Semua Korban Kecelakaan Tol Japek Teridentifikasi, Ahli Waris Memperoleh Santunan
Proses identifikasi korban kecelakaan terbilang cukup sulit karena sebagian besar terbakar hingga 90 persen.
Oleh
RHAMA PURNA JATI, STEHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebelas korban kecelakaan di Km 58 Tol Jakarta-Cikampek telah teridentifikasi, Senin (15/4/2024). Mereka terdiri dari 7 laki-laki dan 4 perempuan. Proses identifikasi tergolong sulit karena tubuh korban tewas mengalami luka bakar di atas 90 persen. Setelah proses identifikasi selesai, jenazah pun dikembalikan kepada keluarganya masing-masing.
Sebenarnya ada 12 korban tewas dalam kecelakaan beruntun itu. Namun, satu korban sudah teridentifikasi lebih awal tepatnya pada Rabu (10/4/2024) di RSUD Karawang, Jawa Barat, yakni Najwa Ghefira (21), warga Bogor berjenis kelamin perempuan. Korban bisa teridentifikasi dari pemeriksaan struktur gigi.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Inspektur Jenderal Asep Hendradiana, Senin (15/4/2024), menjelaskan, seminggu pascakejadian, proses identifikasi terhadap semua korban kecelakaan di Jalan Tol Ruas Jakarta-Cikampek sudah tuntas. "Jenazah ke 11 korban pun telah dikembalikan kepada keluarganya masing-masing," katanya.
Sebelas korban yang teridentifikasi semua berasal dari Jawa Barat. Ke-11 korban ialah Eva Daniawati (30) asal Kabupaten Kuningan, Sendi Handian (18) asal Kabupaten Ciamis, Aisya Hasna Humaira (18) asal Kabupaten Bogor, Azfar Waldan Rabbani (14) asal Kota Depok, Ukar Karmana (55) asal Kabupaten Ciamis, Zihan Windiansyah (25) asal Kabupaten Ciamis, Jasmine Mufidah Zulfa (10) asal Kota Depok, Nina Kania (31) asal Kabupaten Ciamis, Ahim Romansah ( 38) asal Kabupaten Ciamis, Rizky Prastya (22) asal Kabupaten Ciamis, dan Muhammad Nurzaki (21) asal Kabupaten Ciamis.
Asep menerangkan, proses identifikasi korban kecelakaan terbilang cukup sulit karena sebagian besar kondisi tubuh korban sudah terbakar hingga lebih dari 90 persen. Dengan alasan itu, pada Rabu (10/4/2024), ke 11 jenazah korban dipindahkan ke RS Umum Bhayangkara Tingkat I R Said Sukanto atau RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk proses identifikasi yang lebih optimal.
Jika identifikasi dilakukan di RS Umum Bhayangkara Polri akan lebih mudah menghimpun semua tim ahli dan semua dapat dikerjakan selama 24 jam. Kalaupun ada data penunjang yang dibutuhkan, bisa diperoleh dengan lebih cepat.
Hanya dua jenazah yang berhasil diidentifikasi melalui pencocokan struktur gigi.
Untuk mengungkap identitas para korban, tim identifikasi korban bencana (Disaster Victim Identification/DVI) Polri melakukan beberapa tahapan, mulai dari penyelidikan di tempat kejadian perkara hingga pengambilan sampel ante mortem dari jenazah korban dan post mortem dari keluarga.
”Dalam pelaksanaannya, kami juga melibatkan banyak tim ahli, termasuk spesialis odontologi forensik,” katanya.
Untuk post mortem, sebagian besar sampel diambil dari darah, tulang dan otot. ”Jika hanya mengandalkan sidik jari korban sudah tidak mungkin karena sebagian besar tubuh korban sudah terbakar,” ujar Asep.
Untuk data ante mortem dilakukan dengan cara pengambilan sampel dari keluarga korban, baik itu orangtua korban maupun saudara kandung. Kedua data ini kemudian dibandingkan. Oleh karena kondisi tubuh korban yang sudah rusak, sebagian besar identifikasi menggunakan metode pencocokan DNA.
”Hanya dua jenazah yang berhasil diidentifikasi melalui pencocokan struktur gigi,” kata Asep. Ia berharap dengan tuntasnya identifikasi ini dapat memberikan kelegaan bagi keluarga korban.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko menerangkan, sejak awal pihaknya berupaya untuk memberikan pelayanan yang optimal, termasuk dalam proses identifikasi korban.
Terkait dengan proses hukum, pihaknya terus berupaya untuk menyelesaikan kasus ini. Dari dugaan awal, kecelakaan disebabkan oleh pengemudi Gran Max yang mengalami microsleep akibat kelelahan. Ia kelelahan akibat mengantarkan penumpang dari tanggal 5-8 April dari Jakarta ke Ciamis, Jawa Barat, dan arah sebaliknya.
Adapun mengenai evaluasi dari kejadian ini, Polri dan Kemenhub terus melakukan koordinasi. Sebenarnya, sedari awal, pihaknya telah mengimbau pemudik untuk mempersiapkan diri, termasuk kondisi fisik dan kendaraan yang akan digunakan.
Direktur Operasional Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana menuturkan, setelah proses identifikasi tuntas, pihaknya segera memberikan santunan kepada para ahli waris berupa uang sebesar Rp 50 juta. ”Memang, uang ini tidak bisa menggantikan nyawa, tetapi diharapkan dapat mengurangi kesedihan keluarga,” ujar Dewi.
Begitu pun dengan dua korban luka yang sampai saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. ”Kami menanggung biaya hingga Rp 20 juta,” katanya.
Pemberian santunan dan biaya pengobatan itu sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 1947 tentang Kecelakaan. Dalam aturan itu juga tidak dicantumkan mengenai status kendaraan yang ditumpangi.
Maman Supriatna (31), adik dari salah satu korban kecelakaan Ahim Romansah(38), menyatakan sangat lega karena jenazah kakaknya dapat teridentifikasi. ”Yang terpenting sudah ada kejelasan bahwa kakak kami benar menjadi salah satu korban,” kata Maman.
Jenazah Ahim dapat teridentifikasi setelah tim DVI mengambil sampel dari Darsya (68), ayah Ahim. ”Dua hari setelah kecelakaan, ayah kami diminta untuk datang ke Jakarta guna pengambilan sampel, seperti darah dan struktur gigi,” kata Maman.
Maman menuturkan, sebenarnya dugaan bahwa kakaknya turut menjadi korban sudah muncul ketika ia melihat foto salah satu korban di media sosial. Foto itu tidak lain adalah anak dari pengemudi Gran Max. ”Anak itu kebetulan yang membawa tas kakak saya ke mobil,” katanya.
Namun, dugaan itu baru terkonfirmasi setelah proses identifikasi selesai. Maman menuturkan, pulang kampung menggunakan mobil travel sudah rutin Ahim lakukan setiap tahun untuk mengunjungi orangtua di Ciamis, Jawa Barat.
Awalnya, Maman dan keluarga hendak ikut menggunakan mobil travel. Namun, seketika rencana berubah. Maman, anak, dan istrinya memutuskan untuk menggunakan sepeda motor. Kejadian ini membuat keluarganya dirundung duka. ”Ibu saya berkali-kali pingsan ketika mendengar kabar ini,” katanya.
Padahal, untuk menyambut sang anak, ibu sudah memasak beberapa hidangan kesukaan Ahim. ”Namun, kakak saya tidak sempat bertemu ibu. Semoga ia tenang di sana,” kata Maman.