Mereka Menyamar agar Konsumen Ojek Daring Tetap Terlayani
Dengan menyamar, sejumlah pengemudi ojek daring tetap melayani warga Jakarta saat rekan lainnya berunjuk rasa.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Walaupun ratusan pengemudi ojek daring berunjuk rasa di sejumlah titik untuk menuntut haknya, jasa ojek daring masih bisa dinikmati warga Jakarta. Mereka yang masih beroperasi pun harus menyamar agar tidak menjadi korban sweeping oleh rekannya sendiri.
Agus (34) harus mencari-cari pengemudi ojek daring yang baru saja dia pesan di depan kantor Polda Metro Jaya, Kamis (29/8/2024). Dia kesulitan membedakan pengendara umum dan pengemudi ojek daring karena hampir semua pengemudi tidak mengenakan jaket dinasnya.
”Jakarta tidak hijau seperti biasanya,” kata Agus, warga Ragunan, Jakarta Selatan. Menurut dia, sejak ada aksi unjuk rasa oleh pengemudi ojek daring, dirinya agak kesulitan memesan jasa transportasi itu.
”Beberapa kali (pesanan) saya dibatalkan, tetapi beruntung masih ada yang nyaut,” kata karyawan di sebuah perusahan swasta di Jakarta itu.
Bagi Agus, ojek daring merupakan salah satu transportasi alternatif yang sering ia gunakan saat beraktivitas. ”Walau harganya agak mahal, konsumen bisa langsung sampai tujuan,” katanya.
Dia tidak mempermasalahkan para pengemudi ojek daring yang berunjuk rasa menuntut haknya. Menurut Agus, hal itu wajar dilakukan karena saat mengobrol dengan pengemudi ojek daring, banyak dari mereka yang mengeluh pendapatannya terus menurun akibat banyaknya potongan.
Banyak pengemudi yang pendapatannya dipotong hingga 30 persen. Tak ayal, banyak yang meminta pembayaran dilakukan secara tunai.
”Mau (pembayarannya) tunai atau menggunakan e-money tidak masalah bagi saya asalkan tarifnya tidak bertambah,” kata Agus.
Hal serupa disampaikan Erlang (19) yang masih bisa menikmati jasa ojek daring meskipun banyak pengemudinya yang berunjuk rasa. Dia yang datang dari Citayam, Depok, Jawa Barat, masih bisa berpergian ke Jakarta tanpa terhambat.
”Memang, pesanan diterima agak lama, tetapi tak apa ketimbang tidak dapat sama sekali,” ucap Erlang. Namun, dia berharap aksi unjuk rasa ini tidak berkepanjangan lantaran keberadaan mereka sangat dibutuhkan.
Budi Drianto (50), pengemudi ojek daring, memutuskan tetap bekerja karena memang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Berkat banyak rekannya yang ikut demonstrasi, jumlah orderannya meningkat hampir dua kali lipat.
”Dalam waktu 5 jam, saya bisa memperoleh sembilan orderan. Kalau hari normal, orderan sebanyak itu baru saya peroleh jika bekerja seharian,” kata Budi.
Sekarang, potongan tarif semakin besar dan sulit mendapat orderan. Situasi ini membuat pendapatan menurun drastis.
Walaupun memutuskan untuk bekerja, Budi terpaksa melepas jaket dinasnya agar tidak terdeteksi oleh sesama pengemudi ojek daring. Sejak pagi, Budi sudah menerima pemberitahuan dari pihak aplikator untuk tidak mengenakan jaket. Hal ini membuat dirinya sulit dikenali oleh pelanggan yang memesan jasanya.
Budi pun harus berkali-kali melakukan pemanggilan video (video call) untuk memberitahukan pelanggannya jika dirinya sudah sampai ke titik pemesanan.
Meskipun tidak ikut turun ke jalan, dia berharap agar aspirasinya dapat disuarakan. ”Sekarang, potongan tarif semakin besar dan sulit mendapat orderan. Situasi ini membuat pendapatan menurun drastis,” kata Budi yang sudah empat tahun menjadi pengemudi ojek daring.
Hal serupa disampaikan Muhammad Yamin (19) yang baru tiga bulan melakukan ojek daring. Sejak menjadi pengemudi ojek daring, dirinya harus bekerja keras seharian untuk bisa memperoleh keuntungan. ”Bayangkan dalam satu hari, saya hanya memperoleh Rp 100.000,” katanya.
Belum lagi jika ada pelanggan yang tidak puas dengan kinerjanya dan memberi penilaian bintang satu. ”Mereka (pelanggan) secara sepihak memberikan penilaian. Namun, ruang bagi kami untuk menyanggah sangatlah sempit,” kata Yamin.
Jika bintang satu itu diberikan, dia akan kehilangan orderan hingga tiga hari lamanya. Padahal, dia harus menekuni pekerjaan ini karena sekarang sangat sulit mendapat pekerjaan formal.
”Dengan unjuk rasa yang dilakukan oleh teman-teman, harapannya akan ada perubahan,” ucapnya.
Head of Corporate Affairs Gojek Rosel Lavina dalam keterangan tertulis mengatakan, pihaknya selalu terbuka terhadap aspirasi rekan-rekan mitra pengemudi yang aktif di Gojek. Gojek senantiasa mengimbau agar aspirasi mereka disampaikan secara kondusif dan tertib.
”Selama ini, mitra driver aktif Gojek juga menyampaikan aspirasinya melalui berbagai wadah komunikasi formal yang kami miliki,” katanya, Kamis (29/8/2024).
Rosel menyampaikan, di sisi lain, pihak manajemen Gojek menyayangkan adanya upaya yang memberi kesan akan tidak beroperasinya beberapa layanan Gojek karena demonstrasi. Gojek menegaskan bahwa operasionalisasi Gojek akan tetap berjalan normal dan konsumen dapat tetap menggunakan layanan Gojek seperti biasa.
”Kami mengimbau kepada mitra pengemudi Gojek agar tidak terprovokasi dan tetap beroperasi seperti biasa. Gojek akan menindak tegas oknum-oknum yang melakukan tindakan yang merugikan terhadap pelanggan ataupun mitra kami,” kata Rosel.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi berharap agar aksi unjuk rasa dapat berjalan secara baik tanpa menimbulkan kericuhan. ”Jangan sampai akibat unjuk rasa, mengganggu mereka yang tidak berunjuk rasa,” katanya.
Sebab, dalam pengamanan aksi unjuk rasa, ada beberapa kepentingan yang harus diakomodasi, yakni mereka yang ingin didengar aspirasinya dan mereka yang merasa tetap aman dalam menjalankan aktivitasnya. ”Kami pun berharap unjuk rasa sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” katanya.
Dalam mengamankan aksi ini, pihaknya mengerahkan sekitar 1.326 personel yang berjaga di sejumlah titik demonstrasi. Kamis siang, Ribuan pengemudi ojek daring berunjuk rasa di sekitaran Patung Kuda dan kantor Gojek di Petojo, Jakarta Pusat, dan Kantor Grab di Cilandak, Jakarta Selatan.