Transfer Ilmu untuk Anak-anak Desa Labelen, Flores Timur
Lima anak muda dari Desa Labelen, Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur, berinisiatif mengajak anak-anak remaja untuk memperdalam ilmu agama dan pendidikan selama Ramadhan 2023.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
ARSIP PRIBADI
Para inisiator Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen di Pulau Solor, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Mereka adalah Abdul Haris Al-Abi Syahril, Muhaimin H Lamahala, Masrah Hamzah, Bahrudin Abubakar, dan Syakia Ariska Sinun.
Menjelang Ramadhan 2023, lima anak muda memutuskan untuk melakukan kegiatan bermanfaat bagi Desa Labelen di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Mereka mengajak anak-anak untuk melakukan tadarus, beribadah, belajar bersama, hingga bersih-bersih desa.
Abdul Haris Al-Abi Syahril (24), Muhaimin H Lamahala (27), Masrah Hamzah (27), Bahrudin Abubakar (31), dan Syakia Ariska Sinun (22) adalah anak muda yang tinggal di Desa Labelen. Ketika beberapa dari mereka sedang menongkrong bersama, muncul inisiatif untuk membentuk Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen hanya dalam waktu sepuluh hari sebelum puasa berlangsung pada 23 Maret 2023.
”Kegiatan kami sudah berjalan 33 hari lebih. Soalnya waktu kami bentuk malamnya langsung berkegiatan,” ujar Abdul Haris Al-Abi Syahril alias Abi dalam wawancara virtual dari Desa Labelen, Kecamatan Solor Timur, Selasa (18/4/2023).
Ada sejumlah pertimbangan di balik kemunculan spontanitas itu. Di desa yang terdiri atas tiga rusun itu, orangtua kebanyakan bekerja sebagai nelayan. Alhasil, para ayah harus melaut pada malam hari, sedangkan para ibu pergi berjualan hasil tangkapan pada siang hari.
Abi dan teman-temannya mengamati, anak-anak usia sekolah jadi lebih banyak menghabiskan waktu tanpa pengawasan dan bimbingan orangtua. Setelah pulang sekolah, kebanyakan anak-anak bisa menghabiskan waktu untuk bermain sepak bola di pantai hingga maghrib tiba.
”Orangtua seperti melepas kewajiban mendidik anaknya. Karena aktivitas anak-anak setelah pulang sekolah kosong, kami coba mengarahkan mereka ke kegiatan pendidikan dan keagamaan di sore hari,” kata Abi yang alumnus Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang.
Kegiatan Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen berlangsung di Masjid Ar-Rahman Gorang. Aktivitas di masjid bervariasi, seperti melakukan tadarus, belajar mengaji, belajar shalat, menggambar kaligrafi, dan mendengarkan ceramah. Selain itu, mereka juga membimbing anak-anak mengerjakan tugas sekolah.
ARSIP PRIBADI
Suasana kegiatan Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen di Solor Timur, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Sekitar 30 anak dari rentang pendidikan SD, SMP, hingga SMA berkumpul di masjid dari pukul 15.00 Wita setiap hari. Terbanyak, pernah sampai 50 anak yang bergabung. Dengan jumlah sebanyak itu, Abi dan teman-teman harus mengasah kesabaran dan pintar-pintar mengakali agar bisa menjaga mereka tetap fokus.
Syakia menjelaskan, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan berusaha membuat anak-anak menyadari manfaat mengikuti kegiatan. Sebagai contoh, mereka memberi tahu anak-anak untuk ke masjid dengan membawa tugas sekolah atau materi pelajaran yang belum dipahami.
Setelah itu, agar tidak bosan, mereka melakukan variasi kegiatan di hari-hari berikutnya. ”Misalnya, kami memberi tugas mencari tahu sesuatu terkait pelajaran apa pun dan yang bisa mengerjakan akan diberi hadiah,” kata Syakia.
Ikatan sosial
Tidak hanya menimba ilmu, Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen turut melakukan berbagai kegiatan yang melekatkan tali silaturahmi dan ikatan sosial. Setiap 10 hari, misalnya, komunitas ini menjadwalkan dua kali kegiatan buka puasa bersama.
Saat tiba jadwal buka puasa bersama, mereka mengumpulkan iuran Rp 5.000-Rp 10.000 per anak yang sudah di bangku SMA. Dari dana patungan bersama, mereka kadang membuat sendiri atau memesan takjil. Menunya sederhana, seperti teh dan pisang goreng.
Abi melanjutkan, mereka juga menyelenggarakan kegiatan bersih-bersih masjid dan desa, salah satunya telah berlangsung dua hari sebelum puasa. Mereka juga mengecat ulang masjid agar terlihat bersih dan indah saat hari raya tiba.
Ditambah lagi, Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen, bersama rekan-rekan guru salah satu inisiator komunitas, berkolaborasi untuk membagikan kado kepada anak yatim atau piatu berupa sembako. ”Guru-guru urunan dan setelah tercukupi kami bagikan ke 26 anak desa,” ujar Abi.
Abi menyadari pentingnya anak muda berpartisipasi dalam pembangunan sumber daya anak desa meskipun lewat kegiatan yang begitu sederhana. Apalagi, Abi adalah salah satu anak muda di komunitas yang merantau ke luar Pulau Solor demi menuntut pendidikan lebih tinggi.
Lewat antusiasme anak-anak mengikuti kegiatan komunitas, ia juga menyadari bagaimana mereka semua juga haus untuk menimba ilmu. Karena itu, kegiatan komunitas ini berlanjut bahkan setelah bulan Ramadhan 2023 usai.
”Inilah pentingnya melakukan transfer pengetahuan. Sejauh apa pun kita mencari ilmu di tempat orang, bagaimana hal yang kita dapatkan bisa kita bagikan ke generasi lebih muda setelah kita pulang. Yang penting, kami bisa mengajak mereka melakukan kegiatan bernilai positif untuk terus belajar,” kata Abi.
ARSIP PRIBADI
Suasana kegiatan Komunitas Ngaji Remaja Desa Labelen di Solor Timur, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Abdul Haris Al-Abi Syahril
Lahir: Labelen, 7 Februari 1999
Pendidikan: Jurusan Akuntansi Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang (2017-2022)
Muhaimin H Lamahala
Lahir: Gorang, 19 Juni 1995
Pendidikan: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Kupang (angkatan 2017)
Masrah Hamzah
Lahir: Labelen, 3 Juli 1995
Pendidikan: Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Kupang (2014-2018)
Bahrudin Abubakar
Lahir: Gorang, 15 Mei 1991
Pendidikan: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Kupang (angkatan 2010)
Syakia Ariska Sinun
Lahir: Labelen, 25 September 2000
Pendidikan: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Nusa Cendana (angkatan 2018)