Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah bertarung dalam final bulu tangkis klasifikasi SL4 kelas elite Peparnas Papua. Pertandingan antarganda putri peraih emas Paralimpiade Tokyo 2020 ini berlangsung datar.
Oleh
KELVIN HIANUSA/FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pertarungan antara dua sahabat di pemusatan latihan nasional, Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah, tersaji dalam final tunggal putri klasifikasi SL4 kelas elite di GOR Cenderawasih, Kota Jayapura, Sabtu (13/11/2021). Duel pasangan ganda putri peraih emas Paralimpiade Tokyo 2020 ini berlangsung tanpa gairah. Leani keluar sebagai pemenang dan sukses meraih emas Peparnas Papua 2021.
Mewakili Riau, Leani memenangi laga final atas wakil Jatim, Khalimatus, dalam dua gim langsung skor 21-16 dan 21-15. Laga ini berlangsung datar tanpa emosi dari keduanya.
Leani, saat ditemui seusai pertandingan, menyampaikan senang sekaligus sedih. Sebab, dia harus menghadapi sahabatnya yang juga sudah dianggap seperti adik sendiri. Keduanya bahkan masih menghabiskan waktu bersama sehari sebelum laga final. Mereka juga sama-sama tampil kompak dengan rambut dikepang khusus hari ini.
Saya sangat bahagia dapat meraih hasil terbaik bagi Riau. Namun, saya juga merasa sedih karena harus melawan Alim. Kami selalu berdua ke mana pun kalau di pelatnas ataupun tanding. Bahkan, ketika di sini, kami masih bersama walaupun berbeda kontingen.
”Saya sangat bahagia dapat meraih hasil terbaik bagi Riau. Namun, saya juga merasa sedih karena harus melawan Alim. Kami selalu berdua ke mana pun kalau di pelatnas ataupun tanding. Bahkan, ketika di sini, kami masih bersama walaupun berbeda kontingen,” ucap Leani.
”Alim sudah saya anggap seperti adik sendiri. Begitu juga dia yang menganggap saya sebagai kakak. Karena itu, sangat sulit laga tadi. Saya berani lawan siapa pun, tetapi kalau Alim saya tidak kuat,” kata Leani yang sering melakukan kesalahan servis sepanjang final.
Hal serupa dirasakan Khalimatus. Pemain kidal ini tidak mampu mengeluarkan permainan terbaiknya. Dia berkali-kali mengembalikan bola tanggung sang lawan. ”Saya sama juga, tidak bisa melawan Mbak Ratri. Sangat berat,” katanya.
Adapun Leani dan Khalimatus merupakan pasangan ganda saat merebut emas Paralimpiade Tokyo. Dengan ikatan batin kuat, mereka sukses mengalahkan rival abadi asal China, Cheng Hefang dan Ma Huihui, di final ganda putri klasifikasi SL3-SU5.
Meskipun masih mendominasi klasifikasi SL4, Leani telah melihat lahirnya banyak bakat baru di Peparnas. ”Saya berharap lahir atlet-atlet baru dalam ajang ini yang mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan internasional. Ada beberapa nama yang terlihat potensial,” ucap Leani.
Sementara itu, kejutan hadir di laga final tunggal putra SL4 (disabilitas tubuh bagian bawah) antara Fredy Setiawan dari Jateng dan Himat Ramdani asal Jabar. Himat mengalahkan Fredy yang merupakan peraih medali perunggu di Paralimpiade Tokyo.
Himat menyulitkan Fredy, yang berada di peringkat ke-4 dunia tersebut, dengan smes keras dan drop shot. Himat menang dalam pertarungan ketat dengan dua gim langsung, 21-16 dan 24-22.
”Saya sangat bangga dan tidak menyangka bisa mengalahkan Fredy yang meraih medali di Paralimpiade Tokyo. Hal ini berkat kerja keras dalam berlatih selama setahun terakhir,” tutur Himat.
Ia mengaku, Peparnas Papua 2021 sangat mewah dari sisi penyelenggaraannya dan sesuai dengan protokol kesehatan. ”Saya berharap dalam Peparnas berikutnya juga memiliki standar sesuai dengan Peparnas Papua 2021,” kata Himat.