Keberhasilan Juergen Klopp mengembalikan kejayaan Liverpool kini berbuah penghargaan. Klopp dinobatkan sebagai manajer terbaik tahun ini dan dipuji setinggi langit oleh eks manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
LIVERPOOL, SELASA — Manajer Liverpool Juergen Klopp meraih penghargaan sebagai manajer terbaik tahun ini dari Asosiasi Manajer Liga atau LMA, Selasa (28/7/2020). Penghargaan ini merupakan apresiasi terhadap kesuksesan Klopp mengembalikan kejayaan Liverpool, terutama dalam dua musim terakhir.
Manajer asal Jerman itu pun berhak membawa trofi Sir Alex Ferguson, trofi yang diberikan kepada manajer terbaik setiap tahunnya. ”Saya sangat senang dipilih sebagai pemenang penghargaan atas trofi Sir Alex Ferguson yang luar biasa ini. Ferguson adalah pria yang sangat saya kagumi,” ujar Klopp.
Sepanjang kariernya, Ferguson telah mendapat 49 trofi kompetisi mayor sepanjang kariernya. Sebanyak 38 trofi di antaranya diraih saat melatih MU. Dengan pencapaian ini, Ferguson dinilai sebagai pelatih tersukses di Inggris dan namanya pun layak dijadikan nama trofi.
Ferguson, yang juga menjadi anggota Komite Eksekutif LMA, pun tidak segan memuji Klopp. Padahal, ketika masih melatih, Ferguson sempat dikenal dengan sikap anti-Liverpool. Hal itu lumrah mengingat tingginya rivalitas Liverpool dan MU selama ini.
”Tantangan saya bukanlah apa yang terjadi saat ini (meraih gelar juara Liga Inggris), melainkan bagaimana mengenyahkan Liverpool dari singgasana mereka selamanya,” bunyi kutipan terkenal Ferguson, beberapa dekade lalu.
Juergen (Klopp), Anda layak mendapatkan ini. Penampilan tim Anda sangat luar biasa. Kepribadian Anda juga ikut menyatu ke dalam tim.
Namun, puluhan tahun berlalu, Ferguson kini tidak segan menyanjung Klopp dan ”The Reds”. ”Juergen, Anda layak mendapatkan ini. Penampilan tim Anda sangat luar biasa. Kepribadian Anda juga ikut menyatu ke dalam tim,” ujarnya dalam acara penganugerahan manajer terbaik Liga Inggris dari LMA.
Tidak ragu
Sejak datang ke Liverpool pada 2015, Klopp mendapat tantangan besar untuk kembali membuat ”Si Merah” kembali ke papan atas Liga Inggris. Ia pun datang dan meminta para pendukung Liverpool untuk tidak lagi menjadi orang yang meragukan klubnya sendiri. Ia ingin para pendukung mulai percaya bahwa masa depan Liverpool bakal indah.
Tahun demi tahun, Klopp mencoba menemukan komposisi yang tepat untuk timnya. Ia terus mencari pemain terbaik untuk dimasukkan ke dalam skuadnya. Beberapa pemain, seperti Mohamed Salah, Alisson Becker, Virgil van Dijk, dan Fabinho lantas datang untuk kemudian menjadi bintang. Klopp juga menemukan talenta yang ada di sekitar markas mereka, seperti Trent-Alexander Arnold, lalu mengubahnya menjadi bek kanan yang berbahaya.
Dengan stok pemain tersebut, Klopp meracik gaya permainan atraktif yang membuat lawan merasa selalu tertekan. Klopp pun mulai memetik hasilnya pada musim lalu ketika Liverpool bisa berturut-turut menjuarai Liga Champions, Piala Super Eropa, Piala Dunia Antarklub, dan terakhir Liga Inggris musim 2019-2020.
Trofi Liga Inggris itu adalah akhir dari penantian panjang ”Si Merah” selama 30 tahun karena Liverpool terakhir kali menjuarai Liga Inggris pada 1990. ”Kami juga membicarakan bagaimana Leeds United menunggu selama 16 tahun di Divisi Championship untuk kembali ke Liga Primer. Akan tetapi, 30 tahun yang dilalui Liverpool sejak menjuarai liga (1990) sungguh luar biasa,” ujar Ferguson kemudian.
Adapun Manajer Leeds United Marcelo Bielsa juga dinobatkan sebagai manajer terbaik tahun ini di Divisi Championship. Manajer terbaik lainnya dari divisi yang berbeda, baik sepak bola putra maupun putri, mendapat penghargaan serupa. Namun, penghargaan yang paling bergengsi, dengan hadiah berupa trofi Sir Alex Ferguson, hanya diraih Klopp.
Ketika Ferguson dan Klopp saling memuji, penghargaan manajer terbaik yang diraih Klopp ini seolah ”mendamaikan” sementara dua tim yang selama ini berseteru, Liverpool dan MU. Ya, setidaknya dari kacamata Ferguson dan Klopp. Kedua figur sepak bola yang karismatik itu saling memuji dengan humor khas masing-masing.
Fergie ibarat Paus
Dalam kesempatan itu, Ferguson menceritakan bahwa ia ditelepon Klopp pada pagi buta hanya sekadar untuk diberi tahu bahwa Liverpool telah menjuarai Liga Inggris. ”Saya memaafkan Anda yang telah membangunkan saya pukul 03.30 untuk mengatakan bahwa Liverpool menjuarai liga. Terima kasih dan Anda memang layak mendapatkannya (penghargaan),” ujar Ferguson berseloroh.
Klopp pun tak kalah memuji ”Fergie”, panggilan Ferguson. Ia menganggap momen pertemuannya dengan Ferguson seperti layaknya bertemu Paus (pemimpin umat Katolik). ”Waktu itu kami bertemu saat sarapan. Entahlah apakah ia (Ferguson) masih ingat, tetapi saya masih ingat rasanya seperti sedang bertemu Paus. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan setelah itu kami nyambung,” kata Klopp.
Baik Klopp maupun Ferguson memang memiliki kesamaan karakter sehingga keduanya kini tidak segan saling melontarkan pujian. Keduanya adalah manajer yang penuh gairah, sangat total, dan kaya prestasi. Keduanya bahkan memiliki karisma untuk melecut tim dan para pemainnya mengejar kemenangan dan prestasi tertinggi.
Kesamaan Klopp dan Fergie
Karisma itu, dulu, ditunjukkan Ferguson di MU salah satunya lewat ”Fergie Time”. Itu adalah istilah dari mentalitas baja ”Setan Merah” yang acap kali bangkit dan meraih kemenangan padamenit-menit akhir laga, salah satunya pada final Liga Champions Eropa seusai menundukkan Bayern Muenchen, 2-1, di final. Saat itu, MU tertinggal oleh gol Mario Basler.
Karakter gigih serupa, yang dijuluki ”mentalitas monster”, direplikasi Klopp di Liverpool lewat istilah mirip, yaitu ”Klopp Klock”. Istilah yang dipopulerkan media Inggris itu merujuk kepada kiprah Liverpool musim ini yang tak jarang merebut kemenangan dramatis di pengujung atau waktu injury time, salah satunya pada laga kontra Aston Villa, November 2019.
Kala itu, Liverpool terancam menelan kekalahan perdananya di Liga Primer Inggris musim ini setelah tertinggal lebih dulu. Namun, tiga menit terakhir dan pada masa injury time, ”Si Merah” mendadak berbalik unggul lewat tandukkan langka bek sayap Andy Robertson dan gol Sadio Mane. Karakter itu berujung pada trofi juara Liga Inggris musim ini.
”Saya tahu kalau sebagai seorang manajer Liverpool, sikap ini (memuji Ferguson) 100 persen tidak pantas. Akan tetapi, saya sangat mengaguminya,” ujar Klopp yang tidak menyangka bisa mendapatkan trofi Sir Alex Ferguson. (AFP/REUTERS)