Mimpi untuk Bisa Kuliah Terkubur Lumpuhnya PDN
Peretasan terhadap Pusat Data Nasional menggagalkan usaha calon mahasiswa untuk kuliah.
Lumpuhnya Pusat Data Nasional akibat serangan siber mengubur mimpi sejumlah lulusan SMA dari keluarga tidak mampu yang ingin melanjutkan kuliah dengan beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah atau KIP Kuliah. Sementara itu, mahasiswa yang sudah mendapatkan KIP Kuliah khawatir jika pencairan beasiswa itu ikut terganggu.
Sejak awal, Lisa (19), alumnus sebuah SMA di Serang, Banten, sadar benar ayahnya yang hanya seorang buruh dan tukang ojek tidak akan mampu membiayai pendidikan tinggi. Namun, ia tetap memelihara mimpinya untuk kuliah. Satu-satunya harapan Lisa untuk kuliah adalah lewat jalur KIP Kuliah yang didanai oleh negara.
Lisa pun mencoba peruntungannya dengan mengikuti seleksi masuk (Simak) Universitas Indonesia lewat jalur KIP Kuliah. Agar bisa mengikuti tes di jalur tersebut, calon mahasiswa harus mengunduh kartu peserta KIP Kuliah dan mengisi sejumlah data.
Lisa mengikuti persyaratan tersebut. Namun, berkali-kali dicoba, ia selalu gagal mengakses situs pendaftaran KIP Kuliah karena server situs terdampak serangan PDN. Hingga batas akhir pendaftaran Simak UI lewat jalur KIP Kuliah, yakni 28 Juni 2024, Lisa tetap tidak bisa mengakses server KIP Kuliah.
Akibatnya, ia dinyatakan tidak lolos verifikasi sebagai calon mahasiswa lewat jalur KIP Kuliah. Mimpinya untuk kuliah berakhir sebelum ia bisa mengikuti tes ujian masuk yang digelar pada 14 Juli 2024.
Lisa mengatakan, tidak hanya dia seorang yang gagal mengakses situs pendaftaran KIP Kuliah. Beberapa temannya pun bernasib sama, yakni tidak bisa mengunduh kartu peserta KIP Kuliah dan tidak bisa menyinkronisasi data dengan universitas tujuan belajar.
Kondisi itu membuat saya dan teman-teman tidak bisa melanjutkan kuliah. Bagi saya yang tidak mampu, harapan satu-satunya untuk bisa berkuliah hanya lewat jalur KIP.
”Kondisi itu membuat saya dan teman-teman tidak bisa melanjutkan kuliah. Bagi saya yang tidak mampu, harapan satu-satunya untuk bisa berkuliah hanya lewat jalur KIP,” tutur Lisa, Senin (1/7/2024).
Lisa saat ini tinggal bersama ayah dan adiknya yang masih bersekolah di SMP. Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan dan tukang ojek pangkalan. Ibunya bekerja menjadi buruh migran di luar negeri, tetapi hingga sekarang tidak ada kabarnya.
Dengan kehidupan seperti itu, Lisa ingin mengubah kehidupan dirinya dan keluarga lewat pendidikan. Ia ingin menjadi dokter karena tidak ingin nasib kakaknya yang meninggal karena tidak mampu mengakses layanan kesehatan secara cepat dan terjangkau terulang pada orang lain.
Meski sudah dinyatakan gagal mendapatkan KIP Kuliah, Lisa berharap situs KIP Kuliah segera dipulihkan. Ia masih menyimpan harapan pemulihan situs tersebut masih membuka kesempatan bagi dirinya dan anak dari keluarga tidak mampu lainnya bisa kuliah dengan biaya dari negara.
Sistem KIP Kuliah adalah salah satu layanan digital Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang terdampak serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional yang terjadi sejak 20 Juni 2024. Sistem KIP Kuliah ini digunakan, antara lain, oleh calon mahasiswa baru dari keluarga tak mampu untuk mengakses beasiswa (Kompas.id, 30/6/2024). Hingga Senin (1/7/2024) pukul 21.00, laman KIP Kuliah tidak bisa diakses.
Baca juga: Terdampak Peretasan PDN, Apa yang Bisa Dilakukan Penerima Beasiswa KIP Kuliah?
Sejauh ini, ada 853.393 orang yang mendaftar KIP Kuliah 2024 sebelum sistem terkendala. Para pendaftar diminta mengklaim ulang akun KIP Kuliah pada 29 Juli-31 Agustus 2024 di laman https://KIP Kuliah.kemdikbud.go.id. Klaim ulang dilakukan dengan nomor induk kependudukan (NIK) dan nomor induk siswa nasional (NISN). Peserta juga mesti mengunggah kembali dokumen dan data pendukung pendaftaran KIP Kuliah.
Kemendikbudristek memastikan bahwa data cadangan penerima dan pendaftar KIP Kuliah aman di pusat data Kemendikbudristek. Sistem KIP Kuliah pun masih dipulihkan dengan data cadangan itu. Sistem KIP Kuliah direncanakan mulai beroperasi kembali paling lambat pada 29 Juli 2024.
”Kami berupaya sesegera mungkin memulihkan layanan KIP Kuliah berdasarkan data cadangan yang kami simpan di pusat data Kemendikbudristek. Koordinasi erat dengan perguruan tinggi juga terus kami lakukan untuk menjamin hak mahasiswa penerima KIP Kuliah on going dan pendaftar KIP Kuliah baru,” tutur Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti, melalui keterangan tertulis.
Adapun pendaftaran penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri umumnya berakhir pada akhir Juni 2024. Agar peserta KIP Kuliah bisa mengikuti seleksi ini, Suharti meminta perguruan tinggi untuk menyesuaikan lini masa penerimaan mahasiswa baru. Ia juga berharap perguruan tinggi memundurkan tenggat pembayaran uang kuliah untuk peserta KIP Kuliah lewat jalur seleksi nasional berbasis prestasi (SNBP) dan seleksi nasional berbasis tes (SNBT).
Penerima KIP Kuliah tetap cemas
Sejumlah mahasiswa penerima KIP Kuliah mengaku cemas dengan terganggunya layanan digital Kemendikristek. Hawari Jaelani (23), mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, mengatakan, ia telah mendaftar serta mengunggah berkas dan syarat lain di situs KIP Kuliah untuk penerimaan bantuan biaya hidup pada September nanti.
Aturannya, jika penerima KIP Kuliah 2024 belum memverifikasi data, kemungkinan besar akan kesulitan mendapat percairan dana (semester) pada September nanti.
”Tapi, kan, verifikasinya enggak instan seperti kami nyiapin berkas terus tiba-tiba langsung dapat duit atau uang kehidupan sama UKT (uang kuliah tunggal). Enggak secepat itu, tetapi ada proses, sedangkan sekarang datanya hilang” katanya.
Jika data dirinya ikut ter-reset gara-gara ransomware, ia berharap ada data backup berkas dan lain sebagainya agar tak menghambat KIP Kuliah bulan ini, pencairan UKT, dan uang biaya hidup pada September nanti.
Bagi Hawari, bantuan biaya hidup dan UKT dari KIP Kuliah sangat penting karena kehidupannya tidak lagi ditunjang orangtua. ”Saya di sini belajar, kuliah, itu dari uang saya pribadi dan KIP Kuliah. Jadi, biaya hidup dari KIP Kuliah sangat membantu kami,” ujarnya tentang bantuan biaya hidup sebesar Rp 700.000 per bulan.
Untuk menambal biaya hidup, ia pernah bekerja di toko sayur dengan gaji Rp 300.000-Rp 400.000 per bulan. Kini ia bekerja di usaha penyewaan mobil milik temannya.
Hasan Abdul Bar (20), mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri (Unesa), menceritakan, ia dan teman-teman sesama penerima KIP Kuliah menerima pengumuman tentang hilangnya data penerima KIP dan situs sedang dalam pemulihan pada Senin lalu.
Walau agak mengkhawatirkan dampak peretasan PDN, ia selama ini bisa menambah pemasukan dari hasil ikut berbagai lomba. ”Sebenarnya, ya, khawatir, ya, enggak,” kata Hasan yang dihubungi dari Jakarta, Senin.
Beberapa temannya, lanjut Hasan, sejak pekan lalu sudah bertanya ke kampus terkait data mereka dan soal penerimaan biaya hidup yang diberikan per enam bulan sekali itu. Menurut kawan-kawannya, pihak kampus punya data sehingga pembaruan data bisa segera dilakukan.
Hasan menerima KIP Kuliah sejak masuk kuliah tahun 2021 sebesar Rp 1.250.000 per bulan untuk biaya hidup saja karena uang kuliah sudah dibayarkan ke universitasnya.
Hasan yang berasal dari Probolinggo, Jawa Timur, menyatakan, ketika awal kuliah, selain biaya hidup dari KIP, ia masih mendapat tambahan uang dari ayahnya yang bekerja di toko penjual pulsa dan peralatan telepon seluler. Namun, tahun kedua kuliah, tak ada lagi bantuan itu.
”Tapi, (dana) dari KIP sebenarnya cukup buat hidupku sebulan karena kami kos rame-rame dan masak nasi sendiri. Tiap hari hanya beli lauk, ada juga pinjaman motor untuk beraktivitas,”ujarnya. Sekali makan, ia cukup mengeluarkan dana sekitar Rp 10.000 untuk membeli lauk dan sayur.
Baca juga: Pusat Data Nasional Diserang, Urusan Beasiswa sampai Administrasi Pemda Terganggu
Masalahnya, kegiatan dia sebagai mahasiswa tak hanya makan dan belajar, tetapi juga harus praktikum di laboratorium. ”Kalau ditambah itu, dananya kurang,” ujar Hasan. Ia menutup kekurangan biaya hidup dan kegiatan kuliah dengan dari hadiah mengikuti berbagai lomba.
Untuk jatah biaya hidup bulan ini dan berikutnya, ia masih menyimpan uang dari jatah yang dikirimkan pemerintah ke rekeningnya untuk hidup hingga September nanti.
Sementara itu, Bagas Ghosa, mahasiswa semester 8 Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas serta Teten Rizwan yang kuliah di semester 6 di Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem Departemen Teknik Mesin, keduanya di ITS Surabaya, mengaku selama ini tak ada kendala dalam penyaluran bantuan KIP Kuliah.
Keduanya juga merasa bantuan uang kuliah dan biaya hidup itu sangat menunjang perkuliahan. Akan tetapi, sebagai mahasiswa ITS, Bagas menyayangkan kejadian peretasan Pusat Data Nasional yang berimbas pada layanan digital Kemendikbudristek.
Ketua Umum Kulawargi Mahasiswa Bidikmisi (Kabim) Universitas Padjajaran R Ayu Nadia Sandi Chairunnisa mengatakan, serangan terhadap Pusat Data Nasional sejauh ini belum berdampak signifikan ke peserta KIP Kuliah lama atau ongoing di Unpad. Ini karena para mahasiswa telah mencairkan dana KIP Kuliah untuk semester genap 2023/2024.
”Untuk mahasiswa ongoing angkatan 2021-2023, setahu saya, mereka tidak terlalu terdampak signifikan. Alhamdulillah di Unpad, semua mahasiswa KIP Kuliah sudah cair semua (dananya) di semester genap kemarin,” kata Nadia yang juga penerima KIP Kuliah.
Mahasiswi jurusan keperawatan ini menambahkan, belum ada gambaran jumlah dan dampak isu hilangnya data peserta KIP Kuliah di universitasnya. Pihak universitas masih menganalisis hal ini.
Catatan: Artikel ini merupakan hasil kolaborasi dengan mahasiswa magang di Kompas, yakni Rilanda Virasma Meiprita dari Jurusan Sastra Indonesia Universitas Diponegoro.