Sebelum Kecelakaan, Pesawat yang Jatuh di Serpong Diduga Gagal Mendarat Darurat
KNKT menduga ada kegagalan pendaratan darurat sebelum terjadi kecelakaan pesawat ringan di Serpong.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengumpulkan sejumlah puing pesawat PK-IFP milik Indonesia Flying Club yang jatuh di Lapangan Sunburst, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (19/5/2024). Ada indikasi terjadi kegagalan pendaratan darurat.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, Minggu, mengatakan, untuk menguak penyebab kecelakaan pesawat ini, pihaknya mengumpulkan serpihan pesawat yang jatuh di sejumlah titik. ”Ada mesin yang jatuh di sebelah sana dan baling-baling yang jatuh di sebelah sini. Kami catat semua posisinya,” kata Soerjanto.
Dari pengumpulan puing itu, akan diketahui bagaimana posisi pesawat di momen kritis sebelum kecelakaan terjadi. ”Kami juga akan mengkaji percakapan terakhir pilot dengan petugas menara pengawas,” ujarnya.
Semua serpihan pesawat akan dikumpulkan di Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, untuk investigasi lanjutan. ”Tetapi, kami masih menunggu informasi-informasi lainnya sebelum melakukan pembongkaran mesin pesawat,” ucapnya.
Dengan berbagai kajian itu, bisa diketahui penyebab kecelakaan. Termasuk alasan pilot mengarahkan pesawatnya ke tempat ini. Namun, Soerjanto memperkirakan ada upaya dari kru pesawat untuk melakukan pendaratan darurat. Namun, upaya itu gagal karena pesawat justru terbang rendah dan menabrak pohon. ”Jika pendaratan darurat berhasil, mungkin mereka akan selamat,” katanya.
Namun, jika benar ingin melakukan pendaratan darurat, ban pesawat tidak keluar. ”Tentu ini harus dikaji lebih dalam,” ungkapnya.
Dilihat dari segi usia, ucap Soerjanto, pesawat ini tidak terlalu tua. Dalam penggunaannya, pesawat ini bisa berfungsi untuk pesawat latih dan leisure, tetapi tidak digunakan untuk tujuan komersial.
Dari informasi yang diperoleh, lanjutnyam pesawat ini bertolak dari Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, menuju Tanjung Lesung, Serang, Banten. Di sana, mereka melakukan survei untuk membuat landasan pendek karena akan ada acara pekan depan.
Disinggung mengenai indikasi cuaca buruk, Soerjanto menepis dugaan tersebut karena ketika kecelakaan terjadi, hujan belum turun. ”Namun, semua kemungkinan harus mempertimbangkan data dan informasi yang diperoleh,” katanya.
Mengenai penyebab kecelakaan, KNKT masih melakukan penyelidikan.
Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan Komisaris Besar Ibnu Bagus Santoso mengatakan, saat ini evakuasi tiga korban tewas dan puing pesawat sudah selesai dilakukan. Korban tewas dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Adapun puing pesawat akan dibawa ke Pangkalan Udara Pondok Cabe untuk keperluan investigasi oleh KNKT. Jenazah dievakuasi mulai pukul 13.45 WIB dan selesai pada pukul 16.40 WIB. Ketiga korban langsung dievakuasi ke RS Polri Kramatjati.
”Mengenai penyebab kecelakaan, KNKT masih melakukan penyelidikan. Kita tunggu saja hasilnya,” katanya.
Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh, ujar Ibnu, pesawat awalnya berangkat dari Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, menuju Tanjung Lesung, Serang, Banten. Sekembalinya pesawat ke Pondok Cabe, terjadilah kecelakaan.
”Sebelum kecelakaan, pilot sempat berteriak, ’Mayday... Mayday...,’ dan setelah itu hilang kontak,” katanya.
Kepala Kantor SAR Jakarta Desiana Kartika Bahari mengatakan, walau terhadang hujan, proses evakuasi korban berjalan lancar. Satu korban, yakni pilot pesawat Pulu Darmawan, langsung dievakuasi karena terlempar sekitar 50 meter dari badan pesawat.
Adapun Suanda (kopilot) dan Farid Ahmad (teknisi) terjepit di badan pesawat. ”Karena itu, proses evakuasi harus dilakukan secara lebih hati-hati,” ujarnya.