Arya Ananda dan Revo Suladasha, Aksi Anak Muda Melawan Covid-19
Arya Ananda dan Revo Suladasha dengan caranya masing-masing berupaya melawan dampak pandemi Covid-19. Bagaimana hasilnya?
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada hampir semua aspek kehidupan manusia setahun terakhir ini. Namun, peristiwa ini juga memicu kreativitas untuk melawannya. Arya Ananda (19) dan Revo Suladasha, dengan caranya masing-masing, ambil peran dalam perang melawan pandemi.
Arya Ananda adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Sejak virus korona baru merebak di Wuhan, ia mengikuti terus perkembangannya. Saat itu, ia yakin virus itu akan segera menyebar ke seluruh penjuru dunia. Ia pun berpikir untuk membuat aplikasi yang bisa mendeteksi risiko tertular virus korona baru sekaligus memberikan edukasi kepada publik.
Ide muncul ketika ia sedang makan di sebuah warteg di sekitar kampus UI Depok, Jawa Barat. ”Saya tertarik dengan teknologi digital ataupun robotika dan memanfaatkannya untuk kesehatan,” ujar anak dari pasangan dokter Indra Lukmana dan Djaja Noezoeliastri ini.
Ide itu mendapatkan dukungan dari FK-IMERI dan pengabdian masyarakat UI sehingga dalam waktu kurang dari sebulan aplikasi yang diinisiasi Arya sudah tersedia dan bisa diakses oleh publik secara gratis pada April 2020. Aplikasi itu diberi nama EndCorona.
Dengan aplikasi itu setiap orang bisa menilai secara mandiri sejauh mana ia berisiko tertular Covid-19 dan bagaimana mengatasinya. Ada pula informasi penting informasi rumah sakit rujukan, peta kasus Covid-19, dan konten edukasi terkait Covid-19 di dalam aplikasi itu. Informasi itu terus diperbarui.
Menurut Arya, aplikasi EndCorona kini lebih memperkuat konten edukasi agar publik siap dengan adaptasi kebiasaan baru. Konten edukasi ditambah dengan animasi dan poster agar masyarakat tetap sadar soal ancaman Covid-19. ”Targetnya membantu masyarakat dan pemerintah untuk menjalani adaptasi kebiasaan baru. Membantu masyarakat tetap sehat dan ekonomi bisa pulih pelan-pelan,” ujarnya.
Meskipun menggeluti ilmu kedokteran, Arya tertarik dengan teknologi digital. Dia memiliki kemampuan sebagai arsitektur web server, data sains, kecerdasan buatan, arsitektur cloud (khususnya Amazon Web Services), serta pengembangan dan desain web. Ia berencana memanfaatkan teknologi digital untuk bidang kesehatan.
Berbekal kemampuan itu, Arya terpilih sebagai tim peneliti Covid-19 UI-Facebook. Ia satu-satunya mahasiswa dalam tim yang terdiri dari dosen dan akademisi gabungan dari tujuh fakultas di UI.
”Awalnya sempat gamang mau milih kuliah. Aku suka biologi, makanya milih FK. Tapi aku juga suka robotika, tertarik juga kuliah di elektro. Tapi, sekarang bisa menggabungkan kedua minatku ini dengan mengawinkan dunia kesehatan dan teknologi digital,” ujar Arya yang pernah menjadi ketua kegiatan ekstrakurikuler robotika semasa SMA.
Di luar dunia kedokteran dan teknologi digital, Arya juga berminat pada bidang kewirausahaan. Ia menggagas lahirnya usaha rintisan bidang pendidikan bernama Edufia yang didukung sejumlah mahasiswa lainnya. Usaha rintisan itu menyajikan materi belajar untuk menghadapi Olimpiade pada ajang Kompetisi Sains Nasional di tingkat SMA sederajat. Ide Arya ini mendapatkan dukungan dari Direktorat Inovasi dan Science Techno Park UI.
Arya mengatakan, aktivitasnya di berbagai bidang itu ia niatkan untuk membantu orang banyak. ”Saya bisa menciptakan sesuatu. Di industri yang saya masuk, saya mau bikin dampak yang baik. Misal Edufia yang menawarkan aktivitas belajar untuk Olimpiade online dengan harga murah. Saya juga mengalokasikan kemampuan saya untuk aktivitas sosial, seperti di EndCorona, yang enggak mengejar pengguna dan gratis,” kata Arya yang pernah menjuarai Olimpiade Sains Nasional Bidang Biologi Tingkat SMA di DKI Jakarta.
Gerakan Ayo Membeli
Peran melawan Covid-19 dan dampaknya juga dilakoni Revo Suladasha (34). Bersama temannya, Eri Kuncoro, ia berusaha membantu pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang babak belur lantaran pandemi. Caranya dengan membuat gerakan sosial Yuk Tukoni atau Ayo Beli sejak April lalu melalui media sosial Instagram.
Gerakan ini mengajak masyarakat membeli dagangan makanan dan minuman pedagang kecil dari yang berjualan di kaki lima hingga warung. ”Saya punya inisiatif ini karena banyak mendengar banyak warung yang tutup. Lalu, saya terpikir membuat akun di IG, namanya Yuk Tukoni. Selanjutnya bikin website dan sekarang menyiapkan aplikasi,” ujar Revo, wirausaha makanan dan minuman yang memiliki kemampuan teknologi digital.
Revo dan Eri memulai gerakan Yuk Tukoni dengan mendatangi warung atau tempat usaha para pedagang yang mau bergabung. Mereka mengambil foto, mendesain kampanye dari tiap usaha, dan mendorong penggunaan iklan media sosial untuk meningkatkan jumlah pengunjung.
Revo ingin memanfaatkan pengalamannya menggeluti bisnis makanan dan minuman, membesarkan merek, dan meningkatkan kunjungan dengan memanfaatkan media sosial kepada mereka yang membutuhkan. ”Di masa Covid-19 ini pelaku UMKM kan tidak ada modal karena tidak ada pembeli. Jadi, insiatif sederhana diharapkan bisa membantu mereka agar bisa bangkit lagi dan berkembang,” ujar Revo.
Saat ini, mitra UMKM Yuk Tukoni berjumlah 120-an usaha di Daerah Istimewa Yogyakarta. Produk yang dijual jumlahnya bisa lebih banyak karena satu mitra bisa membuat 1-5 produk. Yuk Tukoni memfokuskan pada produk makanan beku dan makanan beku kuliner yang sedang digemari konsumen mulai mi ayam, mangut lele, sampai steak. Kini, Yuk Tukoni punya Pawon Bebarengan di Plaza Ambarukmo, Mang Jastib alias layanan jasa titip beli produk kuliner.
Revo mengisahkan sejak kecil dirinya tertarik berjualan. Saat SMA, Revo sudah membuat usaha sablon dan penjualan pakaian. Selanjutnya, ia masuk ke bisnis makanan dan minuman saat kuliah. Di Yogyakarta, ia mengembangkan bisnisnya. Ia mendirikan kedai kopi hingga restoran.
Apreasiasi untuk inovator muda
Kiprah generasi muda seperti Arya dan Revo untuk menggerakkan perubahan di kampung atau di daerah masing-masing terus muncul. Anak muda di berbagai bidang menjadi motor penggerak dan memberi dampak pada lingkungan sekitarnya. Aksi mereka diapresiasi sejumlah pihak antara lain Astra melalui program Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards yang telah berlangsung 11 tahun.
Berkaitan dengan pandemi Covid-19, ada tambahan satu kategori SATU Indonesia Awards 2020, yakni Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19 yang diumumkan pada 31 Oktober 2020. Apresiasi ini untuk menunjukkan semangat anak muda Indonesia yang tak pernah padam untuk memberi arti bagi negeri. Ketika menghadapi pandemi Covid-19, anak muda tetap mampu berkontribusi sesuai passion dan keahlian masing-masing.
Dewan juri menjaring 326 finalis untuk kategori khusus, yaitu pejuang tanpa pamrih di masa pandemi Covid-19. Mereka tidak hanya berkontribusi di bidang kesehatan, para finalis kategori khusus tersebut juga bergerak di bidang pendidikan, kewirausahaan, serta teknologi.
Pejuang tanpa pamrih di masa pandemi Covid-19 diberikan kepada lima pemuda. Selain Arya Ananda Indrajaya Lukmana dan Revo Suladasha (34), penghargaan yang sama diberikan kepada Ika Dewi Maharani, mahasiswa STIKES Hang Tuah di Surabaya, Jawa Timur. Dia menjadi sukarelawan perawat di Jakarta, yang mengemudikan ambulans untuk membantu pasien Covid-19.
Ada pula Zulrifan Noor dari Tabalong, Kalimantan Selatan, yang menggalang dana dengan konsep infak, zakat, dan wakaf produktif, dari masyarakat untuk membantu memberdayakan UMKM lokal dan membantu mereka terhindar dari utang rentenir di saat ekonomi terpuruk akibat Covid-19. Lalu, Galih Suci Pratama membantu para guru di Jawa Tengah untuk memanfaatkan Youtube dalam pembelajaran jarak jauh sejak Juli 2020.
Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk sekaligus juri Boy Kelana Soebroto mengatakan, apresiasi bagi anak muda lewat SATU Indonesia Awards merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial korporat (CSR) PT Astra International Tbk. ”Kami ingin mengembangkan anak-anak muda untuk meningkatkan kampung halamannya. Mereka intan-intan yang harus ditemukan dan berkolaborasi karena mereka bisa membawa Indonesia bisa semakin maju,” ujar Boy.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Bunarto Tjondro menambahkan, Astra menginisiasi SATU Indonesia Awards karena meyakini anak muda merupakan penggerak Indonesia ke depan. ”Apa yang dilakukan mereka diharapkan dapat menginspirasi anak muda lainnya untuk membuat perubahan positif demi kemajuan bangsa,” kata Bunarto saat penyerahaan SATU Indonesia Awards secara virtual beberapa waktu lalu.
Data diri
Arya Ananda Indrajaya Lukmana
Lahir : Jakarta, 8 Februari 2001
Pendidikan : Fakultas Kedokteran UI (2018-sekarang)
Penghargaan, antara lain:
- SATU Indonesia Award 2020 kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19
- Covid UI-Facebook Data For Good Research Team (Maret 2020 –sekarang)
- International Robotics Olympiad 2016 di Beijing, menerima penghargaan Technical Award
- Outstanding Student, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2020)
Pengalaman:
- Pendiri EndCorona (Februari 2020- sekarang)
- Edufedia (Desember 2018 – sekarang)
Revo Suladasha
Lahir : Jawa Barat, 24 Mei 1986
Pendidikan: Teknologi Informatika, Amikom Yogyakarta
Penghargaan:
- SATU Indonesia Awards kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19
Pengalaman kerja:
- Tukoni Indonesia (April 2020 – sekarang)
- Komisioner Lungan ID Start Up Yogyakarta (2019 – sekarang)
- Direktur Pemasaran Kolektif ID, Yogyakarta (2018 – sekarang)
- CEO Sacoret ID (2016-sekarang)