Sejumlah atlet muda Indonesia, khususnya yang dipersiapkan matang di luar negeri, bersinar terang di SEA Games Vietnam. Mereka adalah hasil pembinaan yang terstruktur dan berkesinambungan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
HANOI, KOMPAS — SEA Games Vietnam 2021 semakin terasa seperti panggung atlet debutan Indonesia. Sejumlah atlet yang tidak dibebani target spesifik, seperti pebasket Derrick Michael Xzavierro (19) dan perenang Masniari Wolf (16), justru menjadi ”tulang punggung” tim. Di balik fenomena itu terselip pesan bahwa Indonesia punya bakat berlimpah, tetapi butuh pembinaan tepat untuk memolesnya.
Derrick menahbiskan dirinya sebagai bintang masa depan dalam penampilan debut SEA Games di Tanh Tri Indoor Stadium, Hanoi, Vietnam, Senin (16/5/2022). Dengan sumbangan 24 poin dan 18 rebound selama 37 menit pada laga itu, ia menjadi pahlawan kemenangan dramatis tim basket Indonesia atas Malaysia, 95-92.
Pada babak tambahan waktu, Derrick menjadi pemain yang terus dipercaya pelatih kepala, Milos Pejic. Kepercayaan itu dibayar lewat dunk eksplosif pada pengujung laga itu. Dunk pemain setinggi 2,06 meter itu membuat Indonesia berbalik unggul dan meruntuhkan mental lawan yang sempat bangkit dari situasi tertinggal 18 poin.
”Dia (Derrick) baru berlatih dengan kami dua minggu terakhir. Kami melatihnya untuk posisi 4 (power forward), tetapi dia harus bermain di posisi 5 (center) karena Marques Bolden (pemain naturalisasi andalan) cedera, kemarin. Gila, dia (Derrick) bermain sangat baik,” ucap Pejic.
Derrick mengisi kekosongan dari absennya Bolden. Atlet keturunan Indonesia-Kamerun itu sudah seperti naturalisasi. Tingginya paling menjulang di antara pemain senior lainnya. Dengan keunggulan fisik, dia ibarat raksasa di area dalam yang tecermin dari jumlah rebound dan blok (5 kali).
Dia bukan lagi remaja kurus dan jangkung yang sempat jadi cadangan timnas Indonesia pada kualifikasi Piala Asia, awal 2020 lalu. Derrick telah ”berevolusi” seusai masuk program NBA Global Academy, setahun terakhir. Dia meraih beasiswa di program yang melahirkan pemain NBA dari Oklahoma City Thunder, Josh Giddey, itu.
”Aku lebih percaya diri sekarang, lebih berani. Aku juga lebih tahu cara bermain. Di luar sana, aku tampil dengan orang yang tinggi-tinggi banget. Makanya, tadi aku ingin menunjukkan apa yang sudah dilatih selama ini,” kata Derrick yang bergaya rambut gimbal.
Untuk mengasah bakatnya, Masniari mengikuti kejuaraan secara rutin di Jerman. Tahun ini, ia sudah mengikuti empat kejuaraan. Tahun lalu, sembilan kejuaraan bahkan telah diikutinya.
Derrick sempat dilatih di Australia, salah satu markas dari NBA Global Academy. Dia juga menjalani tur pertandingan di Amerika Serikat melawan tim-tim sekolah dalam beberapa bulan terakhir. Pengalaman itu menjadikannya pebasket pertama Indonesia yang akan tampil di NCAA, kompetisi bola basket universitas di AS.
Dari cabang renang, atlet debutan Indonesia lainnya, Masniari Wolf, juga bersinar di Vietnam. Dia menyumbang emas dari nomor 50 meter gaya punggung, Minggu. Atlet keturunan Indonesia-Jerman itu mengakhiri 11 tahun paceklik medali emas di sektor renang putri Indonesia pada SEA Games.
Masniari, yang memulai final dari lintasan 3 atau bukan unggulan, finis tercepat dengan waktu 29,21 detik. Catatan waktunya itu juga menjadi rekor nasional baru yang sebelumnya diukir Sofie Kemala (29,47 detik) di Bandung pada 2016.
Ditempa di Jerman
Menariknya, Masniari tidak berlatih di pemusatan latihan nasional tim renang, seperti 16 rekan-rekan lainnya. Atlet yang bersekolah di Jerman itu berlatih terpisah di klub SG Frankfurt. Perenang kelahiran 2005 itu bahkan langsung berangkat ke Vietnam dari Jerman, tidak bersama tim renang di Jakarta.
”Di sana, saya berlatih enam kali seminggu bersama klub. Sebelum berenang, saya juga melakukan latihan atletik. Kegiatan saya tidak lepas dari olahraga karena saya bersekolah di sekolah olahraga. Itu semua membantu perkembangan saya,” kata Masniari yang nyaris batal berangkat ke Vietnam karena masih berstatus perenang cadangan pada April lalu.
Untuk mengasah bakatnya, Masniari mengikuti kejuaraan secara rutin di Jerman. Tahun ini, ia sudah mengikuti empat kejuaraan. Tahun lalu, sembilan kejuaraan bahkan telah diikutinya. Beberapa kali kejuaraan itu digelar di luar Jerman.
Capaian Masniari dan Derrick memperlihatkan Indonesia memiliki banyak atlet berpotensi. Mereka bisa bersinar lebih cepat, salah satunya berkat program pembinaan di luar negeri.
Namun, sejumlah atlet muda yang dibina di dalam negeri juga tak kalah membanggakan. Hal itu diperlihatkan petembak Dewi Laila Mubarokah (23) yang juga menjalani debut SEA Games di Vietnam.
Penebusan Dewi
Ia meraih emas pertama Indonesia dari cabang menembak di Vietnam. Bagi Dewi, SEA Games kali ini adalah hasratnya yang terpendam selama lebih dari tiga tahun. Dewi batal membela Indonesia di SEA Games Filipina 2019 karena keterbatasan kuota atlet yang dikirim. Padahal, saat itu, dia sudah dinyatakan siap dan layak untuk mewakili Indonesia.
Tidak heran, ia tampak emosional, matanya berkaca-kaca, saat dinyatakan menjuarai nomor senapan angin 10 meter individu putri, kemarin. Ia menyisihkan atlet tuanrumah, Phi Tanh Thao, di final. ”Ini yang saya tunggu tiga tahun. Meledaknya sekarang,” katanya.Hingga semalam, Indonesia menempati peringkat kelima dalam perolehan medali. Total 23 emas, 36 perak, dan 27 perunggu, diraih kontingen ”Merah-Putih” di Vietnam.