Tokyo. Adapun catatan waktu terbaiknya pada tahun ini adalah 11,47 detik yang dicetak pada Grand Prix Atletik Paralimpiade di Nottwil, Swiss, Mei lalu.
”Kali ini, perbaikan waktu belum bisa dicapai karena masih dalam proses. Masih awal. Jadi, (target) paling tidak mendekati waktu terbaik di Paralimpiade Tokyo, sekitar 11,4 detik,” ungkap Sapto.
Dia mengaku tidak bisa fokus pada satu nomor di ASEAN Para Games 2022 karena akan tampil di nomor 100 meter, 200 meter, 400 meter, dan 4 x 100 meter estafet campuran, sekaligus. Dia menargetkan meraih medali emas di 100 meter, 200 meter, dan estafet campuran. Dia tampil di banyak nomor karena ASEAN Para Games tidak masuk dalam perhitungan poin kualifikasi Paralimpiade 2024.
”Setelah ASEAN Para Games ini saya akan fokus pada satu nomor saja, 100 meter, untuk target besar berprestasi di Paralimpiade Paris 2024. Saya harus memilih fokus pada satu nomor untuk meraih target besar daripada tampil di banyak nomor tetapi tidak fokus,” ujar Sapto.
Menjaga rekor dunia
Selain Sapto, tim atletik Indonesia juga akan mengandalkan Karisma Evi Tiarani di klasifikasi T42. Dia merupakan pemegang rekor dunia lari 100 meter T42 dengan catatan waktu 14,64 detik saat meraih medali Grand Prix Atletik Paralimpiade di Swiss. Catatan waktunya itu melampaui rekor dunia atas namanya sendiri, yaitu 14,73 detik, yang diukir dalam Kejuaraan Dunia Atletik Paralimpiade Dubai 2019.
”Untuk ASEAN Para Games kali ini targetnya menyamai atau lebih baik dari catatan waktu itu. Semoga bisa lebih baik karena kali ini saya tampil di beberapa nomor. Tidak fokus pada satu nomor,” kata Evi seusai latihan di Stadion Sriwedari, Kamis (28/7/2022).
Evi juga terus memperbaiki kemampuannya untuk bisa berprestasi di Paralimpiade Paris 2024. Persaingan di level tertinggi sangat berat karena saat ini klasifikasi T42 digabung dengan T63 yang menggunakan bilah prostetik. Persaingan itu jelas terlihat saat Evi tampil di Paralimpiade Tokyo 2020.
Saat itu, dia finis di posisi keempat dengan catatan waktu 14,83 detik atau hanya selisih 0,1 detik dari peraih perunggu, Monica Contrafatto (Italia). Evi, satu-satunya atlet klasifikasi T42 di final itu, kini masih tercatat sebagai pemegang rekor Paralimpiade kelas T42.