”Gli Azzurri” Incar Tiket ke 16 Besar
Kepercayaan diri Italia tak surut kendati banyak pemain ”tumbang” setelah menang 3-0 atas Turki. Jelang menghadapi Swiss, mereka incar kemenangan untuk segera mengamankan tiket ke 16 besar.
ROMA, SELASA — Seusai menang 3-0 atas Turki pada laga pertama Grup A Piala Eropa 2020, Italia dilanda badai cedera. Kendati demikian, kepercayaan diri ”Gli Azzurri” tak surut. Maka itu, menghadapi Swiss dalam laga kedua di Stadion Olimpico, Roma, Italia, Kamis (17/6/2021), mereka tetap mengincar poin penuh untuk mengamankan tiket lolos ke 16 besar kejuaraan yang tertunda setahun tersebut.
Tidak boleh ada rasa lelah selama turnamen ini berlangsung. Swiss memiliki pemain bagus, seperti (Breel) Embolo dan (Xherdan) Shaqiri. Mereka telah bekerja dengan pelatih yang sama untuk waktu yang lama.
”Tidak boleh ada rasa lelah selama turnamen ini berlangsung. Swiss memiliki pemain bagus, seperti (Breel) Embolo dan (Xherdan) Shaqiri. Mereka telah bekerja dengan pelatih yang sama untuk waktu yang lama. Namun, kami akan menghadapi mereka tanpa mengubah mentalitas (seperti saat melawan Turki),” ujar bek Italia, Francesco Acerbi, dikutip Football-Italia, Senin (14/6/2021).
Baca juga : Jangan Pernah Meremehkan Italia!
Italia sedang berada di puncak kepercayaan diri seusai mengalahkan Turki. Kemenangan itu membuat skuad berjersei biru ini memperpanjang rekor kemenangan menjadi sembilan kemenangan beruntun sejak menumbangkan Estonia 4-0 pada laga uji coba, Kamis (12/11/2020). Rekor itu kian lengkap dengan grafik penampilan yang solid di semua lini, antara lain dibuktikan lewat raihan 28 gol tanpa kebobolan.
Dengan penampilan yang meyakinkan, tak berlebihan jika Italia ingin menjadikan Swiss sebagai korban kesepuluhnya. Raihan tiga poin bakal memastikan tim pengoleksi trofi Piala Eropa 1968 Italia ini sebagai yang pertama lolos dari penyisihan grup Piala Eropa edisi ke-16 ini.
Bahkan, striker Italia Andrea Belotti sudah bermimpi untuk merebut Piala Eropa kali ini sebagai penebusan dosa tidak lolos ke Piala Dunia 2018 Rusia. ”Ada rasa memiliki yang besar, kami semua tahu betapa pentingnya seragam ini dan betapa pentingnya untuk tampil baik di kejuaraan ini setelah mencapai titik terendah dengan tidak lolos ke Piala Dunia,” ujar pemain Torino itu kepada laman UEFA.
Cedera pemain inti
Akan tetapi, misi Italia merebut poin penuh atas Swiss tak mudah karena gelombang cedera yang menimpa pemain inti pascalaga pembuka Grup A. Bek sayap kanan Alessandro Florenzi mengalami cedera betis sehingga diganti Giovanni Di Lorenzo pada babak kedua laga kontra Turki.
Baca juga : Italia Menikmati Tuah Immobile di Stadion Olimpico
Hingga Senin, Sky Sports melaporkan, pemain AS Roma yang dipinjam Paris Saint-Germain (PSG) itu belum bisa bergabung bersama rekan setim untuk melakukan latihan di Coverciano, Florence. Kemungkinan besar, pemain berusia 30 tahun itu bakal absen dalam laga menghadapi Swiss.
Penyerang sayap Domenico Berardi sempat mengeluhkan nyeri di kaki dalam laga kontra Turki sehingga ditarik keluar dan digantikan Federico Bernardeschi pada menit ke-85. Pemain Sassuolo itu sempat melewati latihan bersama grup sebelum kembali lagi pada Senin.
Gelandang Marco Verrati belum pulih sepenuhnya dari cedera lutut yang dialami sejak sebelum Piala Eropa. Meskipun sudah mulai berlatih bersama rekan setim beberapa hari terakhir, pemain PSG diragukan tampil untuk duel dengan Swiss. Dokter tim Italia mengatakan, pemain berusia 28 tahun itu masih dalam tahap akhir pemulihan.
Pelapis sepadan
Namun, Pelatih Italia Roberto Mancini tampaknya tidak terlalu memusingkan kondisi tersebut. Sebab, Italia sekarang memiliki kedalaman skuad yang merata. Pemain pelapis tim pengoleksi empat trofi Piala Dunia itu punya kualitas tak kalah dengan pemain inti dan siap sedia diturunkan.
Dalam laga melawan Turki, Di Lorenzo membuktikan dia bisa mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Florenzi. Manuel Locatelli pun menunjukkan performa menjanjikan di pos yang sejatinya milik Veratti ketika laga kontra Turki. Bernardeschi atau Federico Chiesa menjadi alternatif sepadan untuk mengisi pos Berardi.
Baca juga : Donnarumma Melepas Bayang-bayang ”Superman”
Bahkan, Mancini dikabarkan memang berniat melakukan sedikit rotasi dalam laga menghadapi Swiss. Bek sekaligus kapten tim Giorgio Chiellini berpotensi diistirahatkan dan diganti Francesco Acerbi. Sebagai pemain paling senior di tim, bek berusia 36 tahun itu bekerja cukup keras untuk menjaga pertahanan dan sesekali membantu serangan saat duel dengan Turki. Untuk itu, pemain Juventus ini butuh istirahat sejenak. Apalagi kejuaraan masih panjang, terutama kalau Italia lolos ke babak berikutnya.
Walau malu-malu, Acerbi juga telah siap untuk diturunkan. ”Saya ingin bermain, tapi bagi saya masuk bagian dari tim yang luar biasa ini saja sudah cukup. Jika saya adalah Mancini, saya tidak akan mengubah susunan pemain untuk melawan Swiss,” kata pemain Lazio tersebut.
Harmoni tim menjadi salah satu kelebihan Italia saat ini. Mancini membuat pemain inti dan pelapis bersaing secara sehat dan mengutamakan tim. ”Mancini luar biasa, dia memberi kepercayaan kepada semua pemain. Itu merupakan sesuatu yang kami lewatkan (sebelum ini). Dia membuat kami merasa penting, termasuk untuk yang tidak bermain secara reguler. Dia pelatih hebat yang memberi kami identitas. Kami bersenang-senang ketika pergi ke lapangan dan melakukan semua yang kami bisa,” terang Belotti.
Waspadai agresivitas Swiss
Italia memang tidak bisa meremehkan Swiss. Berbeda dengan Turki, tim Pegunungan Alpen itu memiliki agresivitas jauh lebih tinggi. Terlihat saat imbang 1-1 dengan Wales, mereka bermain dengan strategi berorientasi menyerang dengan kecepatan yang dimotori oleh playmaker Xherdan Shaqiri dan keberadaan striker muda Breel Embolo.
Ini bisa menjadi sinyal bahaya untuk pertahanan Italia yang rata-rata dijaga oleh bek berusia di atas 30 tahun. Mancini sadar betul dengan situasi tersebut. Untuk itu, pelatih berusia 56 tahun itu mengingatkan tim untuk tidak larut dengan euforia kemenangan. ”Jalan masih panjang. Kami harus memainkan enam laga lagi untuk menuju gelar juara. Kami patut memenanginya satu per satu yang dimuai dari Swiss,” katanya di laman UEFA.
Baca juga : Moore Penyempurna Permainan Efektif Wales
Swiss pun menanti laga dengan antusias. Gelandang tim berjuluk ”Rossocrociati” itu, Remo Freuler, memastikan timnya tidak tertekan bertemu dengan Italia. Bahkan, pemain Atalanta itu mengungkapkan, timnya siap bermain terbuka dan menekan Italia untuk mencuri kemenangan.
”Kami wajib memainkan permainan kami sendiri. Kami bakal menekan Italia untuk membuat sejumlah masalah bagi pertahanan mereka. Kalau kami terlalu dalam (bertahan), seperti yang dilakukan Turki, segalanya menjadi lebih mudah untuk Italia. Jadi, kami perlu menggiring bola dengan baik, kompak, dan mampu menyelesaikannya menjadi gol,” ungkap pemain berusia 29 tahun itu dilansir Football-Italia.
Pelatih Swiss Vladimir Petkovic di laman UEFA menuturkan, menghadapi Wales, timnya telah bermain baik, tapi sedikit kurang beruntung. Sementara itu, melawan Italia pasti sangat sulit. Akan tetapi, dirinya berjanji Swiss bakal tampil berbeda dibandingkan laga sebelumnya.
Baca juga : Mancini Bangkitkan Memori Era Emas ”Gli Azzurri”
Harga mati Wales
Dari laga lain, Wales menargetkan raihan tiga poin atas Turki dalam laga di Stadion Olimpiade, Baku Azerbaijan, Rabu (16/6/2021). Misi itu menjadi harga mati jika mereka ingin menjaga asa bertahan lebih lama di turnamen ini. Apalagi pada laga terakhir, Minggu (20/6/2021), tim berjuluk ”The Dragons” akan menghadapi laga yang sangat sulit, yakni bertemu tuan rumah Italia.
”Laga kontra Turki pasti lebih berat seusai bermain imbang dengan Swiss. Tapi, kami harus menang di laga tersebut. Kalau mendapatkan empat poin sebelum bertemu Italia, itu bisa lebih baik untuk menjaga peluang kami lolos dari penyisihan grup (sebagai peringkat kedua atau urutan ketiga terbaik),” ujar gelandang Wales Harry Wilson dikutip The Guardian.
Kendati berat, Turki juga masih berusaha lolos ke 16 besar meski sebagai peringkat ketiga terbaik. ”Seusai kalah dari tuan rumah pada malam pembukaan, kami berharap performa yang lebih baik ketika bertemu Wales. Peluang lolos masih ada karena masih ada dua laga lagi,” pungkas Pelatih Turki Senol Gunes di laman UEFA. (AFP/REUTERS)