Usai menyumbang emas SEA Games 2021, perenang putri blasteran Indonesia-Jerman Masniari Wolf mendapatkan program khusus untuk lolos ke Olimpiade 2024 atau 2028. Dia diyakini bisa jadi andalan Indonesia di masa depan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Usai sukses menyumbangkan emas nomor 50 meter gaya punggung putri pada SEA Games Vietnam 2021 pada Mei lalu, perenang putri blasteran Indonesia-Jerman Masniari Wolf akan dibuatkan program khusus agar bisa lolos secara langsung ke Olimpiade Paris 2024 atau Olimpiade Los Angeles 2028. Dengan usia baru masih 17 tahun dan memiliki bakat besar, Masniari diyakini mampu menjadi perenang andalan Indonesia dan mewakili tim Merah-Putih di pentas Olimpiade.
”Di samping tetap membina atlet-atlet usia dini Indonesia di dalam negeri dan memberi mereka kesempatan tampil di ajang-ajang prestisius, seperti SEA Games, kami akan menyiapkan program untuk Masniari dalam menuju Olimpiade 2024 atau 2028. Kami tidak mau perenang Indonesia hanya jago kandang, tetapi kami bercita-cita agar mereka berprestasi lebih baik di SEA Games dan lolos tanpa wildcard ke Olimpiade. Semoga itu terwujud pada 2024 atau 2028,” ujar Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Harlin E Rahardjo dalam sesi ""Berbagi Pengalaman dengan Masniari Wolf secara daring, Selasa (21/6/2022).
Harlin mengatakan, PB PRSI fokus untuk melakukan regenerasi karena perenang yang ada saat ini tidak dipungkiri sudah melewati usia emasnya. Oleh karena itu, regenerasi harus dilakukan secepatnya. Salah satu pola baru dalam regenerasi, yakni melirik atlet berdarah murni Indonesia atau blasteran Indonesia yang bermukim atau berlatih di luar negeri, seperti Masniari yang beribu orang Sumatera Utara dan ayah orang Jerman, serta lahir, tumbuh, dan berlatih di Frankfurt, Jerman.
PRSI jangan kecolongan lagi seperti kasus perenang putra blasteran Indonesia-Amerika Serikat Kaikea Putra Boyum Crews. Perenang berusia 19 tahun itu telah berniat membela Indonesia di SEA Games 2021. Akan tetapi, karena ada masalah komunikasi dan ketidakcocokan dengan tim pelatih pelatnas, perenang spesialisasi nomor 100 meter gaya punggung itu memutuskan memilih kewarganegaraan Amerika Serikat secara lebih cepat. Padahal, dia masih bisa memilih hingga akhir 2023.
”PRSI ingin meneruskan atau menambah perenang-perenang keturunan Indonesia yang berlatih di luar negeri untuk bisa memperkuat Indonesia. Jajaran pelatih PRSI harus mampu membuka diri dengan potensi atlet Indonesia yang cukup banyak di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, Australia, dan Jerman. Mereka itu mendapatkan lingkungan kompetisi yang sangat baik dan itu sangat menguntungkan kalau mau membela Indonesia,” ungkap Harlin.
Proses pendekatan
Manajer Tim Nasional Renang Indonesia Wisnu Wardhana menuturkan, nama Masniari pertama kali diketahui dari rekannya yang tinggal di Jerman pada 2017 atau 2018. Waktu itu, perenang kelahiran 2005 itu dikabarkan memiliki prestasi cukup bagus di kelompok usianya secara nasional di Jerman.
Informasi itu membawa Wisnu untuk datang langsung menemui Masniari dan orangtuanya di Jerman pada 2019. Dalam pertemuan itu, ternyata Masniari sangat berminat untuk memperkuat Indonesia. ”Pandemi Covid-19 di awal 2020 sempat menunda kedatangannya ke pelatnas. Namun, komunikasi antara PRSI dan Masniari tetap terjaga dengan baik sampai akhirnya perenang klub SG Frankfurt itu membela Indonesia di SEA Games 2021 dan menyumbang satu emas,” katanya.
Menurut Wisnu, di awal rencana membawa Masniari memperkuat Indonesia, memang masih banyak pihak yang meragukan rencana atau keputusan tersebut. Sejumlah pihak menganggap itu kurang baik untuk pembinaan di Indonesia.
Akan tetapi, Wisnu dan Harlin bersikukuh untuk mencoba Masniari membela Indonesia. Bagi mereka, itu adalah terobosan untuk pembinaan di Indonesia. Selain bisa berbagi pengalaman latihan di luar negeri, perenang diaspora itu tetap berdarah Indonesia dan punya hak yang sama dalam memperkuat Indonesia. ”Nasionalisme mereka tidak kalah dengan atlet-atlet Indonesia yang ibu-bapaknya asli Indonesia,” tegas Wisnu.
Pendirian Wisnu dan Harlin berbuah hasil positif. Setidaknya, Masniari mempersembahkan emas pertama untuk Indonesia di SEA Games 2021 dan mengakhiri paceklik emas dari nomor putri di SEA Games dalam 11 tahun terakhir. Sebelumnya, perenang putri Indonesia terakhir yang merebut emas SEA Games, yakni Yessy Yosaputra di nomor 200 meter gaya punggung pada 2011.
Prestasi Masniari membangkitkan semangat rekan-rekannya di SEA Games 2021 sehingga perenang putri Flairene Candrea Wonomiharjo merengkung emas nomor 100 meter gaya punggung. Secara keseluruhan, Indonesia mengumpulkan 2 emas, 3 perak, dan 10 perunggu dari disiplin renang SEA Games Vietnam. Capaian itu lebih baik dari edisi sebelumnya di Filipina 2019, yakni dengan 1 emas, 6 perak, dan 7 perunggu.
Bangga membela Indonesia
Masniari mengutarakan, tidak banyak perdebatan ketika PB PRSI menawarkannya memperkuat Indonesia. Sebab, dia memiliki ibu berdarah Indonesia dan punya banyak keluarga yang sangat mencintai mereka di Indonesia. Untuk itu, dia tidak ragu memilih Indonesia. ”Saya bangga pada akhirnya bisa membela Indonesia,” tutur Masniari yang memiliki ibu bermarga Siahaan.
Saya bangga pada akhirnya bisa membela Indonesia. (Masniari Wolf)
Pasca menyumbang prestasi dari SEA Games, Masniari bercita-cita memberikan prestasi lebih prestisius untuk Indonesia, termasuk di Olimpiade. Dia termotivasi untuk bisa lolos langsung ke Olimpiade 2024 atau 2028. ”Saya tidak tertekan dengan target itu karena tekanan bukan kepada saya saja, ada banyak atlet lain di pelatnas. Justru, saya semakin termotivasi untuk bisa mewakili Indonesia di Olimpiade,” terangnya.
Sehabis SEA Games, Masniari dan beberapa rekannya di pelatnas tidak bisa lama-lama beristirahat. Di samping ada perlombaan rutin di Jerman, Masniari ikut memperkuat Indonesia di Kejuaraan Dunia Akuatik 2022 di Budapest, Hongaria, 17 Juni-3 Juli. Secara total, Indonesia mengirim enam wakil ke ajang yang dialihkan dari jadwal sebelumnya di Fukuoka, Jepang pada 16 Juli- 1 Agustus. Enam wakil itu, terdiri dari lima perenang dan satu loncat indah.
Sayangnya, para wakil Indonesia belum bisa berbicara banyak. Masniari misalnya, perenang yang sangat menyukai gado-gado itu harus puas berada di urutan ke-27 dari 39 peserta dengan waktu 30,48 detik pada nomor 50 meter gaya punggung dan di peringkat ke-37 dari 43 peserta dengan waktu 1 menit 6,70 detik pada nomor 100 meter gaya punggung.
Wisnu mengakui bahwa hasil para wakil Indonesia itu belum memuaskan. Alasannya, mereka sudah menembus puncak performa di SEA Games 2021 yang menjadi fokus utama program tahun ini. Rata-rata, deviasi atau penurunan performa wakil Indonesia dari SEA Games ke Kejuaraan Dunia sekitar 1,5-2 persen.
”Ke depan, kami perlu menyiapkan tiga tim, yakni dari lapis pertama, kedua, dan ketiga untuk menyambut banyaknya ajang tahun depan, mulai dari SEA Games, Asian Games, hingga Islamic Solidarity Games. Tujuannya, agar para wakil Indonesia bisa fokus mencapai puncak performa di setiap gelaran yang diikuti,” pungkas Wisnu.