Tinggal di apartemen menjadi pilihan bagi mahasiswa untuk belajar hidup mandiri.
Oleh
MARIA SUSY BERINDRA
·5 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Kampus The London School of Public Relations Jakarta yang berlokasi di kawasan apartemen Sudirman Park, Jakarta, Rabu (10/5/2023). Tak sedikit mahasiswa yang tinggal di apartemen sekitar sebagai tempat tinggal selama kuliah.
Bagi mahasiswa yang sedang belajar hidup mandiri, apartemen bisa menjadi pilihan tempat tinggal nyaman. Selain bisa lebih dekat dengan kampus, mereka juga belajar mengatur kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satu pertimbangan mahasiswa memilih apartemen dibandingkan kos adalah karena fasilitas apartemen yang beragam. Akses dari apartemen ke kampus bisa dengan berjalan kaki. Apalagi kalau lokasi apartemen tidak jauh dengan pertokoan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan pertimbangan itulah, Fitra Ratu Kurnias Octarostineu (20) atau akrab disapa Rara memilih apartemen di dekat kampusnya. Rara yang berasal dari Surabaya sedang berkuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Jarak antara kampus dan apartemennya tak sampai 1 kilometer.
”Aku merasa butuh tempat yang aman dan nyaman selama berkuliah karena masih semester tiga waktu mulai merantau. Harganya juga cukup murah melalui aplikasi pihak ketiga dan harga turun karena pandemi jadi langsung aja sewa,” kata Rara pada Kamis (11/5/2023).
Sebelumnya, Rara pernah ngekos di daerah barel atau belakang rel (sebutan kawasan kos-kosan dekat Kampus UI Depok). ”Di kos, orangtua hanya boleh lima hari. Kalau tinggal di apartemen, mereka bisa stay lebih lama. Dan, di apartemen enggak banyak aturan,” ujar Rara.
Rara betah tinggal di apertemen karena tersedia pertokoan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Dari mulai mini market, laundry, sampai salon tersedia di dekat apartemen. Ada juga beragam makanan yang bisa dipilih Rara.
”Kalau mau kerja kelompok dan ada anggota kelompok yang beda jenis kelamin itu juga boleh masuk, sementara kalau di kos cuma boleh di ruang tamu. Kalau kesepian, aku suka ngajak teman-teman untuk makan dan main ke apartemenku. Mereka bebas bisa pulang kapan saja,” katanya.
Cindy Buntoro (22), mahasiswa Program Studi Film dan Animasi Universitas Multimedia Nusantara sempat tinggal di apartemen dekat kampusnya selama dua tahun. Jarak apartemen yang dekat kampus membuatnya semakin praktis untuk pergi kuliah tanpa memikirkan biaya transportasi. ”Jarak dari apartemen ke kampus deket dan bisa jalan, jadi enggak perlu nyisihin uang transportasi,” kata Cindy, Kamis (11/5/2023).
Tak hanya jarak, Cindy menambahkan, kenyamanan dan keamanan di apartemen menjadi faktor lain yang membuatnya semakin betah untuk tinggal di apartemen. ”Tinggal di apartemen itu enaknya karena jarak dari satu kamar ke kamar lainnya itu cukup jauh, jadi enggak berisik, keamanan juga ketat banget jadi ngerasa lebih aman,” lanjut Cindy.
Keamanan yang ketat membuat apartemen tersebut memiliki peraturan untuk orang bebas masuk dan keluar hanya sampai pukul 21.00. Sementara Cindy yang fokus pada jurusan filmmembuatnya harus pulang lebih larut untuk shooting atau mengerjakan proyek kuliah.
”Sebagai seorang mahasiswa film tentunya jam balik ke rumahnya lebih seringmalam hingga subuh, sedangkan peraturan pembukaan lobby hanya sampai 21.00, jadi risikonya adalah lobby ditutup dan harus masuk lewat basement parkiran mobil,” cerita Cindy.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Kampus The London School of Public Relations Jakarta yang berlokasi di kawasan apartemen Sudirman Park, Jakarta, Rabu (10/5/2023). Tak sedikit mahasiswa yang tinggal di apartemen sekitar sebagai tempat tinggal selama kuliah.
Magang
Mahasiswa yang sedang magang dan harus merantau ke kota lain juga bisa memilih tinggal di apartemen.Datang ke tempat baru membuat mahasiswa harus lebih cepat beradaptasi sehingga memilih lokasi dekat tempat magang.
Caroline Nugroho (20), akrab disapa Caca, mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya pada semester ini mendapat kesempatan mengikuti program magang Kampus Merdeka di salah satu kantor akuntan publik, RSM Indonesia. Gadis asal Madiun ini memilih tinggal di apartemen bersama dengan tiga temannya.
Caca tinggal di apartemen yang dekat dengan tempat magangnya. Awalnya, dia sempat mencari tempat kos, tetapi harga sewa setiap bulan cukup mahal. Hingga kemudian, dia ditawari temannya untuk tinggal bersama dengan sharing biaya sewa per bulan.
”Aku memilih sharing apartemen dua kamar dengan tiga temanku dan masing-masing kena biaya Rp 1,6 juta tanpa Wi-Fi dan listrik. Kamarnya ada fasilitas dapur, kulkas, ruang tamu, dan lain-lain. Apartemen itu harganya paling oke dan paling dekat dengan stasiun MRT, jadi aksesnya gampang,” kata Caca.
Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari hidup bersama orang lain adalah saling bertoleransi dan menghargai. ”Karena kita tinggal rame-rame, kita belajar banget toleransi dan kesabaran. Intinya belajar gimana cara menghadapisikap orang lain. Selain itu, aku jadi lebih rajin olahraga menggunakan fasilitas di apartemen. Aku juga sering jalan-jalan di sekitar Jakarta karena akses ke transportasi umum yang cukup mudah,” kata Caca.
Demi menghemat waktu untuk pergi ke tempat kerja, Vebyola Sutanto (22), mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya BSD, memilih tinggal di apartemen. Yola menceritakan ketika diterima magang di salah satu kafe di BSD, ia segera mencari apartemen yang strategis dari tempat magangnya.
”Waktu itu langsung cari tempat tinggal yang deket, akhirnya dapat diBSD, tapi cuma bisa untuk 3 bulan, sedangkan magangnya 6 bulan. Jadi harus pindah tempat,” cerita Yola, Rabu (10/5/2023).
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Apartemen Samesta Mahata Margonda di Depok Jawa Barat, Kamis (13/4/2023). Hunian yang menyasar kaum milenial ini terintegrasi dengan Stasiun KRL Pondok Cina. Selain itu, apartemen ini juga sangat strategis karena dekat dengan rumah sakit, kampus, dan pusat perbelanjaan.
Selain menghemat waktu, Yola menyebut tinggal di apartemen membuatnya tidak terlalu kelelahan setelah pulang dari tempat kerjanya dibandingkan harus pulang ke rumahnya di daerah Bintaro. Berada di apartemen membuat Yola merasa memiliki tantangan baru yang membuatnya semakin mandiri. ”Dapet challenge baru untuk urusin semuanya sendiri, mulai dari beresin apartemen, masak, belajar, dan lain-lain,” katanya.
Hal tersebut membuat Yola mempunyai rutinitas baru yang lebih positif. Tak jarang, dirinya mencoba meningkatkan kemampuan memasak. ”Pengalaman menariknya skill masak meningkat dan punya resep masakan yang gak jelas, tapi enak.”
Selama berada tinggal di apartemen, Yola mengaku tidak terlalu kesulitan dalam beradaptasi dengan suasana yang baru. Menurut dia, hal yang sulit ketika berada di apartemen adalah suasana yang sepi karena jarang bertemu penghuni apartemen lainnya.
Kolaborasi dengan Peserta Intern Kompas:
- Aurelia Tamirin, Mahasiswa Jurusan Kriminologi, Universitas Indonesia
- Alethea Pricila Sianturi, Mahasiswa Program Studi Jurnalistik, Universitas Multimedia Nusantara