JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan 11 kasus terkonfirmasi monkeypox/Mpox atau cacar monyet sepanjang tahun 2024. Pasien cacar monyet ini berusia 21-50 tahun dengan gejala umum seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, dan kelelahan tubuh, serta ruam atau lesi berbentuk gelembung kecil keputihan dengan bagian tengah berwarna gelap.
Sebanyak enam kasus cacar monyet dilaporkan pada Januari 2024. Setelah itu, ada tiga kasus pada Februari 2024 dan masing-masing satu kasus pada Mei dan Juni 2024. Kasus-kasus ini terjadi di Ciracas, Grogol Petamburan, Jatinegara, Kebon Jeruk, Matraman, Pasar Minggu, Tanah Abang, dan Tanjung Priok.
Secara keseluruhan Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat 59 kasus terkonfirmasi cacar monyet sejak 13 Oktober 2023 hingga 19 Agustus 2024. Dari kasus-kasus tersebut, kelompok rentan penularan cacar monyet adalah laki-laki berusia 20-40 tahun, bekerja di luar rumah, mempunyai orientasi homoseksual dan biseksual, penderita human immunodeficiency virus (HIV) atau infeksi menular seksual lainnya.
Baca juga: Antisipasi Penyebaran Mpox, Penapisan Kembali Berlaku untuk Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Erizon Safari mengatakan, terdapat tiga suspek cacar monyet di wilayahnya. Satu orang menjalani isolasi di rumah sakit dan dua orang lainnya melakukan isolasi mandiri di rumah.
”Hasil tes laboratorium ketiganya negatif. Bukan monkeypox. Namun, seperti biasa, (kepada) warga tolong terapkan perilaku hidup bersih dan sehat, mengonsumsi makanan bergizi, istirahat teratur, dan penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter apabila ada keluhan dan gejala sakit seperti cacar monyet,” ujarnya pada Selasa (3/9/2024).
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menjalankan sistem cegah tangkal cacar monyet dengan promosi kesehatan tentang pencegahan dan penularannya, melaporkan temuan kasus melalui rumah sakit dan puskesmas, serta studi kasus kontrol untuk rekomendasi penanganan. Upaya itu terutama bagi kelompok rentan penularan cacar monyet.
Gejala dan pengobatan
Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan dalam laman resminya menyebutkan, cacar monyet sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit zoonosis ini ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menyebar dari manusia ke manusia dengan sejumlah tanda dan gejala.
Biasanya orang yang terinfeksi cacar monyet mengalami demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan), dan ruam atau lesi kulit. Selain itu, ruam dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam.
Ruam pada kulit berkembang dari bintik merah, seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, dan mengeras atau keropeng, dan rontok. Ruam ini kebanyakan terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Namun, dapat ditemukan juga di mulut, alat kelamin, dan mata serta terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes.
Baca juga: Mpox Kembali Darurat
Gejala cacar monyet tersebut umumnya berlangsung 2-4 minggu dan sembuh sendiri. Namun, pada beberapa individu dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian, misalnya orang dengan penyakit penurunan kekebalan tubuh kemungkinan berisiko mengalami gejala yang lebih serius.
Selain itu, cacar monyet menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam. Penyebaran juga melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual.
Contoh lingkungan yang dapat terkontaminasi virus monkeypox ialah ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan. Orang lain yang menyentuh barang-barang itu lantas dapat terinfeksi.
Meski begitu, virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah/cairan hidung, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan meminta siapa pun yang memiliki gejala cacar monyet atau melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi cacar monyet untuk segera menghubungi atau mengunjungi layanan kesehatan dan meminta bantuan tenaga kesehatan.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan, vaksinasi menjadi salah satu upaya mencegah penularan cacar monyet. Akan tetapi, sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemberian vaksin hanya ditujukan untuk kelompok berisiko tinggi, seperti kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), kelompok GBMSM (gay, biseksual, dan pria yang berhubungan seks dengan pria lain), serta individu yang kontak dekat dengan orang yang terinfeksi cacar monyet (Kompas, 28 Agustus 2024).
Adapun kelompok berisiko lainnya termasuk petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi, terutama di daerah yang ada kasus cacar monyet, dan petugas kesehatan yang menangani kasus cacar monyet.
Khusus wilayah Jakarta, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menyatakan, vaksinasi cacar monyet pada tahun 2023 telah menjangkau 495 orang dari populasi kunci atau kelompok berisiko tinggi. Seluruhnya telah menerima vaksin dosis pertama vaksin dan 430 orang telah menerima vaksin dosis kedua.