Thailand Rasa Bali Memberi Optimisme pada Maria Londa
Dengan nuansa mirip Bali, ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa cepat beradaptasi dengan lokasi perlombaan Golden Fly Series 2021 di Phuket, Thailand. Itu diharapkan menjadi modal untuk meraih prestasi terbaik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Walau baru pertama kali berpartisipasi, ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa tak canggung untuk berlaga dalam Golden Fly Series 2021 di Phuket, Thailand. Suasana Pantai Patong, Phuket yang menjadi lokasi pertandingan terasa seperti Pulau Bali, kampung halaman pelompat berusia 31 tahun tersebut.
Maria pun tak sulit beradaptasi dan siap membuat kejutan saat berlomba pada Sabtu (4/11/2021) pukul 17.00 WIB. ”Tempatnya mirip banget dengan Bali. Mudah-mudahan saya bisa tampil maksimal dan mungkin bisa meraih prestasi terbaik,” ujar Maria mengungkapkan kepercayaan dirinya, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (3/11).
Golden Fly Series 2021 adalah kejuaraan atletik bergengsi khusus nomor lompat dan loncat yang diikuti para atlet elite dunia, dan untuk pertama kalinya berlangsung di Asia. Arena lomba dibangun sekitar 100 meter dari bibir Pantai Patong, di tepi jalan raya yang menyusuri kawasan wisata tersebut.
Menurut Maria, ada keuntungan dan tantangan dari arena pertandingan tersebut. Dia berlomba di sekitar pantai yang kondisi cuaca dan anginnya tidak jauh berbeda dengan tempatnya biasa berlatih di Bali.
Apalagi, dari empat calon lawan Maria, sebagian berasal dari Eropa, seperti pelompat jauh putri Belarusia Natassia Myronchik-Ivanova dan pelompat jauh putri Ukraina Anna Lunyova. Atlet Eropa rata-rata memiliki rekor lompatan jauh lebih baik, seperti Ivanova dengan lompatan tebaik 7,08 meter pada 2012 dan Lunyova dengan 6,73 meter pada 2016.
Adapun rekor terbaik Maria, yakni 6,70 meter ketika meraih emas SEA Games Singapura 2015 yang sekaligus tercatat sebagai rekor nasional. Prestasi lawan lainnya masih berada di bawah Maria, seperti atlet tuan rumah Parinya Chuaimaroeng dengan lompatan terbaik 6,41 meter pada 2018.
Tempatnya mirip banget dengan Bali. Mudah-mudahan saya bisa tampil maksimal dan mungkin bisa meraih prestasi terbaik.
Namun, cuaca di Eropa dan Asia pada Desember sangat berbeda. Eropa sedang musim dingin, sedangkan Asia tetap hangat. Hal itu diyakini membuat para atlet Eropa butuh usaha lebih keras untuk beradaptasi. ”Adaptasi cuaca pasti berpengaruh. Tetapi, saya rasa dengan kelas perlombaan ini, semua atlet pasti mau tidak mau harus siap dengan segala kondisi yang ada,” terang Maria merendah.
Suasana tengah kota
Adapun arena lomba di tengah keramaian kawasan wisata itu menjadi tantangan yang harus dihadapi peserta. Maria untuk pertama kalinya berlomba di arena yang dibanguyn di tengah pusat aktivitas masyarakat.
Situasi itu akan sangat memengaruhi konsentrasi atlet, terutama arus lalu lintas yang tak jauh dari arena lompat jauh. ”Ini pengalaman pertama saya bertanding di tengah kota. Tetapi, semua atlet merasakan suasana yang sama. Yang penting saya happy bisa berlomba lagi (di level internasional) setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19,” kata Maria.
Maria sudah mencoba arena itu pada Jumat petang. Pelatih sekaligus suami Maria, I Made Sukariata menyampaikan, hasil percobaan itu berjalan dengan baik, yang membuat Maria kian terbiasa dengan arena tersebut. Saat ini, Maria tinggal mempertahankan konsentrasi agar bisa menunjukkan performa terbaik.
Di luar itu, Made berharap, tidak ada hujan pada hari perlombaan. ”Kemarin, sempat turun hujan. Semoga pas hari H, tidak turun hujan karena bakal jadi hambatan,” ungkapnya.
Made maupun Maria tidak mematok target muluk-muluk. Maria menjadikan ajang ini sebagai wadah mengembalikan naluri berkompetisi di level internasional dan mengevaluasi hasil latihan teknik start baru, yakni standing start pada check mark atau titik start menjadi flying start dengan acang-acang tiga-lima meter sebelum check mark. ”Intinya kami fokus dengan capaian jarak lompatan dahulu. Kalau bisa, lebih baik dibanding PON Papua,” ujar Made. Di Papua, Maria merebut emas dengan lompatan 6,26 meter.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengutarakan, Maria dapat memanfaatkan kesempatan itu sebagai batu loncatan untuk menuju SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022. ”Kendati usianya tergolong tidak muda lagi, saya lihat Maria masih tetap disiplin dan bersemangat. Semoga tahun depan, dia bisa meraih emas SEA Games,” ujarnya.