Menekuni Bisnis, Santri Perlu Kuasai ”Digital Marketing”
Untuk menjadi wirausaha, santri juga perlu menguasai ”digital marketing” guna menembus pasar. Ke depan, cara ini lebih efektif ketimbang cara konvensional.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno tengah melihat produk yang dihasilkan Pesantren Bahrul Maghfiroh, Malang, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022)
MALANG, KOMPAS — Santri mesti menguasai digital marketing jika mereka ingin menekuni dunia usaha. Memperkenalkan santri dengan pemasaran secara digital juga menjadi salah satu bagian dari penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru tahun 2022.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, digital marketing juga bisa digunakan untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh pondok pesantren (ponpes) untuk menembus pasar yang sebelumnya sulit dilakukan dengan cara konvensional.
”Kita tidak bisa lari lagi karena ke depan semua usaha akan terdigitalisasi. Oleh karena itu, pemasaran juga harus melalui cara digital,” ujarnya.
Sandiaga mengatakan hal ini di hadapan santri peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Digital Marketing bagi Santripreneur di Ponpes Bahrul Maghfiroh, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022).
Hadir pada kesempatan ini, antara lain, Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Erwita Dianti; pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, Muhammad Bisri; dan sejumlah pejabat di Kemenparekraf.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno tengah melihat produk yang dihasilkan Pesantren Bahrul Maghfiroh, Malang, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022).
Menurut Sandiaga, hingga 2024, pemerintah memiliki target menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru. Tugas Kemenparekraf menyiapkan 30 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sampai akhir 2023. Dan, saat ini angkanya sudah melewati 20 juta UMKM.
Salah satu fokusnya di digital marketing karena kami menyadari, menjual produk yang dihasilkan ponpes tidak mudah jika dilakukan dengan cara konvensional.
Untuk itu, dia berharap, melalui kerja sama dengan ponpes ini, target tersebut bisa terwujud. ”Jadi, kita harapkan para santri yang produknya sudah ditampilkan bisa lebih mahir gunakan pemasaran digital karena ini adalah tahapan kita cetak lapangan kerja baru,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, Sandiaga juga sempat mendorong semangat santri Bahrul Maghfiroh untuk menjadi wirausaha muda. Mereka harus memiliki kepercayaan diri, berani menghadapi kegagalan, untuk bisa sukses menapaki usaha. Tentunya, yang tidak bisa ditinggalkan adalah modal keterampilan dan inovasi.
Era disrupsi
Muhammad Bisri yang juga mantan Rektor Universitas Brawijaya, Malang, itu mengatakan, sekarang merupakan era disrupsi, era internet of things. Oleh karena itu, ponpes juga tidak boleh ketinggalan harus menggunakan digital marketing.
”Kalau menggunakan cara konvensional susah menembus pasar, baik dalam negeri maupun internasional. Salah satu alat ikhtiar maksimal menggunakan pemasaran digital. Ponpes ini cukup banyak produknya sehingga santri yang mengikuti bimbingan teknis ini bisa memanfaatkan ilmunya,” ujarnya.
Dengan pengetahuan digital marketing, para santri juga bisa membantu pesantren menjadi mandiri. Mereka bisa memasarkan produk unggulan yang dihasilkan pesantren, seperti keju mozzarella hingga tanaman hias yang dihasilkan Bahrul Maghfiroh.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno tiba di Pesantren Bahrul Maghfiroh, Malang, Jawa Timur, Rabu (29/6/2022).
Menurut Bisri, pihaknya juga memiliki laboratorium multimedia kreatif dengan sejumlah kegiatan, seperti pembuatan film pendek dan fotografi, termasuk bekerja sama dengan salah satu televisi swasta nasional.
Para santri yang terlibat di multimedia, lanjut Bisri, bahkan sudah punya staf sebanyak 15 orang. Mereka telah bisa hidup sendiri dari usaha itu tanpa mendapat subsidi dari pengelola ponpes.
”Salah satu fokusnya di digital marketing karena kami menyadari menjual produk yang dihasilkan ponpes tidak mudah jika dilakukan dengan cara konvensional,” ujarnya.
Apalagi, dahulu ponpes tersebut memiliki produk yang sulit laku dengan cara konvensional, seperti anggrek, yang sekarang penjualannya ramai setelah melalui media sosial.