KAI Commuter Tambah 23 Kereta pada Tahun Depan untuk Layani Penumpang
Jumlah penumpang KRL kian meningkat, tetapi jumlah kereta belum memenuhi kebutuhan operasional karena terus terpangkas.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan adanya penambahan impor delapan rangkaian KRL Jabodetabek pada 2025, KAI Commuter akan memiliki 23 kereta baru pada tahun depan. Penambahan rangkaian KRL Jabodetabek sangat diperlukan dengan segera karena jumlah penumpang semakin meningkat, sedangkan jumlah kereta belum memenuhi kebutuhan operasionalisasi, ditambah PT Industri Kereta Api Persero baru dapat menyelesaikan pemugaran dua kereta untuk tahun depan.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub (DJKA) Kementerian Perhubungan Risal Wasal, Senin (22/7/2024), mengatakan, pihaknya telah menyetujui pembelian delapan kereta dari China untuk tahun depan. Sebab, PT Industri Kereta Api Persero (INKA) hanya mampu meremajakan (retrofit) dua rangkaian kereta pada tahun 2025, dari yang sebelumnya disepakati sebanyak 19 rangkaian.
Alasan INKA hanya mampu retrofit dua rangkaian KRL karena kapasitas produksi yang terbatas. Oleh karena itu, pihaknya membeli delapan rangkaian tambahan senilai Rp 2,2 triliun untuk menutupi kekurangan armada.
Risal tidak mempersoalkan impor tambahan delapan rangkaian KRL dari China. Menurut dia, bila produksi dalam negeri terbatas, impor memang merupakan solusi alternatif. Selain itu, KAI Commuter juga membutuhkan rangkaian kereta segera untuk memenuhi kebutuhan penumpang.
KAI Commuter dan INKA sebelumnya sudah menyepakati kontrak kerja sama perihal retrofit 19 trainset KRL sejak November 2023. Mulanya, dari kesepakatan antara KAI Commuter dan INKA, dari 19 trainset tersebut, empat trainset bakal di-retrofit pada tahap awal, yakni tiga rangkaian seri Metro 05 dan satu rangkaian seri Metro 6000. Waktu proses peremajaan ditargetkan memakan waktu 13-15 bulan.
Risal memastikan 17 rangkaian yang seharusnya diremajakan INKA akan tetap dikerjakan INKA sesuai dengan kontrak kerja sama di antara kedua perusahaan tersebut. Akan tetapi, ia tidak dapat memastikan kapan waktu pasti selesainya retrofit 17 rangkaian tersebut.
Selain penambahan delapan kereta impor dan retrofit dua kereta, pada 2025 juga akan masuk tiga kereta impor sesuai dengan rencana awal. Kemudian, pada pertengahan 2025 ada 12 rangkaian KRL baru dari INKA, dari total yang dipesan sebanyak 16 rangkaian. Dengan demikian, total ada 23 kereta tambahan dan 2 pemugaran pada tahun depan.
”Kebutuhan KRL Jabodetabek harus segera terpenuhi. Terlebih, pada tahun ini KCI hanya memiliki 89 rangkaian KRL,” kata Risal.
Rencana pengadaan KRL baru telah bergulir sejak 2023 lalu. Awalnya, KCI memiliki 118 trainset KRL. Namun, pada 2023 dilakukan konservasi 10 trainset sehingga jumlahnya berkurang menjadi 108 trainset. Jumlah ini terbilang masih aman karena kebutuhan operasionalisasi di 2023 adalah 101 trainset.
Akan tetapi, pada 2024, dari 108 trainset tersebut, dilakukan konservasi sebanyak 9 trainset. Dengan begitu, jumlah KRL yang dimiliki KCI tinggal tersisa 89 trainset. Angka itu jauh di bawah kebutuhan 101 trainset atau minus 12 trainset.
Adapun rata-rata usia KRL saat ini 30 tahun sampai 55 tahun. Oleh karena itu, KRL yang berusia tua perlu peremajaan.
Di sisi lain, selama tahun 2023 rata-rata volume pengguna KRL Jabodetabek pada hari kerja mencapai 830.000 orang per hari. Sampai dengan Juni 2024, rata-rata volume pengguna KRL Jabodetabek pada hari kerja mencapai 987.000 orang per hari. Volume penumpang diproyeksikan naik setiap tahunnya, dengan rata-rata kenaikan per 2024-2027 sebesar 6 persen.
Lebih cepat
Public Relations Vice President PT KCI, Anne Purba, mengatakan, pihaknya kembali membeli kereta dari China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang. Sebelumnya, KCI telah menandatangani kontrak impor 3 KRL baru dari CRRC Sifang senilai Rp 783 miliar pada 31 Januari 2024 lalu untuk tahun depan. Dengan demikian, KCI akan mengimpor 11 trainset baru dari CRRC Sifang pada 2025.
Adapun impor ini akan datang bersamaan dengan tiga trainset yang sudah berkontrak sebelumnya sekitar pertengahan tahun 2025.
”Alasan membeli baru dari CRRC Sifang untuk menggantikan KRL retrofit karena tidak perlu desain ulang sehingga bisa selesai lebih cepat. Desain kereta itu, kan, kita desain dalam waktu satu tahun ini. Kalau misalkan kita ambil manufaktur yang beda, kita harus mendesain lagi,” tuturnya.
Ketua Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana berpendapat, pembelian unit KRL bekas pakai secara terbatas dan dalam periode tertentu dengan ketentuan penggantian komponen agar terdapat kandungan lokal 40 persen sebenarnya menjadi pilihan yang lebih berdasar ketimbang retrofit.
”Sejak awal retrofit itu kompleksitas dan dampaknya besar, beberapa unit KRL sudah terlalu uzur dan tidak laik diremajakan. Unit KRL yang diremajakan ada banyak jenisnya sehingga suku cadang belum tentu tersedia. Terlebih jika usia kereta sudah terlampau tua, retrofit memerlukan waktu yang cukup panjang, lebih dari 12 bulan,” ujar Aditya.
Di sisi lain, biaya retrofit bisa lebih tinggi ketimbang pembelian unit bekas apabila suku cadang dan komponen banyak yang harus diperbarui.
Aditya mengatakan, sebaiknya diberikan diskresi untuk pembelian KRL bekas dengan jumlah tertentu dan periode terbatas hanya untuk penggantian unit yang sudah uzur atau tidak laik jalan. Pembelian ini dilakukan sambil menunggu kedatangan unit KRL baru dari INKA dan CRRC Sifang agar kapasitas angkut KRL tidak berkurang.
Warga Jakarta Pusat, Dira Firdausy (26), tak masalah KAI Commuter akan retrofit atau membeli rangkaian kereta baru. Ia hanya menginginkan para penumpang tidak saling tergencet saat menaiki kereta, terutama pada jam sibuk.
Sebab, hampir setiap hari ia harus merasakan desak-desakan dengan penumpang lain saat berangkat dan pulang kerja. Ia juga kerap hampir terjatuh saat hendak menaiki kereta karena seringkali memaksa naik meski sudah sesak.
”Kerudung saya juga pernah terjepit di pintu kereta. Setiap hari ada saja pokoknya,” katanya.
Adapun pada Senin (22/7/2024), terdapat warga lansia di dalam kereta dari Manggarai ke Bogor yang tidak kebagian tempat duduk. Warga Jakarta Selatan, Arifin (72), itu rela berdiri sembari berdesakan di dalam kereta.
”Daripada nunggu-nunggu lagi, tetapi nanti sesak lagi, tidak apa-apa naik kereta yang sekarang. Mungkin, orang-orang yang duduk sedang capek, jadi tidak bisa berbagi,” ujar Arifin.
Akan tetapi, hal ini menunjukkan bahwa peraturan di dalam KRL belum diaati dengan baik. Seharusnya warga lansia mendapatkan tempat duduk di kursi prioritas yang ada di dalam kereta.