Perenang putri muda Jawa Barat Adellia memendam kegagalan lolos seleknas SEA Games 2021. Dia pun membalas secara elegan dengan menunjukkan performa luar biasa pada hari pertama Festival Akuatik Indonesia 2022.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perenang putri Jawa Barat Adellia (17) menjadi bintang hari pertama Festival Akuatik Indonesia/Kejuaraan Nasional Akuatik Indonesia 2022 di Arena Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (26/7/2022). Tak hanya meraih medali emas nomor 50 meter gaya dada putri, perenang asal Cimahi, Jawa Barat itu dua kali memecahkan rekor nasional kelompok usia I (16-18 tahun).
Hasil itu adalah balas dendam elegan yang dilakukannya setelah tersisih dari seleksi tim nasional untuk SEA Games Vietnam 2021.
”Saat seleksi nasional SEA Games, sebelum puasa, saya menang nomor 100 meter dan 200 meter dada, serta kalah beberapa mili detik saja di 50 meter dada, tapi ujung-ujungnya saya tidak dibawa. Yang dibawa justru atlet itu lagi, itu lagi. Jadi percuma saja ada seleknas, sampai ikut time trial dua-tiga kali. Saya memang memendam kekesalan tersebut dan luapkan dengan prestasi ini, untuk menunjukkan kepada semuanya bahwa saya bisa,” tegas Adellia, yang hatinya membara di balik wajah cerianya saat ditemui usai lomba.
Adellia tampil sangat konsisten. Atlet kelahiran 18 November 2004 itu menjadi yang terbaik di babak kualifikasi dengan waktu 33,09 detik. Catatan itu memecahkan rekor terbaik pribadinya 32,98 detik dalam seleknas SEA Games 2021 sekaligus rekor nasional kelompok usia (KU) I milik Janice Tandiokusuma dengan 33,34 detik di Singapura pada 2014.
Dia tidak berpuas diri dengan hasil itu. Pada babak final, dia melesat lebih cepat yang mempertajam rekornas KU I menjadi 33,05 detik. ”Saya mempersiapkan diri untuk FAI (Festival Akuatik Indonesia) ini sejak dua bulan lalu. Tadinya, target saya memecahkan rekornas senior dari 32,13 detik (milik Anandia Treciel Vanessa Evato di Singapura pada 2017) menjadi 32 detik. Saya ingin membuktikan, ini ada lho atlet yunior di luar pelatnas yang bisa menyamai seniornya,” ungkap Adellia.
Selain 50 m gaya dada putri, Adellia masih akan tampil di 100 m gaya dada, 200 m gaya dada, dan 50 m gaya kupu-kupu. Sebelum memecahkan rekornas KU I 50 meter gaya dada, dia memegang rekornas KU II (14-15 tahun) 50 m gaya dada dengan 33,37 detik di Jakarta pada 2019 dan rekornas KU II 100 meter gaya dada dengan 1 menit 12,97 detik di Phnom Penh, Kamboja pada 2019.
Adellia ingin melanjutkan aksi gemilangnya pada tiga nomor tersisa. Dia ingin terus mengetuk hati pengurus pelatnas agar terpanggil untuk merekrutnya. ”Saya tentu tetap mau masuk pelatnas karena ingin membela Indonesia. Tapi, saya tidak mau terlalu berharap. Saya hanya ingin melakukan semuanya sebaik mungkin, dan mudah-mudahan kesempatan itu datang agar saya tidak terlalu kecewa seperti seleknas SEA Games kemarin. Bagi saya yang mau 18 tahun, tidak ada kata terlambat masuk pelatnas asal bisa memberikan yang terbaik,” terangnya.
Keputusan pelatih
Manajer timnas renang Indonesia Wisnu Wardhana mengungkapkan, apa yang terjadi kepada Adellia di luar kendalinya. Menurut dia, keputusan tidak membawa Adellia ke SEA Games 2021 sepenuhnya wewenang jajaran pelatih, antara lain pelatih Albert C Sutanto dan pelatih asal Australia Michael Piper.
”Kemungkinan besar, Adellia masih kalah bersaing dengan Vanessa Evato (yang masih memegang rekornas 50 m gaya dada dan 100 m gaya dada dengan 1 menit 9,78 detik di Jakarta pada 2018). Peluang Adellia untuk menang baru sebatas satu nomor, sedangkan Vanessa Evato berpeluang di tiga nomor, yakni 50 m dada, 100 m dada, dan 200 m dada,” ujarnya.
Akan tetapi, melihat performanya di hari pertama FAI, Wisnu mengatakan Adellia layak diberi kesempatan masuk pelatnas. Apalagi Vanessa Evato baru saja mundur dari pelatnas. ”Saya pasti akan merekomendasikannya, tetapi keputusannya tetap ada di pelatih. Saya akan membantu dari sisi administrasi, seperti meminta tambahan kuota atlet pelatnas atau membuat program seefisien mungkin agar bisa mengakomodasi atlet yang ada dan tidak mengganggu pelatnas,” jelasnya.
Saya memang memendam kekesalan tersebut dan luapkan dengan prestasi ini, untuk menunjukkan kepada semuanya bahwa saya bisa.
Piper menyampaikan, Adellia memang memiliki bakat luar biasa. Namun, pada SEA Games 2021, Vanessa jauh lebih siap untuk bersaing. Kini, dengan tidak ada Vanessa, Adellia berpeluang besar mengisi kekosongan atlet di nomor-nomor yang ditinggalkan.
”Yang jelas, atlet-atlet Indonesia, termasuk Adellia harus berpikir besar. Jangan hanya puas bisa tampil dan meraih medali di SEA Games. Mereka harus punya tujuan lebih besar, yakni ke Asian Games, Olimpiade, atau Kejuaraan Dunia,” katanya.
Rekor lain
Selain rekor Adellia, terlahir dua rekor lainnya pada hari pertama FAI. Perenang putri muda kelahiran Denpasar, Bali yang membela DKI Jakarta Ni Putu Pande Lisa Primasari mempertajam rekornas KU II 100 meter gaya bebas atas namanya sendiri dari 59,18 detik di Jakarta pada 2021 menjadi 59,14 detik dalam final FAI kali ini.
Kemudian, tim estafet 4x100 meter gaya bebas campuran Bali memecahkan rekornas dengan waktu 3 menit 56,19 detik. Rekor sebelumnya dipegang timnas Indonesia dengan 3 menit 56,32 detik di Filipina pada 2018. Akan tetapi, nomor estafet itu hanya ada dalam perlombaan kelompok usia.
Sayangnya, performa memikat para perenang muda itu tidak diikuti para perenang pelatnas. Pada hari pertama FAI, grafik mereka jauh dari penampilan terbaik. Perenang putri pelatnas Patricia Yosita Hapsari meraih emas 100 m gaya bebas, tetapi catatan waktu 58,42 detik masih jauh dari rekornas atas namanya sendiri (56,95 detik) pada PON Papua 2020.
Perenang putri pelatnas yang meraih emas 100 m gaya punggung SEA Games 2021, Flairene Candrea Wonomiharjo, merebut emas 200 m gaya punggung KU I. Dia harus puas dengan catatan waktu 2 menit 24,68 detik, di bawah rekor terbaik pribadinya, 2 menit 20,91 detik, pada uji coba jelang SEA Games 2021 di Jakarta tahun ini.
Perenang pelatnas Gagarin Nathaniel Yus memperoleh emas 50 m gaya dada dengan waktu 29,79 detik, di bawah rekor pribadinya 27,80 detik pada uji coba jelang SEA Games 2021.
Sementara itu, Aflah Fadlan Prawira harus puas dengan perak 200 meter gaya punggung. Catatan waktu Aflah 2 menit 9,42 detik lebih baik dari rekor pribadinya, 2 menit 13,70 detik dalam seleknas SEA Games 2021. Namun, Aflah masih kalah dari perenang muda Jawa Barat Gilbert Eliezer Argaperwira, yang merebut emas dengan 2 menit 9,14 detik.
”Performa para atlet pelatnas memang sedang menurun karena baru saja mencapai puncak performa di SEA Games 2021. Mereka baru memulai lagi program latihan dari pembentukan daya tahan usai istirahat beberapa pekan setelah SEA Games. Yang jelas, mereka tetap dituntut mengeluarkan kemampuan terbaik. FAI ini adalah salah satu bahan pertimbangan promosi-degradasi atlet pelatnas,” pungkas Wisnu.