Kreativitas Jadi Jalan Keluar di Tengah Ketidakpastian
Kreativitas membuat seseorang mampu fleksibel dan adaptif di era VUCA yang sarat dengan kerentanan, bahkan menemukan solusi-solusi baru.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kaum muda diajak untuk memiliki kreativitas sehingga dapat bertahan, bahkan menemukan jalan keluar, dalam ketidakpastian ataupun kerentanan. Harapannya, kreativitas anak muda dapat menopang Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan adaptif.
Ajakan itu mengemuka dalam pembukaan Kompasfest 2023: Creation yang diadakan di Senayan Park, Jakarta, Sabtu (17/6/2023). Helatan yang diselenggarakan harian Kompas bersama Idelaju tersebut berlangsung hingga Minggu (18/3/2023), dan mengadakan sejumlah kelas, konferensi, hingga bincang-bincang.
Saat membuka Kompasfest 2023: Creation, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra menilai, acara tersebut dapat menjadi wadah kolaborasi untuk berkreasi. ”Menurut saya, kreasi itu upaya menciptakan sesuatu dari yang belum ada menjadi ada, memperbarui sesuatu dengan orisinalitas,” ujarnya.
Berkreasi, lanjutnya, dimulai dari kreativitas yang saat ini makin relevan di era VUCA yang merupakan kepanjangan dari volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas). Dia menilai, kreativitas membuat seseorang mampu fleksibel dan adaptif di era VUCA yang sarat dengan kerentenan, bahkan menemukan solusi-solusi baru.
Sutta memaparkan sejumlah kiat untuk menjadi seorang yang kreatif. Pertama, kreativitas membutuhkan rasa ingin tahu. Kedua, untuk menjadi seorang yang kreatif perlu kemampuan mencari beragam jalan atau alternatif dalam mencapai tujuan. Ketiga, kreativitas memerlukan keberanian untuk mengambil risiko karena dalam menemukan sesuatu yang baru terdapat peluang gagal.
Di tingkat mancanegara, Indeks Inovasi Global atau GII yang diluncurkan Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dapat menjadi salah satu tolak ukur kreativitas suatu bangsa dengan rentang 0-100. Pada 2022, GII Indonesia senilai 27,9 dan duduk di peringkat ke-75 dari 132 negara. Dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, GII Indonesia berada di bawah Singapura dengan GII 57,3, Malaysia (38,7), Thailand (34,9), Vietnam (34,2), dan Filipina (30,7). Pada tahun sebelumnya, Indonesia berada di peringkat ke-87 dari 132 negara.
Sutta menggarisbawahi, peringkat Indonesia meningkat drastis dibandingkan dengan 11 tahun sebelumnya. Berdasarkan data pada 2011, Indonesia berada di peringkat ke-99 dari 125 negara.
Agar inovasi dari kaum muda dapat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, Sutta berpendapat, kreativitas dan kreasi yang dihasilkan mesti berlandaskan informasi yang akurat. ”Ada sejumlah manfaat mengonsumsi informasi yang benar bagi anak muda. Anak muda dapat mengambil keputusan yang tepat, melakukan perencanaan yang baik, dan menjadi pribadi yang lebih kompeten karena mengonsumsi informasi yang valid,” katanya.
Sebelum Sutta menyampaikan sambutannya, panggung area Dome, Senayan Park, dimeriahkan oleh drama dan tarian dari Titimangsa berjudul ”Pejuang FYP”. Pementasan itu mengisahkan seorang laki-laki berjaket merah-putih yang berjibaku membuat konten di Tiktok agar dapat masuk dalam jajaran FYP (for your page) sehingga akunnya dapat dimonetisasi. Dia sampai mengganti identitasnya di Tiktok dengan mengubah jaketnya menjadi hitam.
Sayangnya, upaya itu selalu gagal dan dia dirundung oleh sekelompok orang di dunia maya. Aksi panggung itu ditutup ketika seorang perempuan yang menjadi idola di Tiktok muncul. Perempuan itu mengingatkan untuk menjadikan media sosial sebagai zona yang aman dan tidak boleh ada perundungan. Selain itu, dia juga membagikan tips agar konten yang dihasilkan dapat berada di jajaran FYP, yakni melakukan perencanaan, mengasah teknik dan kemampuan bercerita, hingga memperdalam riset.
Kreasi pertanian
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan, Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030-2040. Artinya, proporsi penduduk berusia produktif (15-64 tahun) mendominansi populasi. Bappenas memperkirakan jumlah penduduk usia produktif pada rentang tahun tersebut mencapai 297 juta jiwa atau 64 persen dari populasi.
Oleh karena itu, kelompok muda saat ini didorong untuk berdaya, berkreasi, ataupun produktif di sektor riil yang diminati agar Indonesia dapat menikmati bonus demografi tersebut. Menurut Founder Petani Muda Keren AA Gede Agung Wedhatama P, pemuda dapat terjun ke sektor pertanian untuk menyokong cita-cita bonus demografi tersebut.
Anak muda didorong untuk berdaya, berkreasi, ataupun produktif di sektor riil yang diminati agar Indonesia dapat menikmati bonus demografi.
Dia berpendapat, kawan-kawan muda mesti mampu melihat potensi sektor pertanian sebagai ladang berkreasi. ”Pertanian menjadi sektor paling menarik karena permintaan unlimited dari kebutuhan pakan dan pangan. Kini, anak muda dapat bertani dengan mudah lewat aplikasi ponsel. Contohnya sekarang, meskipun saya di sini (Jakarta), saya dapat memantau kebun saya dan mengontrol penyiraman (jika dibutuhkan),” katanya seraya menunjukkan ponselnya saat sesi berjudul ”Local Innovators: The Agriculture Heroes” dalam Kompasfest 2023: Creation.
Dalam sesi yang sama, Executive Vice President Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Retail PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tonny Bellamy berpendapat, transformasi ke cara bertani modern tidak melihat usia. Muda ataupun tua dapat menjalankannya. Perseroan pun siap menyediakan energi untuk menyokong pertanian modern yang sarat dengan penggunaan teknologi dan membutuhkan tenaga listrik yang andal.
Koordinator Bagian Hubungan Masyarakat Kementerian Pertanian M Arief Cahyono optimistis pertanian Indonesia dapat lebih maju dengan generasi muda yang percaya diri, adaptif, dan kreatif. Harapannya, terdapat regenerasi petani dan jumlah petani muda kian banyak.