Rexy Mainaky, mantan pebulu tangkis nasional, kini melanjutkan karier kepelatihannya di Malaysia. Dia akan menjabat Wakil Direktur Kepelatihan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) di negara tempat rumahnya berada itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Rexy Mainaky menghadiri konferensi pers seusai semifinal kejuaraan beregu campuran Piala Sudirman antara China dan Thailand di Guangxi Sports Center, Nanning, China, Sabtu (25/5/2019). Thailand kalah 0-3 dari China. Kala itu, dia menjabat pelatih kepala tim bulu tangkis Thailand.
Kiprah mantan pebulu tangkis Indonesia, Rexy Mainaky, di dunia kepelatihan internasional berlanjut. Setelah selesai bertugas di Thailand, Rexy kembali ke Malaysia, salah satu negara yang melambungkan namanya sebagai pelatih, juga tempat rumahnya berada.
”Yang pasti, saya senang bisa pulang ke rumah. Sudah lama rumah saya di Kuala Lumpur ditinggal,” ujar Rexy melalui telepon, Senin (25/10/2021) malam.
Saat menelepon, Rexy sudah lima hari berada di rumahnya setelah kembali dari Bangkok, Thailand. Pada Senin malam itu, Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) mengumumkan bergabungnya kembali Rexy bersama mereka. Rexy bertugas sebagai Wakil Direktur Kepelatihan BAM untuk membantu mantan pebulu tangkis Malaysia, Wong Choong Hann, sebagai direktur bidang tersebut.
Rexy, yang bakal bertugas mulai 1 Desember, akan memberikan masukan untuk meningkatkan performa pemain, khususnya untuk nomor ganda di tim nasional.
KOMPAS/AGUNG SETYAHADI
Rexy Mainaky, yang saat itu menjabat pelatih tim bulu tangkis Thailand, berbicara dengan anak asuhnya, yaitu pemain ganda putri dan campuran Sapsiree Tearattanachai, pada saat konferensi pers menjelang kejuaraan bulu tangkis beregu campuran Piala Sudirman di Guangxi Sport Centre, Nanning, Guangxi, China, Sabtu (18/5/2019).
”Kami senang Rexy menjadi bagian dari tim pelatih kembali. Rexy adalah pelatih berpengalaman dengan rekam jejak sangat bagus. Saya menanti kontribusinya bersama Choong Hann dan semua pelatih untuk kejayaan bulu tangkis Malaysia di masa depan,” ujar Presiden BAM Tan Sri Dato Sri Mohamad Norza Zakaria, dikutip dari laman resmi BAM.
Target jangka panjang Malaysia
Rexy menerima tawaran kembali ke Malaysia karena BAM telah memiliki program untuk jangka panjang. ”Mereka bahkan sudah punya target hingga 2028,” kata Rexy.
Peraih medali emas ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 (bersama Ricky Soebagdja) itu, pada awalnya, hanya bertukar kabar dengan perwakilan BAM yang menghubunginya. ”Mereka bertanya, apa yang akan saya lakukan setelah kontrak dengan Thailand berakhir Oktober ini. Saya bilang, saya akan pulang ke Malaysia dan istirahat dulu. Ternyata, BAM menawarkan saya kembali bekerja untuk mereka. Setelah saya lihat programnya dan diskusi, saya terima,” tutur Rexy.
Dengan status tersebut, seperti yang juga diterima Hendrawan sebagai pelatih tunggal putra Malaysia, Rexy memiliki hak yang sama seperti warga negara Malaysia.
Karier Rexy di Malaysia menjadi yang kali kedua setelah dia juga melatih di sana pada 2005-2012. Saat itu, Rexy melahirkan salah satu kekuatan ganda putra dunia, yaitu Tan Boon Heong/Koo Kien Keat. Mereka meraih medali emas Asian Games Doha 2006, menjuarai All England 2007, dan finalis Kejuaraan Dunia 2010. Tan/Koo menjadi salah satu pesaing kuat andalan Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan.
Kompas/Arbain Rambey
Ricky Soebagdja (kiri) dan rekannya, Rexy Mainaky, memamerkan medali emas ganda putra bulu tangkis yang mereka raih di Olimpiade Atalanta 1996.
Saat bertugas di Malaysia, dia menerima permanent resident pada 2007. Dengan status tersebut, seperti yang juga diterima Hendrawan sebagai pelatih tunggal putra Malaysia, Rexy memiliki hak yang sama seperti warga negara Malaysia, kecuali dalam hak berpolitik.
Sebelum sukses di Malaysia, kiprah Rexy sebagai pelatih dimulai di Inggris pada 2001. Dia sebenarnya menerima tawaran sejak 1998, ketika masih bermain bersama Ricky. Namun, tawaran tersebut baru diterimanya setelah pensiun sebagai pemain. Kepercayaan untuk menjadi pelatih tim nasional tidak disia-siakan oleh anak keempat dari tujuh Mainaky bersaudara itu meski belum punya pengalaman melatih ketika itu.
Prestasi di Inggris
Rexy pun turut berperan membangun kekuatan bulu tangkis Inggris. Salah satu prestasi Inggris adalah meraih perak ganda campuran Olimpiade Athena 2004, melalui Nathan Robertson/Gail Emms.
Saya rasa, semua ingin berkiprah di negara sendiri. Saya juga inginnya seperti itu. Tetapi, kesempatan bagi saya datangnya dari luar negeri. (Rexy Mainaky)
Selesai bertugas di Inggris, dia hijrah ke Malaysia, lalu melanjutkan perjalanan ke Filipina pada 2012. Berbeda dengan target mencapai prestasi level dunia, seperti di Inggris dan Malaysia, peran Rexy di Filipina berbeda. Dia harus membangun kekuatan bulu tangkis dari bawah. Rexy menerima tantangan itu meski pada saat yang sama dia juga mendapat tawaran untuk kembali ke Inggris.
Kompas/Julian Sihombing
Pebulu tangkis ganda Indonesia, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, menaklukkan pasangan China, Jiang Xin/Huang Zhanhong, di putaran final Piala Thomas 1996 di Stadion Queen Elizabeth, Hong Kong. Indonesia menang 3-2.
Akan tetapi, belum setahun bertugas di Filipina, Rexy diminta ke Indonesia saat Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dipimpin Gita Wirjawan pada periode 2012-2016. Dia menjadi ketua bidang pembinaan prestasi. Puncak prestasi Indonesia yang didapat pada periode ini adalah medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 yang didapat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Posisi Rexy di Filipina digantikan Paulus Firman yang saat ini menjadi pelatih ganda campuran di Malaysia.
Tak lagi mendapat tawaran untuk bertugas saat kepemimpinan berganti, di mana PBSI lantas dipimpin Wiranto pada 2016-2020, Rexy bergabung dengan Asosiasi Bulu Tangkis Thailand dan bertugas sebagai direktur teknik. Pada periode tersebut, Thailand untuk pertama kalinya menembus final kejuaraan beregu putri Piala Uber saat turnamen digelar di Bangkok, Thailand, 2018. Itu menjadi pencapaian tertinggi bulu tangkis Thailand dalam ajang beregu sejak final Piala Thomas 1961.
Saat berbincang pada Senin malam, juga pada September, Rexy mengatakan, kariernya terus berlanjut di negara lain karena tak pernah lagi menerima tawaran untuk kembali ke Indonesia. Menjalani kiprah sebagai pelatih sejak 20 tahun lalu, satu-satunya tawaran bertugas yang didapatnya di Indonesia hanya ada pada 2012.
”Saya rasa, semua ingin berkiprah di negara sendiri. Saya juga inginnya seperti itu. Tetapi, kesempatan bagi saya datangnya dari luar negeri,” ujar Rexy.