Pesan Kebangkitan dari ”Bumi Cenderawasih”
Papua mencatatkan sejarah dari sisi penyelenggaraan dan prestasi pada PON 2021. Di luar olahraga, warga Papua mendapatkan dampak positif secara ekonomi dan sosial.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F7b87c65f-aa82-416c-a4f9-e38bef180977_jpg.jpg)
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri upacara penutupan PON Papua 2021 di Stadion Utama Lukas Enembe, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (15/10/2021). Pemerintah menunjuk Aceh dan Sumatera Utara sebagai tuan rumah pelaksanaan PON XXI pada 2024. Ini menjadi sejarah baru bahwasanya PON diselenggarakan secara bersama di dua provinsi.
JAYAPURA, KOMPAS — Kesuksesan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 menjadi simbol kebangkitan bukan hanya bagi Papua, melainkan juga untuk olahraga nasional. Meskipun dilaksanakan di masa sulit pandemi Covid-19, pemerintah daerah dan masyarakat Papua membuktikan PON bisa berjalan lancar dan tanpa kendala berarti.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan, terdapat tiga tantangan terbesar dalam penyelenggaraan PON Papua. Pertama, pembangunan arena olahraga yang masif berstandar internasional. Kedua, jarak antar-arena pertandingan yang berjauhan di empat wilayah, yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke. Alhasil, Papua menyelenggarakan pesta olahraga terakbar di Tanah Air dengan jarak arena yang paling jauh.
Ketiga, lanjut Wapres, PON Papua dilaksanakan di era pandemi Covid-19 yang menuntut seluruh elemen penyelenggara menerapkan dan menjalankan protokol kesehatan yang amat ketat.
Baca juga : Presiden Jokowi: PON 2021 Melambangkan Kemajuan Papua
Bagi saya, ini PON tersulit yang bisa diselenggarakan, tetapi ternyata Papua mampu menyelenggarakannya dengan sempurna. Ini sesuai sekaligus membuktikan semboyan ’torang bisa!’.
”Bagi saya, ini PON tersulit yang bisa diselenggarakan, tetapi ternyata Papua mampu menyelenggarakannya dengan sempurna. Ini sesuai sekaligus membuktikan semboyan ’torang bisa!’,” kata Wapres Amin dalam pidato penutupan PON 2021 di Stadion Utama Lukas Enembe, Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (15/10/2021).
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F8eb6ca32-492d-4e4b-8392-19457a1a54e9_jpg.jpg)
Tarian muda-mudi Papua menyemarakkan upacara penutupan PON Papua 2021 di Stadion Utama Lukas Enembe, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (15/10/2021).
”Berkat pelaksanaan PON ini, Papua telah menunjukkan diri mampu sejajar dengan provinsi lain di Tanah Air. Bahkan, dalam beberapa aspek, Papua justru lebih baik. ’Kalo ko bisa, sa juga bisa lebih baik’, camkan kata-kata motivasi itu agar masyarakat Papua terus maju,” ucap Wapres.
Gubernur Papua Lukas Enembe mengapresiasi seluruh kerja keras masyarakat Papua yang bertugas sebagai panitia, ofisial pertandingan, hingga sukarelawan. Menurut Lukas, seluruh penyelenggara telah menunjukkan profesionalitas untuk membuktikan Papua bisa menyelenggarakan PON dengan sukses.
”Sebelum PON, banyak yang skeptis dan pesimistis apakah Papua mampu menjadi tuan rumah. Kita buktikan Papua mampu, kitorang bisa!” tutur Lukas yang disambut gemuruh tepuk tangan dari puluhan ribu warga Papua yang hadir langsung di tribune Stadion Utama Lukas Enembe.
Baca juga: Infrastruktur PON Mengubah Wajah Papua
Upacara penutupan PON 2021 dibuka dengan hadirnya Wapres Amin beserta sang istri, Wury Estu Handayani, di kursi naratama stadion, pukul 19.01 WIT. Dalam kesempatan itu, Wapres dan istri mengenakan topi bulu burung cenderawasih.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2Fcd481e2c-495e-47a7-a0fc-212cdefbdbd6_jpg.jpg)
Sekretaris Daerah Aceh Taqwallah (kiri) dan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengibaskan bendera PON, disaksikan Ketua Umum KONI Marciano Norman (tengah), Gubernur Papua Lukas Enembe (kedua dari kanan), dan Ketua Harian PB PON Papua 2021 Yunus Wonda, pada upacara penutupan PON Papua 2021 di Stadion Utama Lukas Enembe, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (15/10/2021).
Tarian etnik Papua yang diiringi musik gubahan komposer Andi Rianto membuka pesta penutupan itu. Acara dilanjutkan dengan parade perwakilan atlet dari 34 provinsi, ofisial pertandingan dari 37 cabang olahraga dan 11 olahraga eksibisi, serta para sukarelawan.
Kemegahan upacara penutupan terasa meriah berkat penampilan musik musisi Papua dan nasional, di antaranya Manggo Rap & Epi D’Fenomeno, Saykoji, dan Noah Band. Seluruh penonton selalu berdiri dari kursinya di tribune untuk bernyanyi dan berjingkrak mengikuti irama musik.
Tak hanya pergelaran seni, upacara penutupan itu juga menjadi kesempatan bagi Lukas Enembe yang sekaligus sebagai Ketua Umum Panitia Besar PON 2021 untuk menyerahkan bendera Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kepada Ketua Umum KONI Marciano Norman sebagai tanda telah berakhirnya tugas Papua sebagai tuan rumah.
Baca juga : Raih 261 Medali, Papua Cetak Sejarah Baru
Setelah itu, Marciano menyerahkan bendera itu kepada Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dan Sekretaris Daerah Aceh Taqwallah yang akan melanjutkan estafet tuan rumah PON 2024. Aceh dan Sumut akan menjadi tuan rumah bersama tiga tahun mendatang. Itu akan menjadi momentum pertama PON diselenggarakan di dua provinsi.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh Dedi Yuswadi dihubungi pada Jumat (15/10/2021) mengatakan, Aceh dan Sumut berkomitmen untuk menyukseskan PON 2024. Koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait di tingkat pusat terus dilakukan. Menurut rencana, pembukaan PON 2024 dilakukan di Aceh dan penutupan di Sumut. Sebagai provinsi bertetangga, akses Aceh-Sumut mudah, selain terhubung jalan tol, juga melalui penerbangan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2Fda4c1bb4-d05e-4008-912a-f0889dfdef4d_jpg.jpg)
Nyala kembang api menghiasi Stadion Utama Lukas Enembe di Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, untuk menyemarakkan upacara penutupan PON Papua 2021, Jumat (15/10/2021).
Prestasi olahraga
Selain keberhasilan penyelenggaraan, Wapres juga menyambut positif hadirnya pemecahan rekor baru di ajang PON Papua. Terdapat 65 rekor baru yang terdiri dari PON, nasional, Asia Tenggara, dan Asia tercipta di Tanah Papua.
”Selain sukses penyelenggaraan, PON XX Papua terasa luar biasa karena diwarnai pula pemecahan rekor nasional, ASEAN, dan Asia,” kata Wapres Amin.
Hal serupa disampaikan Lukas. ”Kegigihan seluruh atlet untuk meraih prestasi terbaik semoga menjadi bekal mereka untuk bangkit dan meraih prestasi lebih baik di level nasional ataupun internasional,” tutur Gubernur Papua.
Baca juga: Target Lima Besar, Atlet Papua Peraih Emas Dijanjikan Bonus Rp 1 Miliar
Adapun provinsi tuan rumah mencetak sejarah baru dengan menduduki posisi keempat klasemen akhir perolehan medali. Atlet-atlet Papua mempersembahkan 93 emas, 66 perak, dan 102 perunggu. Itu adalah prestasi terbaik Papua di ajang PON.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F87e54c45-2e54-4547-aa46-0cae53d478e7_jpg.jpg)
Para penonton mengabadikan pertunjukan seni budaya yang menyemarakkan upacara penutupan PON Papua 2021 di Stadion Utama Lukas Enembe, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, Papua, Jumat (15/10/2021).
Ketua Kontingen PON XX Provinsi Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri, Jumat (15/10/2021), di Jayapura, menyatakan sangat bersyukur atas pencapaian kontingennya. Peringkat keempat merupakan pencapaian terbaik Papua dan melampaui target sebelumnya, yaitu berada di peringkat kelima.
Mathius menambahkan, dirinya akan menggelar pertemuan dengan Pemprov Papua dan pengurus KONI setempat untuk melaksanakan evaluasi capaian para atlet selama PON. Tujuannya untuk mempersiapkan berbagai program pembinaan atlet dan pelaksanaan kejuaraan di tingkat provinsi serta kabupaten dan kota.
Baca juga: Dua Emas dari Tinju, Papua Kokoh di Peringkat Keempat
”Saya juga telah menginstruksikan agar para atlet yang berprestasi di PON dengan usia produktif akan direkrut menjadi anggota Polri. Mereka adalah duta olahraga Papua yang harus diapresiasi,” tutur Mathius.
Ia menambahkan, Pemprov Papua telah menyiapkan bonus Rp 1 miliar bagi para peraih medali emas di nomor perseorangan. Peraih emas beregu mendapatkan Rp 650 juta per atlet. Adapun peraih medali perak perseorangan akan mendapat bonus Rp 500 juta, sedangkan perak beregu Rp 325 juta per atlet.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2Fa61f53d4-7da3-42c7-b7d4-83acd9717e52_jpg.jpg)
Puluhan penjual noken sedang asyik melakukan ritual tari khas suku Meepago di Taman Imbi, Kota Jayapura, pada Jumat (15/10/2021). Tarian ini melambangkan ucapan syukur atas pesta penutupan PON Papua 2021. Mereka menari dan bernyanyi di tengah kumpulan warga yang sedang menonton bersama dari layar lebar.
Predikat juara umum tetap dipegang Jawa Barat yang mengoleksi 133 emas, 105 perak, dan 115 perunggu. Gubernur Jabar Ridwan Kamil hadir di upacara penutupan itu. Ia bertepuk tangan ketika pembawa acara penutupan itu menyebut Jabar sebagai juara umum PON XX.
Posisi tiga besar dilengkapi oleh DKI Jakarta dan Jawa Timur. Jakarta berhak berada di posisi kedua dengan meraih 111 emas, 91 perak, dan 99 perunggu, sedangkan Jatim di posisi ketiga dengan 110 emas, 89 perak, dan 88 perunggu.
Berkah warga
Pesta upacara penutupan PON 2021 dirasakan di seluruh wilayah Papua, seperti di Jayapura dan Mimika. Warga berkumpul untuk menyaksikan bersama upacara penutupan di beberapa lokasi yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
Baca juga : Datangi Stadion, Warga Papua Antusias Sambut Pesta Penutupan
Merlince Ukago (23), salah seorang penjual noken, tampak takjub menyaksikan acara penutupan pesta PON Papua 2021 di layar video elektronik di Taman Imbi, Kota Jayapura, sejak pukul 19.00 WIT. Merlince bersama ratusan warga menonton acara tersebut sambil berdiri ataupun duduk di bangku taman dan jalan raya.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2Fe6e7d545-ce6a-40ad-bb14-ef3c607ff3b2_jpg.jpg)
Penjual noken di Taman Imbi, Kota Jayapura, menjajakan dagangan sambil menonton bersama pesta penutupan PON Papua 2021 dari layar besar, Jumat (15/10/2021). Penjual noken meraup untung dengan banyaknya warga yang berkumpul untuk menonton bersama.
Merlince termasuk dalam 200 penjual noken khas Papua yang terbuat dari kulit kayu di Taman Imbi selama dua pekan terakhir. Mereka berjualan di Taman Imbi untuk menyambut PON Papua, khususnya di kluster Kota Jayapura.
Dalam penyelenggaraan PON selama akhir September hingga Jumat ini, Merlince dapat meraup penghasilan Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per hari. Sebelumnya ia hanya berjualan di emperan jalan Pasar Hamadi dengan penghasilan yang tidak menentu.
Saya sangat bersyukur dengan adanya pelaksanaan PON di tanah Papua. PON ini sangat berdampak besar bagi pedagang kecil seperti kami. Mudah-mudahan Papua mendapatkan kesempatan lagi sebagai tuan rumah PON di masa mendatang.
”Saya sangat bersyukur dengan adanya pelaksanaan PON di tanah Papua. PON ini sangat berdampak besar bagi pedagang kecil seperti kami. Mudah-mudahan Papua mendapatkan kesempatan lagi sebagai tuan rumah PON di masa mendatang,” ungkap perempuan berusia 23 tahun ini.
Baca juga : Aceh-Sumut Komitmen Sukseskan PON 2024
Selain menyaksikan acara penutupan, warga juga tampak sedang asyik menari dan menyanyi. Mereka sedang melakukan acara kebaktian disertai dengan tarian khas suku Meepago. Tarian sebagai lambang ucapan syukur itu pun membuat suasana semakin meriah.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F7fa2924d-2e7b-4ed1-9f66-39fe1c855ffe_jpg.jpg)
Puluhan penjual noken sedang asyik melakukan ritual tari khas suku Meepago di Taman Imbi, Kota Jayapura, Jumat (15/10/2021).
Adapun penutupan PON Papua 2021 di kota Timika, Kabupaten Mimika, dipusatkan di lapangan Timika Indah, Kota Timika. Penutupan itu bertajuk ”Gebyar PON” dan menghadirkan band D’Masiv; penyanyi asal Maluku, Mitha Talahattu; dan penyanyi lokal, seperti Hanafi Singer dan Robby Sawaki.
Warga telah memadati lapangan Timika Indah beberapa jam sebelum acara dimulai. Saat acara dimulai, kepadatan terjadi sehingga membuat kemacetan di sekitar lapangan tersebut. Aparat keamanan pun melakukan pengamanan ketat untuk memastikan kelancaran acara tersebut.
Warga yang hadir bukan hanya dari kota Timika, melainkan juga daerah sekitarnya. Warga Pulau Karaka, Mimika, Budi (49), misalnya. Ia mesti naik perahu dan disambung mobil selama lebih kurang satu jam setengah untuk menuju Timika. Ia sejatinya tidak pernah menonton laga-laga PON, tetapi ingin menyaksikan penutupan PON karena ada artis favoritnya yang tampil dalam acara tersebut, yakni Mitha.
Baca juga : PON Pacu Ekonomi Papua
Lebih aman
Hari (33), warga pendatang yang sudah tiga tahun menetap di Jayapura, merupakan salah satu warga yang mengantre undangan pesta penutupan di Gedung Otonom Kotaraja pada Kamis. Ia berebut tiket undangan dengan ribuan orang lain dari pukul 13.00 WIT sampai 01.00 WIT. Sayangnya, perantau dari Pulau Jawa ini pulang dengan tangan kosong.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F71215803-3a01-4033-bd10-4c577512d3df_jpg.jpg)
Warga Papua menonton bersama pesta penutupan PON Papua 2021 dari layar besar di Taman Imbi, Kota Jayapura, pada Jumat (15/10/2021). Mereka mengobati kekecewaan karena tidak mendapat undangan nonton langsung di Stadion Utama Lukas Enembe.
Kata Hari, dirinya sangat senang dengan penyelenggaraan PON. ”Di sini jadi lebih adem. Semua orang, mau warga lokal ataupun pendatang, bersatu untuk menyukseskan PON. Jadi, Papua yang identik dengan kekerasan tidak lagi terlihat selama tiga pekan terakhir,” ucapnya.
Warga Timika, Fernando (34), mengatakan, dirinya bangga PON di Papua secara umum dan Timika secara khusus berlangsung lancar. Semua prasangka bahwa Timika tidak aman dan berpotensi terjadi peristiwa yang tidak diinginkan terkait isu keamanan ternyata tidak terjadi selama PON.
”Saya berharap ini membuka mata bahwa Papua ataupun Timika layak menjadi tuan rumah ajang olahraga nasional. Semoga ke depan ada lagi ajang skala nasional di sini,” ujarnya.