Agus Ridho Hidayat, Kreasi Mi Pedas untuk Memberdayakan Mahasiswa
Agus Ridho Hidayat menyabet penghargaan pemuda pelopor bidang pangan tingkat Kota Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan 2022 karena mengkreasi mi goreng dari dapur mahasiswa.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·6 menit baca
Agus Ridho Hidayat (24) berhasil menyabet penghargaan pemuda pelopor bidang pangan tingkat Kota Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan 2022 karena mengkreasi mi goreng dari dapur mahasiswa. Lewat produk kuliner mi goreng pedas dengan taburan abon ikan gabus atau haruan, mahasiswa bisa memiliki penghasilan sendiri beromzet Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan.
Agus, yang masih berstatus sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, Banjarmasin menawarkan produk kuliner berlabel Mie Goreng Pedas Banjar. Produknya terbilang baru karena diluncurkan saat pandemi Covid-19 merebak pada 2020.
”Ketika pandemi, semuanya serba susah. Saya bingung bagaimana cara mencari uang. Saya berpikir keras agar tetap dapat pemasukan. Akhirnya, coba-coba membuat mi goreng pedas,” katanya saat ditemui di sebuah kedai kopi di Banjarmasin, Sabtu (29/10/2022).
Sebelum pandemi, Agus memang biasa mendapatkan uang sendiri dari hasil berjualan di kampus. Sejak 2018 atau kuliah semester III, ia mulai berjualan di kampus untuk menambah uang sakunya yang sangat minim. ”Orang tua cuma kasih Rp 10.000 per hari. Mana cukup buat jajan. Belum lagi, buat beli bensin motor,” ungkap bungsu dari tiga bersaudara itu.
Karena keterbatasan uang saku itulah, Agus berpikir untuk jualan di kampus. Bermacam-macam yang dijualnya, mulai dari buah asam, pentol bakso pedas, hingga cireng. Dari berjualan itu, ia bisa mendapatkan keuntungan Rp 250.000 sampai Rp 300.000 per hari.
Namun, akibat pandemi Covid-19, perkuliahan tatap muka di kampus ditiadakan. Agus kehilangan pemasukan. Pada saat itulah, muncul idenya untuk membuat mi goreng pedas dan menjualnya secara daring.
”Selama tiga bulan, saya coba-coba bikin mi goreng pedas dan minta testimoni dari teman-teman. Setelah mendapat banyak respons positif, produk mi goreng pedas akhirnya mulai dijual secara daring (online) pada Juni 2020,” tutur anak muda yang hobi makan itu.
Mi goreng pedas buatan Agus awalnya cuma mi goreng pedas biasa dengan tambahan telur, bakso, sosis, atau ceker ayam. Harga seporsi Rp 10.000. Sebulan kemudian, Agus baru memberi tambahan abon ikan gabus atau rabuk haruan pada mi goreng pedas atas saran dari seorang instruktur dalam pelatihan kewirausahaan yang diikutinya.
Agus meminta tolong pada mamanya untuk membuat abon haruan karena kebetulan mamanya memang bisa. Setelah itu, bibinya juga diajari cara membuat abon haruan sehingga produksi abon haruan kini diteruskan oleh bibinya.
Agus mengatakan, tambahan (topping) abon haruan menjadi keistimewaan mi goreng pedas buatannya. Itu juga yang membuat mi gorengnya disukai banyak orang. ”Setelah diberi tambahan abon haruan, penjualan makin meningkat. Dalam sehari bisa laku 30-50 porsi. Sebelumnya, cuma laku 10-20 porsi dalam sehari,” ujarnya.
Mengajak teman
Seiring meningkatnya penjualan, Agus mulai kewalahan memenuhi order pelanggan. Ia lalu mencari teman-teman mahasiswa yang hampir senasib dengannya, yang kuliah dalam kondisi serba terbatas. Ia mengajak mereka bergabung dalam usaha kuliner mi goreng pedas.
Agus terlebih dahulu meminta teman-temannya yang tertarik bergabung untuk mencari 10 orang calon pelanggan baru. Sasarannya adalah mahasiswa dan para karyawan toko, perbankan, serta perkantoran yang tidak mendapat jatah makan siang di tempat kerja. Calon pelanggan baru itu dipancing dengan satu produk gratis.
Setelah itu, selama dua minggu, Agus mengajari teman-temannya memasak mi goreng pedas untuk menjaga kualitas dan cita rasa. ”Mereka cukup masak di rumah masing-masing, tetapi kualitas dan cita rasanya tetap sama dengan buatan di rumah saya,” katanya.
Agus mendapatkan 10 teman mahasiswa yang memenuhi kriteria untuk bergabung dengannya menjalankan usaha kuliner mi goreng pedas. Sepuluh orang itu disebutnya sebagai mitra (partner) kerja. Mereka cukup masak di rumah masing-masing. Semua bahan untuk pembuatan mi goreng pedas disuplai oleh Agus.
”Kami tidak punya warung. Karena itu, masaknya di rumah masing-masing sesuai order pelanggan. Setelah siap saji, produk akan langsung diantar kepada konsumen,” tutur pemuda yang aktif berorganisasi di kampus maupun luar kampus itu.
Produk mi goreng pedas abon haruan ditawarkan melalui media sosial dengan sistem pre-order (PO) atau pemesanan terlebih dahulu. PO biasanya dibuka pagi karena makanan memang disiapkan untuk memenuhi makan siang. Orang bisa memesan lewat WhatsApp, Instagram, atau Facebook.
”Orang bisa pesan lewat saya atau langsung kepada partner saya. Nanti, order yang masuk akan dibagi rata kepada teman-teman supaya semua kebagian,” ujarnya.
Dengan sistem kerja seperti itu pendapatan setiap mitra kerja Agus kurang lebih sama. Dalam sebulan, mereka rata-rata mengantongi omzet Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. ”Karena ada 10 orang, omzet kami bisa mencapai Rp 30 juta per bulan,” katanya.
Dari omzet tersebut, Agus mengalokasikan 10 persen untuk dana operasional. Dana itu digunakan untuk bonus penjual tangan kedua (reseller), bonus mitra kerja, biaya pengantaran atau upah kurir, dan kegiatan sosial Jumat Berbagi. Setiap Jumat, Agus dan kawan-kawan berbagi makanan ataupun bahan kebutuhan pokok kepada warga yang kurang mampu.
Menurut Agus, setiap rekannya bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar 50 persen dari omzetnya masing-masing. Dari hasil itu, ada temannya yang bisa membeli sepeda motor dan membuka warung sendiri. Mereka pun tidak berpikir lagi menjadi pegawai atau karyawan setelah lulus kuliah.
Agus sendiri sudah berpikir untuk membuka warung mi setelah lulus kuliah. Untuk merealisasikan rencana tersebut, ia berpeluang tidak mengeluarkan modal besar karena sudah ada 2-3 orang yang ingin bergabung menjadi investor.
”Setahu saya, sampai saat ini belum ada yang ikut-ikutan kami jualan mi goreng pedas abon haruan. Kalau pun ada, saya tidak mempermasalahkan karena itu akan membuat tren produk semakin naik. Kalau ada produk yang sama, kami juga siap bersaing dan menandingi dalam hal rasa,” tuturnya.
Di samping berupaya mengembangkan usaha mi goreng pedas, Agus juga ingin mengembangkan usaha lain yang berpotensi membuka lapangan kerja bagi banyak orang. ”Saya meyakini ketika seseorang membuka peluang rezeki bagi orang lain, maka peluang rezekinya sendiri akan semakin besar,” katanya.
Agus Ridho Hidayat
Lahir : Banjarmasin, 16 Agustus 1998
Pendidikan : SD Negeri Benua Anyar 10 Banjarmasin
Madrasah Tsanawiyah Al-Ikhwan Banjarmasin
SMK Negeri 3 Banjarmasin
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin
Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Antasari Banjarmasin
Pemilik usaha kuliner Mie Goreng Pedas Banjar
Penghargaan : Pemuda Pelopor Bidang Pangan Tingkat Kota Banjarmasin (2022)
Pemuda Pelopor Bidang Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (2022)