BNN Petakan Auktor Intelektualis di Kampung Narkoba
BNN sedang memetakan auktor intelektualis di sejumlah kampung narkoba di Indonesia. Termasuk dugaan keterlibatan aparat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Narkotika Nasional sedang memetakan auktor intelektualis dari sejumlah kampung narkoba di seluruh wilayah Indonesia. Pemetaan ini dianggap penting untuk mencari solusi untuk mengatasi mengakarnya pengaruh sindikat narkoba di kampung-kampung tersebut.
Kepala Badan Narkotika Nasional Marthinus Hukom, Selasa (2/4/2024), mengatakan, dalam beberapa kasus, pengaruh sindikat pada masyarakat sudah sangat kuat. Bahkan, ketika ada petugas yang mengejar, warga sekitar malah melindungi si bandar dan mengusir petugas.
Kondisi ini terjadi di beberapa kawasan di Indonesia. ”Saya tidak mau sebutkan nama titiknya, tetapi di kampung saya saja di Ambon, ada daerah yang seperti itu,” kata Marthinus.
Begitu pun di Jakarta, ada Kampung Ambon, BNN sedang memetakan pihak mana saja yang berperan dalam transaksi narkoba di dalamnya, termasuk ada kemungkinan keterlibatan aparat.
”Dulu kami sudah masuk ke area itu, tetapi masalah itu (narkoba) muncul lagi. Mungkin ada problem lain, salah satunya ekonomi,” ujar Marthinus.
Contoh lain adalah banyaknya ladang ganja di Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi itu terjadi karena adanya pengaruh sindikat yang kuat sehingga warga yang notabene tidak tahu apa-apa harus berhadapan dengan hukum.
”Para warga diberi modal untuk menanam ganja di hutan, kemudian panennya dikirim ke Jakarta untuk kemudian dipasarkan. Petani hanya mendapatkan Rp 10 juta, sedangkan bandar meraup untung yang lebih besar,” kata Marthinus.
Hal serupa dialami oleh jajaran Polres Metro Jakarta Utara kala masuk ke Kampung Muara Bahari, Kecamatan Tanjung Priok, pada pertengahan Maret 2024 lalu.
Kapolres Metro Jakarta Utara Komisaris Gidion Arif Setyawan mengatakan, Senin (18/3/2024), kampung itu menjadi salah satu area yang berbahaya karena ketika polisi ingin masuk menangkap tersangka penyalahgunaan narkoba, berbagai halangan terjadi.
”Mereka selalu melakukan perlawanan menggunakan petasan, senjata tajam, ketapel, anak panah, bahkan granat asap,” kata Gidion. Cara itu dilakukan untuk menghalang-halangi petugas untuk masuk ke area kampung.
Tidak hanya itu, di setiap sudut juga dipasang kamera pemantau, bahkan drone, untuk memantau pergerakan petugas. Meski dihadang berbagai tantangan, petugas mampu menangkap 26 orang dan tujuh di antaranya dijadikan tersangka atas kepemilikan narkoba dan senjata.
Beragam pencegahan
Oleh karena itu, ujar Marthinus, butuh beragam pendekatan agar masyarakat dapat terlepas dari dekapan para sindikat. Pendekatan itu seperti pendekatan komunitas, intelijen, dan penegakan hukum.
Namun, yang paling penting adalah mengubah pola pikir masyarakat untuk tidak tergiur pada tawaran untuk memperoleh uang secara instan dengan cara yang tidak halal. ”Untuk cara ini, BNN tidak bisa bekerja sendiri, butuh peran banyak pihak,” katanya.
Karena itu, membangun kesadaran secara komunal bahwa narkoba dapat menghancurkan kualitas hidup seseorang harus terus digaungkan. Edukasi dan sosialisasi dari berbagai lini juga harus digencarkan.
Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Alicia Djohar menuturkan, beragam upaya dilakukan untuk membangun kesadaran kolektif, termasuk dengan melakukan edukasi hingga rehabilitasi kepada kelompok masyarakat yang rentan menjadi korban dari penyalahgunaan narkoba.
Para pengguna narkoba juga sulit terlepas dari jeratan narkoba karena takut terkungkung stigma yang telanjur melekat.
Oleh sebab itu, agar mereka dapat terlepas dari jerat jahat narkoba, stigma itu harus terus dikikis dengan bersama mengajak mereka menjalani rehabilitasi dan mengajak untuk melakukan pekerjaan kreatif yang membangun.