Meskipun bukan bidang prioritas, olahraga perlu mendapatkan tempat di dalam penanganan pandemi Covid-19. Olahraga bisa menjadi daya ungkit dan energi bangsa, khususnya dalam upaya pemulihan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dan KELVIN HIANUSA
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 telah memukul berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali olahraga. Hampir seluruh kegiatan olahraga prestasi di Tanah Air mati suri karena vakumnya kompetisi setengah tahun terakhir. Namun, itu tidak lantas membuat insan olahraga menyerah dengan keadaan.
Sejumlah pelaku olahraga di Tanah Air menolak pasrah dan berdiam diri. Mereka tetap bergerak aktif untuk mengingatkan pentingnya olahraga di masa pandemi, setidaknya untuk diri sendiri. Hal itu antara lain ditunjukkan atlet-atlet angkat besi nasional, seperti Eko Yuli Irawan dan Windy Cantika Aisyah, yang tetap berlatih rutin di Pelatnas Angkat Besi di Kwini, Jakarta Pusat, enam bulan terakhir.
Para atlet ini diisolasi dari dunia luar guna menjamin keamanannya dari penularan virus korona baru. ”Ibarat nabung, nanti uangnya banyak. Kalau tidak bersiap sekarang, kita akan menyesal kalau nanti ada kejuaraan pada Januari atau Februari (2021). Prestasi kan tidak instan. Harus berkelanjutan,” ujar Dirdja Wihardja, pelatih kepala tim angkat besi Indonesia, dihubungi akhir pekan lalu di Jakarta.
Dorongan serupa membuat atlet lari nasional, Lalu Muhammad Zohri, dengan semangat datang ke Jakarta untuk kembali mengikuti pelatnas di tengah pandemi sejak 12 Agustus lalu. Padahal, angka kasus positif Covid-19 di Jakarta jauh lebih tinggi dari daerah asalnya, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Ditundanya ajang olahraga yang paling ditunggunya, Olimpiade Tokyo, ke tahun depan tidak mematahkan semangatnya.
”Kalau berlatih di daerah (kampung halaman), saya kebanyakan berlatih sendiri. Latihan pun tidak fokus. Selain terbatasnya tempat latihan, saya juga sering tergoda main dengan teman-teman, mulai dari mancing, surfing, sampai main layangan. Kalau latihan di pelatnas, saya jadi fokus berlatih karena aktivitas hanya dari hotel (penginapan) dan tempat latihan,” kata Zohri, juara dunia yunior lari 100 meter 2018 silam, yang kini tengah memperbaiki teknik start block-nya.
Sejumlah atlet nasional tidak hanya fokus berlatih, tetapi juga ikut terlibat dalam kampanye sosial mengajak masyarakat umum aktif berolahraga selama pandemi. Hal itu salah satunya dilakukan atlet ganda putra bulu tangkis nasional, Marcus Fernaldi Gideon, dengan menunjukkan sejumlah teknik kebugaran sederhana yang bisa dilakukan dari rumah dalam siaran langsung Olympic Channel, 23 Juni lalu.
”Tetap aktif, sehat, dan menikmati hidup,” ujar ganda putra terbaik dunia yang berpasangan dengan Kevin Sanjaya Sukamulyo ini dalam kampanye untuk merayakan Hari Olimpiade atau lahirnya Komite Olimpiade Internasional (IOC) itu.
Marcus tergabung bersama sejumlah atlet tingkat dunia lainnya, seperti pesenam peraih medali emas Olimpiade asal Amerika Serikat, Kyla Ross; dan atlet hoki dari Kanada, Natalie Spooner, untuk melakukan kampanye #stayactive yang digaungkan IOC selama pandemi. Selain menyehatkan pikiran, kegiatan rutin berolahraga diyakini para ahli bisa meningkatkan imunitas tubuh sekaligus menekan faktor komplikasi penyakit Covid-19 di tubuh.
Menurut riset Pusat Penelitian Pengobatan Olahraga Universitas Sains Medis Teheran yang dipublikasikan di Asian Journal of Sports Medicine, Maret lalu, olahraga intensitas sedang—misalnya joging 10 menit setiap hari—bisa mengurangi peluang infeksi saluran pernapasan hingga 30 persen. ”Namun, jika dilakukan berlebihan, itu justru bisa menurunkan imunitas,” ungkap Farzin Halabchi, peneliti yang menulis jurnal tersebut.
Melihat pentingnya peranan olahraga dalam kesehatan manusia, 118 anggota PBB pada Juli lalu mengeluarkan pernyataan bersama terkait pandemi. Mereka menyerukan semua negara di dunia untuk mengintegrasikan olahraga di dalam upaya pemulihan dampak pandemi.
”Dalam situasi yang sulit ini, terlepas banyaknya hal prioritas lainnya, olahraga dan aktivitas fisik tetap penting untuk kehidupan dan keselamatan kita. Aktivitas (olahraga) itu memberikan manfaat kepada kesehatan fisik ataupun mental serta membantu mencegah stres dan gangguan kecemasan,” bunyi seruan bersama itu.
Seruan serupa disampaikan Presiden IOC Thomas Bach. ”Olahraga berkontribusi dalam upaya pemulihan krisis dan menciptakan kondisi yang lebih baik pada bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Olahraga menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong aktivitas bisnis, dan memainkan peran penting dalam ekonomi di banyak negara. Ini semua adalah elemen penting jika sebuah negara ingin membuka kembali ekonominya,” ujar Bach dalam rapat virtual bersama PBB, Juni lalu.
Olahraga berkontribusi dalam upaya pemulihan krisis dan menciptakan kondisi yang lebih baik pada bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Maka itu, sejumlah pengurus cabang olahraga bertekad menggulirkan kembali kompetisi yang mati suri, seperti sepak bola Liga 1 Indonesia dan Liga Basket Indonesia, mulai Oktober mendatang. Persiapan itu telah dilakukan dua bulan terakhir. Bergulirnya kembali dua kompetisi olahraga besar di Tanah Air itu akan disertai kehati-hatian besar, antara lain menerapkan tes Covid-19 rutin, karantina pemain, dan larangan kehadiran penonton.
Pengelola IBL bahkan bertekad menjadikan lanjutan liga basket tanpa penonton itu sebagai kampanye ke masyarakat mengenai bagaimana protokol kesehatan seharusnya dilakukan. Pihaknya terinspirasi dari Liga Basket Amerika Serikat, NBA, yang kembali bergulir dan menghibur penggemar di tengah pandemi.
”Kami ingin olahraga bisa jadi penyemangat. Ini bisa menjadi kampanye (pentingnya olahraga) ke masyarakat. Pemain kan idola. Mereka bisa menularkan (contoh baik) kepada masyarakat. Bukan cuma hiburan, melainkan juga harus bermakna,” ucap Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah.
Dihubungi terpisah, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali mengakui, pandemi telah membuka pikiran masyarakat bahwa olahraga kini menjadi hal penting. Hal itu terlihat dari maraknya aktivitas olahraga kemasyarakatan, seperti bersepeda dan lari, akhir-akhir ini. Pihaknya berusaha menjaga fenomena positif itu agar tumbuh lebih besar setelah pandemi berakhir.
Ia menambahkan, pandemi menjadi momen kebangkitan olahraga nasional. Semangat ini akan digaungkan pada peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2020 pada 9 September. Haornas ini dicetuskan pada 1983, yaitu pada masa pemerintahan Orde Baru. Salah satu penggagasnya adalah Abdul Gafur, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga kala itu yang berpulang Jumat (4/9/2020) lalu setelah terinfeksi korona baru.
Menurut Zainudin, pandemi memberi kesadaran sekaligus waktu luang untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah mendasar pemerintah yang selama ini belum diselesaikan. Ia mencontohkan, selama masa pandemi, pihaknya bisa fokus menyelesaikan Cetak Biru Olahraga Nasional yang tertuang dalam rancangan revisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Revisi UU SKN itu ditargetkan selesai Mei 2021 atau sebelum para atlet nasional menjalani bulan-bulan tersibuk kegiatan olahraga, seperti Piala Dunia U-20, Olimpiade Tokyo, PON Papua, dan SEA Games Vietnam. Selain pembenahan prestasi atlet nasional, pemassalan kembali olahraga juga menjadi pokok pembahasan di dalam rancangan revisi undang-undang itu. Olahraga perlu dikembalikan sebagai bagian penting dan integral dalam kehidupan bangsa dan warganya, salah satunya lewat jalur pendidikan.
”Beberapa waktu belakangan, olahraga bukan lagi prioritas utama. Akan tetapi, selama wabah, semuanya jadi sadar bahwa olahraga itu sangat penting. Jadi, tidak salah kalau wabah kali ini menjadi momen untuk pemulihan ataupun kebangkitan olahraga nasional,” tukas Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf saat memimpin Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Panja Revisi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) oleh Komisi X DPR RI, pekan lalu. (SAN/JON)