Bulu tangkis Indonesia hanya meraih dua medali emas di SEA Games Vietnam 2021. Kecuali ganda putra dan putri, nomor lain tertatih-tatih meski hanya bersaing pada level Asia Tenggara.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ekspresi pasangan ganda putra Indonesia, Daniel Marthin (kanan) dan Leo Rolly Carnando (kiri), setelah mengalahkan rekan senegara, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, pada final ganda putra cabang bulu tangkis SEA Games Vietnam 2021 di Bac Giang Gymnasium, Bac Giang, Vietnam, Minggu (22/5/2022). Indonesia mendapat 2 emas, 2 perak, dan 5 perunggu dari cabang bulu tangkis.
Dua medali emas, dua perak, dan lima perunggu yang diraih tim bulu tangkis pada SEA Games Vietnam 2021 menjadi gambaran kekuatan bulu tangkis Indonesia saat ini. Tak hanya di dunia, untuk menjadi yang terbaik pada level Asia Tenggara pun, sebagian nomor masih tertatih-tatih. Indonesia kalah bersaing dengan Thailand yang mendapat empat emas dan dua perak.
Dengan mengirimkan formasi pemain pelapis pada nomor putra dan pemain utama di putri, hanya ganda putra dan putri yang bisa mencapai target. Indonesia menempatkan dua unggulan teratas ganda putra pada puncak podium melalui dua pasangan pelapis di pelatnas utama. Pada perebutan medali emas, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin mengalahkan rekan latihan di pelatnas Cipayung, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Hasil tersebut mempertegas konsistennya regenerasi ganda putra setelah prestasi lain dicapai pada tahun ini, sebagian besar dari pasangan pelapis. Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri menjuarai All England, di antaranya setelah mengalahkan senior mereka, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada semifinal dan final.
Pramudya/Yeremia untuk pertama kalinya meraih gelar juara dari turnamen level tinggi, yaitu Kejuaraan Asia di Filipina, 26 April-1 Mei. Poin peringkat dunia untuk kejuaraan ini sama dengan nilai dalam turnamen level BWF World Tour Super 1000, seperti All England dan Indonesia Terbuka.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu (kanan) dan Siti Fadia Silva Ramadhanti, berlaga melawan pasangan Thailand, Benyapa Asimsaard/Nuntakarn Aimsaard, pada laga final ganda putri cabang bulu tangkis SEA Games Vietnam 2021 di Bac Giang Gymnasium, Bac Giang, Vietnam, Minggu (22/5/2022).
Salah satu kesuksesan regenerasi, seperti disebutkan mantan pebulu tangkis Christian Hadinata, adalah prestasi para pemain pelapis yang semakin baik pada saat para senior masih bisa bersaing pada level top dunia. Ganda putra pun berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan piramida prestasi, yang semakin ke atas semakin tinggi pula targetnya, melalui kelahiran pemain-pemain generasi muda.
Medali emas lain, dari ganda putri, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, bisa dinilai sebagai kejutan, bisa juga tidak. Kejutan jika melihat bahwa mereka adalah pasangan baru. SEA Games 2021 menjadi debut yang tertunda Apriyani dan Fadia karena Apriyani sempat cedera. Sebelumnya Apriyani berpasangan dengan Greysia Polii, dan Fadia bersama Ribka Sugiarto.
Di sisi lain, hasil tersebut bisa dinilai wajar karena mereka memiliki kekuatan individu yang telah teruji pada level dunia, terutama Apriyani. Bersama Greysia, Apriyani mencapai puncak prestasi dengan meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
Fadia, seperti dinilai pelatih ganda putri Eng Hian, adalah salah satu dari sedikit ganda putri yang bisa mengimbangi Apriyani, terutama dari sisi mental. Eng Hian mengutamakan karakter pejuang dan ketekunan ketika memilih pemain untuk menjadi partner Apriyani, menjelang pensiunnya Greysia.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Apriyani Rahayu (kiri) dan Siti Fadia Silva Ramadhanti memperlihatkan medali emas sebagai juara ganda putri cabang bulu tangkis SEA Games Vietnam 2021 di Bac Giang Gymnasium, Bac Giang, Vietnam, Minggu (22/5/2022). Apriyani/Fadia diharapkan bisa meneruskan prestasi Apriyani saat berpasangan dengan pemain senior Greysia Polii.
Maka, SEA Games pun menjadi panggung penilaian awal performa Apriyani/Fadia. Meski demikian, sedari awalEng Hian mengatakan, meraih medali menjadi hal yang wajar bagi Apriyani/Fadia.
Nomor lain, yaitu ganda campuran, masih memerlukan proses untuk melahirkan pasangan yang bisa bersaing pada level top dunia setelah Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tak lagi berlatih di pelatnas. Indonesia menempatkan dua wakil pada semifinal yang merupakan ganda campuran terbaik pelatnas saat ini, yaitu Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso. Namun, mereka kalah dari pasangan Malaysia.
Salah satu kesuksesan regenerasiadalah saat prestasi para pemain pelapis yang semakin baik pada saat para senior masih bisa bersaing pada level top dunia.
Dua ganda campuran Indonesia itu memiliki peringkat dunia yang tak begitu jauh dengan pemain yang mengalahkan mereka, yaitu Chen Tang Jie/Peck Yen Wei dan Hoo Pang Ron/Cheah Yee See, pada posisi 30 besar dunia. Kemenangan pun akhirnya tergantung pada mereka yang lebih siap saat tampil di lapangan.
Tunggal tertinggal
Dua perunggu dari nomor tunggal memperlihatkan bahwa sektor tersebut jelas tertinggal, kecuali untuk satu perunggu dari Putri Kusuma Wardani. Tunggal putra pelapis, seperti Chico Aura Dwi Wardoyo dan Christian Adinata, tertinggal dari Thailand yang memiliki bintang muda, Kunlavut Vitidsarn. Pemain berusia 21 tahun, yang lebih muda dari Chico dan seusia Christian itu, meraih emas setelah mengalahkan juara dunia asal Singapura, Loh Kean Yew,di final.
HUMAS PP PBSI
Tunggal putri nomor satu Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, memukul kok saat melawan pemain Thailand, Phittayaporn Chaiwan, pada laga semifinal bulu tangkis SEA Games Vietnam 2021 di Bac Giang Gymnasium, Sabtu (21/5/2022). Gregoria harus puas dengan medali perunggu setelah kalah 18-21, 15-21.
Thailand juga mendapat emas dari tunggal putri, dengan final sesama Thailand, serta beregu putra dan putri.
Hasil perempat final yang didapat Chico dan kekalahan pada babak pertama Christian menandakan rentang prestasi yang terlalu jauh dengan pemain utama, Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shesar Hiren Rhustavito.
Salah satu medali perunggu, yaitu dari Putri Kusuma Wardani, membangun harapan lahirnya generasi baru tunggal putri. Dengan usia 19 tahun dan peringkat ke-51 dunia, dia masih dalam proses belajar tampil konsisten pada setiap pertandingan, terutama saat menghadapi lawan lebih senior.
Putri tampil baik ketika berhadapan dengan pemain peringkat ke-10 dunia, Pornpawee Chochuwong, pada final beregu putri Indonesia melawan Thailand, meski akhirnya kalah. Namun, dia kesulitan mengimbangi lawan yang sama saat bertemu kembali pada semifinal kategori perseorangan.
HUMAS PP PBSI
Ekspresi tunggal putri Indonesia, Putri Kusuma Wardani, saat melawan pemain Thailand peringkat ke-10 dunia, Pornpawee Chochuwong, dalam laga semifinal bulu tangkis SEA Games Vietnam 2021 di Bac Giang Gymnasium, Sabtu (21/5/2022). Putri kalah 16-21, 9-21, dan mendapat perunggu.
Perunggu dari Gregoria Mariska Tunjung menunjukkan stagnannya performa tunggal putri paling senior di pelatnas ini. Beranjak dari level yunior pada 2018, setelah menjadi juara dunia yunior 2017, Gregoria tak juga berkembang. Padahal, dia berada satu angkatan dengan Vitidsarn yang telah menempati peringkat ke-18 dunia.
Dari komentar yang berulang kali dikemukakan kepada media dan terakhir melalui media sosial, setelah SEA Games, tergambar bahwa masalah utama Gregoria ada pada faktor mental. Komentarnya sering kali menyiratkan ketidakpercayaan dirinya.
Menjelang Olimpiade Tokyo 2020, yang dimundurkan setahun, misalnya, dia sempat mengungkapkan ketidakpercayaan diri itu. ”Tampil di Olimpiade dengan lawan yang sudah punya prestasi besar membuat saya merasa belum mampu bersaing dengan mereka. Namun, seiring waktu, saya coba melupakan pikiran itu. Sekarang, saya siap menghadapinya karena kalau menyia-nyiakan kesempatan tahun ini, belum tentu saya mendapat kesempatan lagi pada 2024,” katanya (Kompas, 16 Juli 2021).
Dengan kondisi tersebut, hanya ada dua pilihan yang bisa dilakukan PP PBSI, salah satunya memberi kesempatan dengan batas waktu tertentu kepada Gregoria (dengan pertimbangan masih berusia 22 tahun) untuk berkembang, sambil membantu memecahkan masalahnya. Jika tak berhasil, saatnya fokus dialihkan pada Putri, Stephanie Widjaja, Bilqis Prasista, Komang Ayu Cahya Dewi, dan pemain muda potensial lainnya.