Mahasiswa perantau melakukan berbagai cara agar bisa mudik pada Lebaran 2023. Yang penting jangan sampai berlebaran di indekosan. Sepi!
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA, BUDI SUWARNA
·4 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Farid, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, saat mudik ke Surabaya dengan menggunakan KA Kertajaya dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (13/4/2023).
Lebaran segera tiba. Berbagai jurus ditempuh mahasiswa perantau agar bisa mudik dan berlebaran bersama keluarga di kampung halaman. Ada yang berburu tiket mudik gratis.
Sejak awal 2022, Musa Pedro Afgana (20), mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, sudah berniak mudik pada Lebaran 2023 ke ke kampung halamannya di Manna, Bengkulu Selatan.
“Lebaran itu momen yang penting untuk bisa bersama keluarga di tempat yang sama, apalagi aku tahun lalu nggak pulang kampung. Tahun ini nekat harus pulang karena semester depan nggak tahu bakal pulang atau enggak karena ada rencana magang,” tutur Pedro dari Bandung, Jawa Barat, Sabtu (15/4/2023).
Pedro rela menyempatkan diri pulang meskipun akan menghadapi UAS setelah kembali ke Bandung. Ia juga tidak masalah walau hanya berada di kampung halaman selama tiga atau empat hari, kemudian kembali ke Bandung lantaran lantaran libur kampus tidak lama. Pedro akan pulang bersama kakak perempuan yang bekerja di Jakarta.
Agar rencananya lancar, pemuda ini telah lama menyiapkan dana khusus untuk tiket pulang pergi, oleh-oleh, dan amplop hijau alias angpau. Untuk transportasi, ia menyediakan dana sekitar Rp 4 juta dengan trayek Bandung-Jakarta-Bengkulu-Manna. Tiket pesawat dibeli jauh-jauh hari agar tidak mahal. Dengan demikian, Pedro akan tiba di Manna pada 21 April 2023.
“Aku juga rencananya beli oleh-oleh khas Bandung dengan bujet sekitar Rp 250.000. Lalu aku siapin uang tunjangan hari raya untuk orangtua dan ada angpau buat saudara-saudara yang lebih muda, paling Rp 20.000 per orang,” kata Pedro sembari tersenyum.
Dana untuk mudik Pedro dapatkan dari hasil keringat sendiri sebagai animator lepas dan proyek kampus serta luar kampus. “Makanya perencanaan penting biar keuangan nggak kacau. Selama ini juga saya hidup biaya sendiri dari pekerjaan lepas, beasiswa, dan kegiatan,” ujarnya.
ARSIP PRIBADI
Syamsul Hidayat, mahasiswa perantau asal Madura di Ciputat, Tangerang Selatan, mengemas barang-barang ke dalam koper, Rabu (12/4/2023), di kosannya. Ia mudik ke Pamekasan, Madura, melalui Surabaya dengan kereta api disambung bus.
Seperti Pedro, Amin Rois Hidayatullah (25), mahasiswa Fakultas Aqidah Filsafat Islam UIN Jakarta, juga berencana mudik tahun ini. Tahun ini ia cukup menggebu-gebu menunggu waktu kepulangan ke kampungnya di Pamekasan, Madura. Maklum, ia pernah merasakan pahitnya tidak bisa mudik beberapa tahun lalu. Ketika teman-temannya mudik, ia tinggal di rumah yang mereka sewa sendirian.
“Ternyata sedih banget kalau enggak mudik. Kosan sepi pula. Enggak tahu mau ngapain. Akhirnya tidur saja seharian,” ujar Amin.
Tahun ini, Amin tenang lantaran sudah telah mendapat tiket mudik gratis ke Madura bersama Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Ia mendapat tiket gratis berkat bantuan teman sekampung yang ikut mendaftarkannya. Namanya pun sudah masuk ke dalam grup percakapan peserta mudik gratis yang dibuat panitia untuk koordinasi.
Sekarang dia tinggal duduk manis menunggu tanggal keberangkatan. “Rencananya kami berangkat tanggal 16 April pagi dari kawasan Monas,” ujar Amin.
Mahasiswa lainnya asal Pamekasan, Syamsul Hidayat, juga ikut bernapas lega sebab telah mengantongi tiket mudik. Ia memilih untuk membeli tiket kereta api dari Jakarta ke Surabaya. Setelah itu, ia akan naik bus dari Surabaya ke Pamekasan. Antusiasme terlihat jelas pada wajahnya.
Rabu (12/4/2023) malam, Syamsul sudah mengepak pakaian dan barang pribadi lainnya ke dalam koper. “Besok subuh saya sudah harus sampai Stasiun Pasar Senen,” kata mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta itu dengan wajah semringah.
Mulai gelisah
Berbeda dengan Syamsul, Baitur Rohman (23), rekannya, belum mendapat kepastian bisa mudik atau tidak. Ia gelisah lantaran sampai Rabu malam lalu belum mendapat tiket mudik gratis untuk pulang ke kampung halamannya di Dempo Barat, Pamekasan.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Calon penumpang menunggu di loket bus di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Senin (10/4/2023). Sejumlah pemudik, termasuk para mahasiswa yang telah libur kuliah, memilih mudik lebih awal karena ketersediaan tiket dan harga yang masih terjangkau.
”Saya sudah coba kontak beberapa kontak yang disebut-sebut bikin mudik gratis, tetapi enggak ada yang dapat. Tiket mudik gratis itu main cepat-cepatan,” tutur Baitur, mahasiswa Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, di sebuah kedai kopi di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Pekan lalu sebenarnya ada tawaran mudik gratis ke Sumenep, Madura. Namun, syaratnya peserta harus memegang KTP Sumenep karena penyelenggaranya adalah Pemkab Sumenep. ”Sementara KTP saya Pamekasan,” ujarnya lesu.
Baitur masih berharap mendapat tiket mudik gratis ke Madura dari penyelenggara lain. Ia tidak peduli lagi jika mudik gratis yang ada menggunakan bus atau kapal laut.
Tahun lalu, ia bisa mendapat tiket mudik gratis yang digelar Badan Penghubung Pemprov Jawa Timur. Namanya didaftarkan secara kolektif oleh Forum Mahasiswa Madura Jabodetabek. Waktu itu, ia pulang bersama sekitar 50 temannya ke Madura. Namun, badan tersebut tidak menyelenggarakan mudik gratis untuk tahun 2023.
Baitur mengandalkan tiket mudik gratis karena tidak sanggup membeli sendiri tiket bus ke Pamekasan, Madura, yang kini dipatok seharga Rp 700.000-Rp 800.000. Harga normal tiket bus ke kabupaten itu Rp 400.000. Untuk kebutuhan hidup per bulan selama di Ciputat saja ia harus menutup kekurangan dengan mencari tambahan sendiri, apalagi harus membeli tiket.
Bagaimana kalau Baitur benar-benar tidak dapat mudik gratis tahun ini? ”Saya usaha sebisanya dulu. Kalau enggak dapat pilihan terakhir kontak kakak saya di Madura minta dibelikan tiket bus. Yang pasti saya enggak akan mudik dengan sepeda motor ke Madura. Jauh banget,” kata mahasiswa semester 8 itu.
Baitur mengaku tidak ingin berlebaran sendirian di rumah yang disewa bersama-sama temannya sesama mahasiswa Madura di Ciputat. “Pasti kesepian banget karena yang lain pulang semua,” ujarnya.
Selamat berburu tiket mudik. Untuk yang sudah siap, hati-hati di perjalanan!