Ganda putri kembar DKI menunjukkan kekuatan ikatan mereka dalam perempat final. Mereka dengan segala keterbatasan menyatu di lapangan untuk mengalahkan lawan.
Oleh
muhammad Ikhsan Mahar
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kuatnya ikatan batin antara ganda putri DKI Jakarta Fitriani Sabatini/Fitriana Sabrina terpancar nyata di Arena Sian Soor, Selasa (5/10/2021). Lewat ikatan sejak dalam kandungan, ”Si Kembar” Ani/Ana mampu melewati derita di laga perempat final PON Papua 2021.
Pasangan kembar ini susah payah menang atas duo Papua Barat, Gita Purnami/Nadya Syarifah, 7-6 (3), 6-3. Ani nyaris menyerah karena kambuhnya cedera otot di telapak kaki dan paha, tetapi Ana terus menyokongnya.
”Kalau dia (Ani) down, saya juga jadi down. Makanya habis setiap bola mati, saya mendatangi dia. Saya ngomongin biar dia naik, jangan down. Kami coba bangun mental agar terus kuat sampai akhir,” kata Ana.
Ana selalu berbicara dengan Ani sekitar 10 detik setiap reli berakhir. Pembicaraan itu diakhiri tos dan ucapan semangat satu sama lain. Ikatan tersebut membuat mereka mampu mengunci set pertama lewat tie-break, meskipun sempat tertinggal, 4-5.
Begitu juga pada set kedua, saat kondisi Ani semakin memburuk. Dia sering membuat kesalahan sendiri. Ani/Ana yang sudah unggul, 3-0, diimbangi lagi, 3-3. Lagi-lagi kekuatan batin mereka berbicara dengan menyabet tiga set beruntun.
Pasangan yang memakai aksesori seragam, dari topi sampai sepatu, ini pun lolos ke semifinal. Mereka memastikan setidaknya medali perunggu untuk DKI. Pelukan hangat keduanya, yang diiringi tepuk tangan penonton, menutup manis laga ini.
Kalau dia (Ani) down, saya juga jadi down. Makanya habis setiap bola mati, saya mendatangi dia. Saya ngomongin biar dia naik, jangan down. Kami coba bangun mental agar terus kuat sampai akhir. (Fitriana Sabrina)
”Ini bukan permainan terbaik kami. Kebetulan aku cedera, jadi Ana yang ’gendong’. Cedera ini sudah sejak final lawan Jatim hari Minggu. Rasanya kayak tidak bisa mikir kalau sudah sakit. Bola di mana sudah enggak kepikiran lagi,” jelas Ani yang kalah dalam perempat final tunggal pada pagi harinya.
Setelah pertandingan, Ani langsung terduduk lesu di area ruang tertutup samping lapangan. Dia meringis kesakitan, sampai nyaris menangis, saat ofisial tim membuka sepatunya untuk perawatan.
Kehangatan hubungan Si Kembar kembali tersaji. Ana berdiri di sampingnya untuk memberikan dukungan moral. Tak lama berselang, dia berlari ke arah sisi lain lapangan untuk mengambil kantong es. Ana dengan wajah khawatir memberikan kantong itu untuk mengompres kaki Ani.
Kata Ana, dia tidak bisa melihat saudara kembarnya kesakitan. ”Kami kan kembar. Waktu kecil sering banget aku jatuh, dua menit kemudian dia jatuh. Karena itu, kami selalu saling menjaga,” ucap petenis berusia 20 tahun tersebut.
Meskipun dihantui cedera, Ani/Ana belum mau menyerah di PON Papua. Ani bertekad melawan cederanya agar bisa tampil maksimal versus duo veteran asal Jatim, Jessy Rompies (31) dan Beatrice Gumulya (30). ”Ketemu Jatim pasti butuh fisik, sih. Karena mereka senior, akan benar-benar susah dikalahkan. Ulet orangnya,” kata Ani.
Dua tahun lalu, Ani/Ana pernah bertarung dengan Jessy/Beatrice dalam final turnamen Moya Terbuka 2019, di Hotel Sultan. Ketika itu, Si Kembar yang masih berusia 18 tahun mampu menyulitkan sang senior. Mereka kalah tipis dalam laga yang berakhir dengan tie-break, 6-4, 3-6, 8-10.
Pasangan yang bertubuh gempal seperti Williams bersaudara ini sudah jauh berkembang. Mereka sempat mengejutkan pasangan andalan Jatim, Aldila Sutjiadi dan Jessy Rompies, di final beregu, Minggu kemarin. Dalam kondisi Ani yang cedera, mereka hanya kalah tipis 6-4, 2-6, dan tie-break 7-10.
Menurut Si Kembar, persiapan mereka sebenarnya sangat terbatas. Persiapan itu terganggu dengan Ani yang sempat positif Covid-19. Mereka sempat tidak berlatih selama dua bulan.
Namun, peningkatan performa itu bisa terjadi karena Ani/Ana mengikuti tur pertandingan di Tunisia selama 5 pekan. Di sana mereka belajar banyak, dari teknik sampai adaptasi fisik terhadap cuaca panas. ”Dari situ kami bertemu pemain bagus dari luar negeri yang bola-bolanya keras. Di sini ngefek banget jadinya,” jelas Ani.
Christo/Aldila
Sementara itu, ganda campuran unggulan pertama asal Jatim, Christopher Rungkat/Aldila Sutjiadi, melaju ke semifinal tanpa kesulitan berarti. Mereka menumbangkan pasangan DKI Jakarta, Hendrawan Susanto/Deria Nur Haliza, dua set langsung, 6-2, 6-2.
Mereka akan ditantang pasangan Papua Barat Kadek Gita Purnami/Muhammad Althaf di semifinal. Christo dan Aldila akan bermain masing-masing dua kali pada Rabu ini.
Christo akan bertarung dalam semifinal ganda putra, bersama David Susanto, melawan Kareem Abdul Hakim/Rafly Feby Puti. Sementara itu, Aldila akan berlaga di semifinal tunggal putri melawan wakil tuan rumah, Novela Rezha.
”Pastinya saya akan main tungal dulu seusai jadwal. Baru fokus ganda campuran di partai terakhir. Kami akan sebisa mungkin bermain efisien. Dan untuk strateginya cukup sama. Strategi yang kami lakukan berhasil ini. Kami akan tetap menggunakannya,” ucap Aldila.
Adapun pasangan peraih emas Asian Games Jakarta-Palembang 2018 ini memainkan strategi agresif di depan net pada perempat final tadi. Mereka membuat pasangan lawan tak berkutik dengan sergapan cepat dari area depan.