Stadion Olimpico di Roma, Italia, yang menjadi stadion pembuka pertandingan Piala Eropa 2020 memiliki sejarah kelam karena dibangun di era Benito Mussolini. Namun, kini sejarah kelam itu tinggal masa lalu.
Oleh
Agnandito Dwirana Moradeo dari Roma, Italia
·3 menit baca
Piala Eropa 2020 dimulai pada Jumat (11/6/2021) dengan pertandingan perdana antara Italia dan Turki di Stadio Olimpico, Roma. Stadion Olimpico merupakan stadion sepak bola terbesar di kota Roma dan nomor dua terbesar di Italia setelah Stadion Giuseppe Meazza di San Siro, Milan.
Stadion Olimpico berkapasitas 70.634 orang, tetapi untuk melawan penyebaran Covid-19, jumlah penonton dibatasi hingga 25 persen dari kapasitas maksimum.
Mirip seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno di Senayan, Jakarta, yang terletak di dalam kompleks Gelora Bung Karno, Stadion Olimpico juga terletak di dalam sebuah kompleks olahraga yang bernama Foro Italico. Di dalam Kawasan Stadion Olimpico, Senin (14/6/2021) sore waktu setempat, banyak orang sedang berlari, menari, dan juga melakukan berbagai macam olahraga lainnya.
Saat tidak digunakan untuk pertandingan sepak bola, area di sekeliling stadion sering didatangi dan digunakan oleh warga Roma untuk berolahraga, ataupun bersantai bersama keluarga dan teman.
Saat tidak digunakan untuk pertandingan sepak bola, area di sekeliling stadion sering didatangi dan digunakan oleh warga Roma untuk berolahraga, ataupun bersantai bersama keluarga dan teman.
Warga Roma bernama Pietro (30) dan pasangannya, Carlotta(27), menyampaikan bahwa mereka sering datang ke Stadion Olimpico untuk berolahraga bersama dan membawa anjing peliharaan mereka untuk berjalan-jalan.
Menurut Pietro, ia sering pergi ke daerah Stadion Olimpico untuk berolahraga dikarenakan lokasinya yang dekat dengan tempat tinggalnya, dan infrastruktur di sekitar stadion juga mendukung untuk berolahraga.
Akan tetapi, stadion yang juga menjadi kandang dua tim besar Serie A, Lazio dan AS Roma, ini sebenarnya memiliki sejarah yang cukup kelam. Kompleks olahraga Foro Italico yang dibuka pada tahun 1932 dibangun atas perintah Benito Mussolini, diktator Italia pada saat itu. Sebelum diubah menjadi namanya yang sekarang, kompleks olahraga ini bernama Foro Mussolini.
Mussolini yang merupakan penganut paham fasisme ini paham betul pentingnya dampak olahraga dalam politik. Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paham fasisme memiliki definisi sebagai ”prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter”.
Dengan mendirikan sebuah kompleks olahraga, Mussolini berharap dapat menaikkan popularitasnya. Kompleks ini juga digunakan oleh sang diktator sebagai alat propagandanya untuk menyebarkan paham fasisme.
Hingga sekarang, masih banyak bagian dari kompleks olahraga ini yang mengingatkan akan masa lalunya yang kelam. Semua orang yang akan menonton pertandingan sepak bola di Stadion Olimpico, yang pada awalnya bernama Stadio dei Cipressi, dan masuk melalui pintu masuk utama akan disambut oleh tugu setinggi 15 meter yang bertuliskan ”Mussolini Dux”.
Terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai ”Mussolini sang pemimpin”. Selain tugu ini, banyak bangunan lain di kompleks olahraga ini yang didesain dengan gaya arsitektur fasis.
Setelah melalui berbagai proses renovasi, sekarang Stadion Olimpico, yang pada awalnya bernama Stadion dei Cipressi terdaftar sebagai Stadion FIFA kategori empat.
Masa kelam di Stadion Olimpico sudah menjadi masa lalu. Kini kompleks olahraga yang tadinya didirikan oleh Mussolini sebagai alat propaganda itu telah berubah menjadi tempat semua orang bisa berkumpul bersama dan bersenang-senang.