”Grebek Sampah”, Bareng-bareng Bersihkan Muara Kali Adem
Program ”grebek sampah” ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi sampah di laut.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Polusi laut akibat sampah bisa mengancam kehidupan masyarakat di pesisir laut dan berdampak luas pada ancaman ekosistem laut. Gerebek sampah di pesisir Muara Kali Adem, Jakarta Utara, mengajak warga sekitar dan masyarakat luas lainnya untuk tidak membuang sampah di sungai.
Secara simbolis Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono membuka kegiatan yang bertajuk ”Pekan Grebek Sampah” di Muara Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (7/9/2024). Acara itu akan berlangsung selama seminggu ke depan.
Ratusan pasukan hijau, oranye, dan biru, bersama TNI hingga sejumlah perwakilan warga Rumah Apung/Panggung, Kelurahan Pluit, RT 006 RW 022, menyisir Muara Kali Adem menggunakan perahu karet. Mereka membersihkan sampah plastik yang berserakan. Beberapa kelompok lain membantu mengumpulkan sampah di dalam karung, lalu dibawa ke perahu pengangkut sampah.
”Grebek sampah di lingkungan ini dan sebenarnya Pemda DKI per 3 bulan ada kegiatan bersih-bersih Jakarta. Tentunya untuk membersihkan lingkungan dan memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa buang sampah tidak boleh sembarangan,” kata Budi.
Kawasan pesisir seperti di Muara Kali Adem, kata Budi, merupakan wilayah penting dan strategis yang harus dijaga kebersihannya. Bukan saja demi kesehatan masyarakat, melainkan juga kesehatan ekosistem laut. Jika lingkungan tercemar oleh sampah akan mengancam kesehatan warga pesisir.
Kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai membuat kondisi lingkungan kotor. Hal ini pun berdampak pada Muara Kali Adem yang merupakan salah pintu keluar menjadi pelabuhan sampah yang terbawa oleh aliran Banjir Kanal Barat dan Kali Angke.
Selain kegiatan ”grebek sampah”, Pemprov DKI Jakarta menurunkan alat berat untuk mengeruk sedimen agar meningkatkan kedalaman lokasi labuh kapal atau perahu para nelayan.
Selain itu, ada kegiatan penanaman pohon di lahan hasil pengerukan sedimen seluas sekitar 6.000 meter persegi. Adapun jenis pohon yang akan ditanam ialah 1.000 pohon pelindung aneka jenis serta masing-masing 25 pohon kelapa dan sukun. Penanaman akan dilakukan secara bertahap sampai dengan 9 September nanti.
”Tujuan penanaman pohon untuk ini menghijaukan kawasan, upaya konservasi, dan mengurangi abrasi, juga dapat menghasilkan produksi,” kata Heru.
Warya Ketua RT 006 mengatakan, kegiatan grebek sampah tidak hanya membuat lingkungan mereka lebih bersih, tetapi juga membawa kesadaran untuk hidup sehat dengan tidak membuang sampah ke laut.
”Laut ini yang menghidupi kami. Banyak warga Kampung Apung/Panggung dan di pesisir Muara Kali Adem adalah nelayan. Memang harus jaga sama-sama,” ujar Warya.
Kampungnya dan rumah sudah bersih, laut di depannya juga harus bersih. Ikannya enggak makan sampah.
Warya berharap, lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah akan berdampak baik bagi para nelayan, seperti tangkapan ikan dan hasil laut yang melimpah.
”Karena sampah ini bikin masalah, kotor, buat baling-baling perahu kami rusak karena sering nyangkut sampah. Ya, semoga lingkungan laut bersih, nelayan tidak perlu jauh melaut. Ikan semakin banyak. Nelayan senang kalau dapat ikan banyak,” tuturnya.
Hal yang sama diutarakan Udin (48), warga Kampung Apung/Panggung, yang merasa lebih nyaman dengan lingkungan bersih tanpa sampah.
Ia bersyukur kampungnya kini mendapatkan perhatian dari pemerintah salah satu melalui ”grebek sampah”. Namun, itu akan menjadi tanggung jawab untuk warga agar mau memberikan perhatian dengan cara menjaga lingkungan tetap bersih.
”Ya, tidak berhenti dan mau bersih karena ada acara saja. Ini kita dapat contoh untuk bersih, itu dipraktikkan besok-besok. Kampungnya dan rumah sudah bersih, laut di depannya juga harus bersih. Ikannya enggak makan sampah,” tutur Udin.
Program ”grebek sampah” ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi sampah di laut.
Pemerintah telah menetapkan target yang ambisius dalam menurunkan sampah laut. Pada 2025, ditargetkan jumlah sampah plastik yang terbuang ke laut bisa turun hingga 70 persen. Langkah konkret yang terukur pun amat dibutuhkan untuk mencapai target tersebut.
Komitmen untuk mencapai target penurunan sampah laut tersebut telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Sampah laut ditargetkan bisa berkurang sampai 70 persen pada 2025 dari total kebocoran sampah plastik di laut pada 2018 yang mencapai 615.000 ton. Kebocoran tersebut 87 persen berasal dari sampah plastik daratan dan 13 persen dari aktivitas di lautan (Kompas.id, 20/6/2024).
Menurut World Population Review 2022, Indonesia berada pada urutan ke-5 sebagai negara yang turut menghasilkan plastik terbanyak di dunia, yakni 9,13 juta ton. Sebanyak 56,3 ton dari plastik itu dibuang ke laut sebagai sampah (Kompas.id, 4/5/2024).