Musik menjadi saluran bagi anak muda untuk berkarya dan mengungkapkan persoalan dirinya, bahkan melahirkan solusi yang tak diduga bagi dirinya maupun orang lain. Bertaburnya platform digital pun memudahkan anak muda.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·5 menit baca
Musik menjadi saluran bagi anak muda untuk berkarya dan mengungkapkan persoalan dirinya, bahkan melahirkan solusi yang tak diduga baik bagi dirinya maupun orang lain. Bertaburnya platform digital pun memudahkan anak muda menawarkan karyanya, meski kadang tak lepas dari pergumulan penerimaan diri.
Berawal dari konten di media sosial ketika pandemi, Brigita Meliala atau dikenal dengan panggilan Idgitaf memutuskan menapaki industri musik secara serius. Dari singel ke singel yang dikeluarkan bertahap, Gita akhirnya bersiap meluncurkan album perdananya, Mengudara, akhir Juli nanti.
Gita mengakui, jalannya tak mudah untuk peralihan dari media sosial ke industri musik. ”Walau present media sosial sebenarnya bisa mendukung, ada hal yang harus aku perhatikan saat masuk ke dunia musik. Salah satunya merilis karya yang bisa diterima dan menyentuh orang. Ini tantangan luar biasa karena beda dengan media sosial,” ujar Gita ketika berbincang, Kamis (6/7/2023).
Perlahan, Gita pun bertransformasi melalui proses pendewasaan di tiap lagu. Lagu perdana ”Hal Indah Butuh Waktu untuk Datang” yang ditulisnya sendiri masuk tangga lagu Viral 50 Spotify. Begitu pula lagu ”Takut” yang berisi tentang curahan hati dan kekhawatirannya dengan sangat jujur. Pada 2022, lagu ”Takut” ini masuk dalam album mini bertajuk Semoga Sembuh yang mendapatkan dua nominasi dalam Anugerah Musik Indonesia 2022.
”Tiap lagu itu, ya, perasaanku saat itu juga. Itu gambaran perasaanku di momen itu. Seperti lagu ’Takut,’ ya itu yang aku rasakan dan ternyata semua orang punya kemiripan. Lagu ’Dermaga’ juga, siapa yang enggak mengalami kepergian dan kedatangan. Bersyukurnya, aku dapat gift untuk bisa mengutarakannya dengan jujur dan baik lewat tulisan,” tutur Gita.
Nantinya, album perdana yang dibuatnya selama setengah tahun ini akan berisi sembilan lagu, termasuk ”Dermaga”, ”Satu-satu”, dan ”Kehilangan”. Semua lagu ditulisnya sendiri. Ia juga memiliki konsep khusus yang dirumuskannya sebagai ciri khas dari tiap rilisannya. ”Di album ini, ada warna lagu yang cukup nyentrik dan akan jadi kuncian visual yang aku banget,” ujar Gita yang mengakui, pengalaman di media sosial membantunya membuat visual menarik.
Kendati demikian, ia tak menampik, permasalahan angka dan respons eksternal kerap membayanginya. Padahal, ia menyadari, dalam kegiatan berseni itu yang terpenting tulus dalam berkarya dan berani menerima diri. ”Enggak ada bagus dan jelek, yang terpenting, kan, tulus. Tapi, ya, enggak bisa dimungkiri, kepikiran juga angka dan respons netizen. Lama-lama dari lagu yang kubuat sendiri, aku malah seperti menemukan solusi. Jadinya bisa menghargai karya sendiri dan secukupnya aja merasa insecure,” lanjut Gita.
Dari perjalanan selama beberapa tahun ini sebagai musisi muda, Gita pun berharap agar sinergi antarmusisi lebih kuat. Ia mengungkapkan harapan tiap musisi muda ingin dirangkul dan dibimbing dalam pengembangan karya. Di sisi lain, ia ingin supaya lagu-lagunya bisa membawa pengaruh. ”Sekecil-kecil pengaruh aku, tapi harapannya bisa besar untuk orang lain,” katanya.
Musik yang terhubung
Tak berbeda jauh dengan Bernadya yang belakangan menjadi salah satu penyanyi yang disorot anak-anak muda lantaran karyanya dirasa relate dengan anak muda. Solois muda ini memulai langkahnya di dunia musik Indonesia melalui debut singelnya yang berjudul ”Apa Mungkin” dan ”Masa Sepi”. Kedua lagu tersebut berhasil mencapai 30 juta streaming dengan data pendengar bulanan lebih dari 2,5 juta kali pemutaran di berbagai platform digital.
Kegemarannya menulis telah ada sejak sekolah menengah pertama (SMP). Bernadya kemudian memantapkan keputusannya untuk terjun ke dunia musik saat dirinya berada di bangku sekolah menengah atas (SMA).
”Udah mulai nulis (lagu) sejak (kelas) II SMP kayaknya. Menurut aku, kalau kita nulis sendiri, aku jadi tahu karakter vokal aku gimana, cocok sama lagu yang gimana,” ucap Bernadya saat ditemui di peluncuran album mini (EP) Bernadya, Terlintas, di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (23/6/2023).
Dalam menulis lagu, Bernadya memiliki cara khusus yang menurut dia dapat membantu membuat keseluruhan lirik digemari anak muda, salah satunya dengan mengucapkan kembali tulisan setelah dibuat. ”Menurut aku, kalau nulis, aku biasanya nulis lagu lalu aku coba omongin, apakah itu geli atau enggak kalau diomongin. Sebisa mungkin tetap kata-kata sehari-hari, jadi seperti aku bercerita,” ungkapnya.
Perjalanan karier Bernadya ini semakin gemilang karena dukungan dari kedua orangtuanya. Ia menyebut, dukungan orangtua membuatnya bisa ada sampai saat ini. ”Orangtua sangat support. Mungkin mereka ada ngarahin ke sana ke sini, tapi aku bilang mimpi aku di sini (dunia musik) dan mereka support sepenuhnya,” ujarnya.
Keberhasilan singel lagu sebelumnya membuat Bernadya semakin ingin membuat karya yang lebih banyak. Terbukti, selang satu tahun setelah singel ”Apa Mungkin” dan ”Masa Sepi” dirilis, solois muda ini kembali merilis album mini pertamanya yang berjudul Terlintas. ”(Singel sebelumnya) Buat aku jadi tahu orang sukanya gimana, jadi aku mengarahkan lagu aku ’oh berarti enaknya kayak gini’,” cerita Bernadya.
Lebih lanjut, ia menyebut alasan dirinya menjadikan lagu ”Terlintas” sebagai focus track dalam album mini ini. Menurut dia, lagu ini dapat mewakili perasaan dirinya dan pendengar dan bisa menjadikan lagu ini seperti seseorang yang sedang mendengarkan curhat. ”(Lagu ’Terlintas’ jadi focus track) Karena isinya tentang terkaan, menerka-nerka tentang apa akhir dari semuanya,” katanya.
Musisi Rendy Pandugo juga turut campur tangan dalam menyusun album ini. ”Gue senang banget, gue dari awal ketemu Bernadya, smooth banget semuanya. Sampai detik terakhir juga semuanya smooth dan gue juga merasa cocok banget kerja sama dia. Tapi, overall, gue seneng banget akhirnya bisa rilis EP ini,” ujar Rendy saat menghadiri acara perilisan album mini Bernadya.
Album dengan total lima lagu yang digarap bersama label Juni Records itu kini dapat didengar di berbagai platform digital streaming. Bernadya berharap album mini ini dapat memberi dampak baik untuk banyak orang dan dapat didengar dalam situasi apa pun. Ia juga menginginkan setiap lagunya dapat diterima dan mewakili perasaan atau menemani pendengar.
”Aku pengin EP ini membawa dampak yang baik untuk banyak orang, bisa jadi temen di saat mereka lagi sepi. Pokoknya, seolah-olah jadi teman yang memeluk tapi lewat lagu,” kata Bernadya.
Kolaborasi dengan Peserta Intern Kompas:
- Alethea Pricila Sianturi, Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara