Maria Natalia Londa, atlet lompat jauh Indonesia, meraih perak Golden Fly Series 2021 di Thailand. Capaian itu jadi modal berharga Maria meraih prestasi jauh lebih baik dalam ajang-ajang bergengsi lainnya di tahun depan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – "Ratu" lompat jauh Indonesia, Maria Natalia Londa, membuat kejutan dalam Kejuaraan Golden Fly Series 2021 di Phuket, Thailand, Sabtu (4/12/2021). Setelah dua tahun tidak berlaga di ajang internasional karena pandemi Covid-19 dan baru pertama kali turun di gelaran ini, Maria tidak sedikit pun canggung dan sukses meraih medali perak dengan lompatan terbaik, yaitu 6,35 meter.
Adapun emas direbut pelompat Belarusia, Natassia Mironchyk-Ivanova, dengan lompatan 6,47 meter, sementara perunggu didapat Parinya Chuaimaroeng (Thailand) dengan 5,92 meter.
”Puji Tuhan, ini pengalaman luar biasa. Berkat doa dan support dari PB PASI (Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), coach, keluarga, dan semua rekan, saya bisa lomba dengan sehat dan mendapatkan hasil yang baik. Ini menjadi bekal saya untuk berlatih lebih baik lagi,” ujar Maria seusai tampil di ajang itu.
Golden Fly Series 2021 adalah kejuaraan atletik bergengsi khusus nomor lompat dan loncat yang diikuti para atlet elite dunia. Ajang ini pertama kalinya berlangsung di Asia. Kejuaraan itu digelar sekitar 50 meter dekat Pantai Patong, Thailand, dan persis di pinggir jalan raya kawasan tersebut.
Dalam laga ini, Maria bersaing dengan dua pelompat Eropa yang punya rekor pribadi jauh lebih baik, yakni Ivanova dengan 7,08 meter pada 2012 dan Anna Lunyova (Ukraina) dengan 6,73 meter (2016). Rekor terbaik Maria sekaligus rekor nasional Indonesia adalah sejauh 6,70 meter yang diraihnya saat menyabet emas SEA Games Singapura 2015.
Namun, Maria--yang mengoleksi emas Asian Games Incheon 2014--tidak gentar. Atlet berusia 31 tahun ini menunjukkan pengalamannya yang tidak bisa diremehkan lawan. Ia bisa bersaing dengan Ivanova yang notabene pengoleksi perunggu Kejuaraan Dunia 2011 dan perak Kejuaraan Dalam Ruangan Eropa 2019. Terbukti, Maria bersaing ketat dengan Ivanova hingga lompatan terakhir.
Teknik start baru
Dengan teknik start barunya, yakni dari standing di titik start menjadi flying dengan acang-acang tiga-lima meter sebelum titik start, Maria bisa mengoptimalkan semua kesempatan dengan baik. Setelah bisa mencapai lompatan 6,24 meter pada kesempatan pertama, atlet asal Denpasar, Bali, itu sukses mencatat lompatan lebih baik, yaitu menjadi 6,35 meter, pada kesempatan kedua.
Kejuraan ini jadi pengalaman berharga untuk menatap kejuaraan-kejuaraan lainnya ke depan. Saya perlu lebih membiasakan diri mempraktikan teknik start baru
Sayangnya, dari kesempatan ketiga, performa Maria menurun. Dia mencatat lompatan 6,15 meter di kesempatan ketiga, lalu 6,08 meter di kesempatan keempat. Ia lalu didiskualifikasi karena kakinya melewati garis batas papan tumpu pada percobaan kesempatan kelima maupun keenam.
Adapun Ivanova terus menjaga jarak atas para pesaingnya dan mencatat lompatan 6,47 meter di kesempatan ketiga. Chuaimaroeng berhasil mengunci perunggu berkat lompatan 5,92 meter di kesempatan keenam atau pamungkas.
”Tadi, kondisi anginnya berubah-ubah. Bisa tiba-tiba kencang saat mau melakukan start. Makanya, semua pelompat nunggu setiap akan lompat. Terlepas dari semua itu, (kejuaraan) ini jadi pengalaman berharga untuk menatap kejuaraan-kejuaraan lainnya ke depan. Saya perlu lebih membiasakan diri mempraktikan teknik start baru,” ungkap Maria.
Terus dimatangkan
Pelatih sekaligus suami Maria, I Made Sukariata, menuturkan, penampilan Maria dengan teknik start barunya sangat memuaskan. Maria baru sekitar satu bulan mempraktikan teknik yang disarankan konsultan kepelatihan asal Amerika Serikat, Harry Marra, sejak Juni lalu. Maria pun memenuhi target melampaui hasil lompatan 6,26 meter ketika membawa pulang emas Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 pada Oktober lalu.
Kendati demikian, lanjut Made, dia maupun Maria tidak mau cepat berpuas diri. Made ingin Maria lebih mematangkan teknik start barunya. Maria berpeluang berkembang menjadi lebih baik. Itu bisa menjadi modal baginya untuk mempertahankan emas di SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022, membuat kejutan di Asian Games Hangzhou 2022 pada September 2022, dan memecahkan rekornas 6,70 meter di salah satu ajang pada tahun depan.
”Itu (teknik start baru) mesti dimatangkan lagi. Kita harus terus berusaha mengembangkan diri menjadi lebih baki lagi,” tegas Made.