Karisma Evi Tiarani menghadapi tantangan berat di final nomor 100 meter T63 dengan melawan tiga sprinter Italia, Ambra Sabatini, Marina Caironi, dan Monica Graziana Contrafatto, yang mendominasi babak penyisihan.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TOKYO, SABTU — Persaingan meraih medali atletik nomor 100 meter putri T63 Paralimpiade Tokyo langsung sengit sejak babak penyisihan, Sabtu (4/9/2021) pagi. Tiga sprinter Italia, Ambra Sabatini, Marina Caironi, dan Monica Graziana Contrafatto, mendominasi di tiga catatan waktu tercepat. Bahkan, Sabatini dan Caironi bergantian memecahkan rekor dunia dengan catatan 14,39 detik dan 14,37 detik.
Trio sprinter Italia itu menjadi tantangan sangat besar bagi sprinter Indonesia, Karisma Evi Tiarani, yang mencatat waktu tercepat keempat babak penyisihan dengan 14,83 detik.
Jika melihat catatan waktu babak penyisihan, Karisma Evi masih berpeluang meraih medali perunggu dengan bersaing melawan Contrafatto yang membuat catatan waktu 14,72 detik pada heat 1. Namun, Evi memiliki tantangan besar untuk minimal melampaui selisih waktu 0,11 detik dengan Contrafatto. Oleh karena itu, tim pelatih berusaha memperkuat mental dan kepercayaan diri Evi menjelang final yang akan berlangsung pada pukul 19.26 WIB.
Catatan waktu terbaik Evi adalah 14,72 detik saat meraih medali emas Kejuaraan Dunia Atletik Paralimpiade Dubai 2019. Dia berpeluang menyamai waktu itu, karena saat pemusatan latihan di Solo, catatan waktunya tidak jauh dari rekor personalnya itu, baik naik maupun turun.
”Kami bangkitkan kepercayaan diri dia dulu. Mental sangat penting dan sering menjadi penentu dalam persaingan yang sangat ketat seperti ini. Semoga Evi bisa memberikan yang terbaik di final nanti,” ungkap pelatih atletik paralimpiade Indonesia Purwo Adi Sanyoto dari Stadion Olimpiade Tokyo.
Sprinter putri asal Boyolali, Jawa Tengah, itu mengawali start heat 2 dengan sangat baik. Dia langsung memimpin dari lintasan enam. Namun, begitu memasuki 30 meter awal, Caironi yang menggunakan bilah kaki palsu mulai menyusul dan terus menjauh hingga mencetak rekor dunia 100 meter T63 dengan catatan waktu 14,37 detik. Peraih tiga gelar juara dunia itu memecahkan rekor dunia yang beberapa menit sebelumnya dicetak oleh rekan senegaranya, Ambra Sabatini, di heat 1 dengan catatan 14,39 detik.
Sabatini dan Caironi kini menjadi unggulan peraih medali emas, dengan selisih waktu babak penyisihan yang sangat tipis, 0,02 detik. Medali emas dan perak hampir pasti jatuh ke tangan dua sprinter Italia itu. Sementara medali perunggu masih diperebutkan antara Contrafatto dan Karisma Evi. Posisi saat ini, Contrafatto lebih diunggulkan, tetapi peluang Evi membawa pulang medali belum pupus.
Kami bangkitkan kepercayaan diri dia dulu. Mental sangat penting dan sering menjadi penentu dalam persaingan yang sangat ketat seperti ini. Semoga Evi bisa memberikan yang terbaik di final nanti.
Persaingan melawan tiga sprinter Italia ini memang sudah diperkirakan oleh tim pelatih atletik paralimpiade Indonesia. Namun, mereka tidak menduga atlet-atlet Italia bisa tampil sangat bagus hingga dua di antaranya bergantian memecahkan rekor dunia. Kejutan terbesar dihadirkan oleh Caironi yang sebelumnya memiliki catatan waktu terbaik musim ini 15,01 detik. Dia mampu bangkit di Paralimpiade Tokyo dan mencetak rekor dunia 100 meter T63.
Dominasi Mayhugh
Pada final nomor 200 meter T37, sprinter Indonesia, Sapto Yogo Purnomo, juga tidak bisa meraih medali. Dia finis di posisi keenam dengan catatan waktu 23,27 detik yang merupakan catatan waktu personal terbaiknya. Nomor ini memang bukan andalan Sapto Yogo karena dia memiliki kelemahan saat melintasi tikungan ke kiri karena keterbatasan pada organ gerak bagian kanan. Fokus di Paralimpiade ini adalah nomor 100 meter T37 dan Sapto telah meraih medali perunggu.
Medali emas nomor 200 meter T37 diraih oleh sprinter Amerika Serikat, Nick Mayhugh, dengan catatan waktu 21,91 detik, yang merupakan rekor baru dunia dan Paralimpiade. Pada babak penyisihan, Jumat, dia sudah memecahkan rekor dunia dengan 22,26 detik, melampaui rekor sebelumnya, 22,59 detik, atas nama Andrei Vdovin dari Komite Paralimpiade Rusia.
Mayhugh mendominasi dengan menggabungkan emas 100 meter dan 200 meter T37 serta mencetak rekor dunia dan rekor Paralimpiade di kedua nomor tersebut. Pada nomor 100 meter, dia mencatatkan waktu fantastis 10,95 detik. Dia menambah satu emas lagi bersama tim AS dari nomor 4 x 100 meter estafet universal.
Medali perak nomor 200 meter T37 diraih oleh Vdovin dengan catatan waktu 22,24 detik dan medali perunggu menjadi milik sprinter Brasil, Ricardo Gomes de Mendonca, dengan catatan waktu 22,62 detik.