Diego, Pelukis dengan ”Down Syndrome” yang Memenangi Kompetisi di London
Karya pelukis muda penyandang ”down syndrome”, Diego Luister Berel, diakui internasional dengan menang juara pertama kompetisi bertema ”Artfusion” di Pameran The Holy Art Gallery, London.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·4 menit baca
KOMPAS/ WISNU DEWABRATA
Diego Luister Berel (22), pelukis dengan down syndrome, tengah berkreasi di rumahnya di Jakarta, Kamis (25/5/2023). Salah satu karyanya, "Balinese Penjor", memenangi kompetisi seni rupa bertema Artfusion di Pameran The Holy Art Gallery, London, pada Maret 2022.
Sapuan dan guratan warna-warna cerah cat akrilik memenuhi seluruh permukaan kanvas berukuran 80 cm x 80 cm yang diletakkan di atas meja. Namun, Diego Luister Berel belum selesai dengan tulisannya. Dibantu sang ayah, Edhie Rianto (63), pelukis muda dengan down syndrome itu, melanjutkan kerja kreatifnya, Kamis (25/5/2023) siang, di rumahnya di kawasan Cilandak Barat, Jakarta Selatan.
Pemuda berusia 22 tahun itu menunjuk tabung cat akrilik dengan warna yang dipilihnya. Ia meminta ayahnya menuangkan cat itu ke beberapa bagian kanvas. Diego pun siap beraksi dengan dua bilah pisau lukisnya.
Diego cenderung kidal. Namun, kedua tangannya saat itu leluasa dan lincah bersamaan menyapu cat aneka warna di atas kanvas. Sapuan dan guratan itu menghasilkan bentuk dan warna-warna baru. ”Pesawat terbang... Diego, pesawat Garuda Indonesia karena warnanya ada biru dan putih,” ujar Diego dengan suaranya yang terdengar terbata dan lirih tetapi lembut.
Putra kedua pasangan Edhie dan Sandra Berel itu belajar melukis sejak berusia 12 tahun di bawah bimbingan seorang guru di sekolah anak berkebutuhan khusus di Jaksel. Setelah beberapa kali berpindah sekolah, ia merasa cocok belajar di sana.
Melukis menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah khusus itu selain musik dan olahraga. Dari hasil penelusuran guru, minat dan bakat Diego ternyata menonjol di pelajaran melukis.
Lukisan-lukisan Diego memiliki guratan-guratan dan sapuan, yang memicu imajinasi penikmatnya. Melalui bentuk dan obyek dalam lukisan, orang seolah dibawa masuk ke dunia Diego.
Menurut sang bunda, Diego kerap terinspirasi melukis setelah melihat gambar, foto, video dan film, terutama saat berselancar di internet. Ketika terinspirasi sesuatu, dia akan langsung menuangkannya ke dalam lukisan.
Lukisan ”Balinese Penjor”, misalnya, dibuat Diego lantaran ia terpesona keindahan budaya Bali dari foto-foto dan tayangan di media sosial. Sementara itu, lukisan ”My Cross In The Storm” dibuat Diego setelah ia menonton film The Passion of the Christ (2004).
KOMPAS/ WISNU DEWABRATA
Diego Luister Berel, pelukis dengan down syndrome, tengah berkreasi di rumahnya di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Tak hanya pemandangan dan keindahan alam, Diego juga mampu menangkap tragedi dan kesedihan lewat salah satu lukisannya berjudul ”Hiroshima & Nagasaki Atomic Bombings”. Lukisan itu dibuatnya setelah ia menonton film tentang serangan bom atom Amerika Serikat ke dua kota di Jepang itu pada Perang Dunia II.
Sementara itu, lukisan ”Bomb Blast” dibuat Diego sepekan sebelum peristiwa bom bunuh diri di Gedung Sarinah, Jakarta, pada 14 Januari 2016.
Saat pandemi Covid-19 melanda, Diego mengekspresikan perasaan dan pemahamannya tentang pandemi lewat lukisan berjudul ”To Express of Coronavirus”.
Beberapa karya juga menunjukkan sisi religius Diego, seperti ”Via Dolorosa”, yang terinspirasi rangkaian peristiwa seputar Paskah. Ada pula lukisan ”Stairway to Heaven” yang dibuat Diego setelah melihat dua hari raya keagamanan, yakni Idul Fitri dan Paskah, terjadi pada bulan yang sama, April 2023.
Kompetisi
Tahun lalu, lukisan ”Balinese Penjor” berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi seni rupa bertema ”Artfusion” di Pameran The Holy Art Gallery, London. Dalam kompetisi itu, Diego mengirim lima lukisan, yang semuanya berhasil lolos kurasi tahap awal untuk dipamerkan secara virtual.
Dewan juri memutuskan lukisan ”Balinese Penjor” menjadi juara pertama, mengalahkan karya ratusan peserta lomba lainnya dari seluruh dunia.
”Kami sudah sangat bersyukur ketika lima lukisan Diego yang kami kirimkan bisa lolos (proses kurasi) dan dipamerkan secara virtual. Kami tak menyangka salah satu lukisannya dinyatakan sebagai juara pertama,” ujar Sandra.
Diego banyak mengikuti berbagai kompetisi dan pameran lukisan di dalam dan luar negeri, seperti Malaysia, Amerika Serikat, dan Jepang. Beberapa di antaranya pameran lukisan bersama para pelukis Malaysia dan pelukis negara lain di Royal Chulan Hotel, Kuala Lumpur.
Prestasi anak kedua dari dua bersaudara dalam kompetisi melukis diawali dengan menjadi juara ketiga di SMPLB-SMALB National Student Painting Competition tahun 2018. Lukisannya berjudul ”Lamalera”, salah satu daerah di Flores Timur yang terkenal dengan ritual perburuan paus secara tradisional. Lukisan itu termasuk yang dibawa ke London untuk dipamerkan selama seminggu, 10-16 Juni 2022.
Selain berkompetisi dan berpameran, Diego aktif berkolaborasi dengan seniman lain. Beberapa di antaranya dengan musisi Ananda Sukarlan dan pelukis Muchlis Fachri alias Muklay. Kolaborasi itu dilakukan dalam rangka pengumpulan dana untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang kurang mampu.
Diego cukup produktif dalam melukis. Tak hanya di atas kanvas, ia juga mengabadikan imajinasi dan kreativitas melukisnya di atas sejumlah medium seperti tas tote bag, kaus, sarung bantal, vas bunga, tumbler, bahkan di permukaan gitar listrik milik sang ayah.
Diego Luister Berel
Lahir: Jakarta, 9 september 2000
Pendidikan:
TK Kartini (2004-2005)
SD SLB Budi Waluyo, Bangka, Jaksel (2005-2011)
Daya Pelita Kasih Center for Individual Special Needs Jakarta Selatan (2011-sekarang)
Kursus melukis pada Saffrie Effendi di Absolute One Studio (2022-sekarang)
Pameran:
Pameran Bersama Daya Pelita Kasih Center Students, kolaborasi bersama Alila Seminyak. Tema; Voices Through Art di Alila Seminyak, Agustus 2017
Pameran bersama pelukis Malaysia dan negara lain di Royal Chulan Hotel, Kuala Lumpur, September 2022
Pameran tunggal Pulasan Warna Rupa Jiwa, di Artotel Thamrin , Jakarta, 14 September-10 Oktober 2022
Pameran kolaborasi bersama Wisma Cheshire, Hotel Grand Kemang, Jakarta, 2016
Pameran bersama pelukis internasional di The Holy Art Gallery, London, 10-16 Juni 2022