Nikmat Berbuka Sembari Menunggu Jemputan Kereta
Tak semua karyawan bisa berbuka di rumah. Bagi para komuter, berbuka di halte dan stasiun menjadi pilihan asyik mereka.
Jam mendekati waktu berbuka puasa saat Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan didominasi pengunjung dengan ”lanyard di leher”, tas ransel, serta kemeja panjang. Dengan wajah masam dan langkah terburu, sebagian dari mereka menenteng kresek berisi makanan.
Kendati lima menit lagi jam berbuka, Ika Wardhani (28) memilih duduk di salah satu deretan kursi tunggu dekat mushala wanita. Ia berhasil transit di Stasiun Manggarai, Jakarta, pada Rabu (13/3/2024), pukul 18.00. Perempuan berhijab ini memutuskan rehat sejenak dibandingkan dengan berlarian menuju peron 12 untuk menunggu kereta arah Stasiun Pasar Minggu.
Tak berlangsung lama, petugas stasiun mengumumkan tiba waktunya untuk buka puasa melalui pengeras suara. Para warga di dalam stasiun dipersilakan makan dan minum dengan tetap menjaga kebersihan.
Ika kemudian membuka kresek yang dibawanya, mengeluarkan air dingin dan nasi ayam yang dibelinya di sebuah minimarket dekat kantornya.
Semua warga yang duduk di deretan kursi itu juga mengeluarkan bekal yang dibawanya. Setelah berdoa, semuanya kompak minum.
”Selamat berbuka puasa Mbak, Bu,” sapa Ika sembari tersenyum kepada sejumlah calon penumpang yang duduk di deretan kursi tunggu bersamanya. Ia juga menawarkan kurma yang dibawanya.
Hal serupa diperlihatkan calon penumpang lain. Mereka aktif menawarkan makanan kepada seorang yang duduk di sebelahnya meski tak mengenal satu sama lain.
”Inilah nikmatnya. Hampir setiap hari bertemu sejumlah orang baru untuk berbuka puasa bersama. Bisa saling berbagi jajanan juga. Malah saya merasa tidak enak kalau tidak membawa bekal,” kata Ika.
Baca juga: Imbas Gangguan Perjalanan KRL, Stasiun Tanah Abang Ditutup Sementara
Momen berbuka puasa di stasiun sudah Ika rasakan sejak tiga tahun lalu. Warga Jakarta Selatan itu bekerja dari pukul 09.00 hingga 17.00 atau bisa lebih. Jika melanjutkan perjalanan ke Stasiun Pasar Minggu, Ika masih memerlukan waktu sekitar 20 menit. Belum lagi berjalan sekitar delapan menit untuk sampai ke rumahnya.
”Orangtua sudah mengerti kalau saya tidak selalu berbuka di rumah. Pesan mereka hanya jangan lupa shalat magribnya,” kata Ika.
Pemandangan umat beragama Islam membatalkan puasa hampir memenuhi seluruh sudut stasiun. Begitu juga petugas stasiun yang menepi untuk meneguk sebotol air. Saat KRL Jabodetabek tiba, terlihat pula penumpang yang berbuka puasa di dalam kereta.
Menjajal kuliner
Di tempat berbeda, warga Jakarta Timur, Irfan (24), memandang buka puasa di stasiun sebagai hal seru dan dinanti-nantikan. Sebab, ia bisa menjajal aneka jajanan yang dijajakan di sekitar stasiun kereta.
Dalam kesehariannya, Ifran memang akrab dengan sejumlah kuliner di sekitar stasiun. Gudeg di Stasiun Gondangdia, dimsum di Stasiun Sudirman, hingga kebab dan nasi kebuli di Stasiun Duren Kalibata menjadi andalannya.
”Daripada tenaga habis di perjalanan, mending buka puasa dulu di sini (stasiun). Kalau sudah kenyang, baru lanjut lagi,” kata seorang pegawai di Jakarta Pusat itu.
Baca juga: Penumpang Boleh Berbuka Puasa di Dalam Kereta atau Bus
Malam itu, Irfan baru sempat berbuka puasa di Stasiun Sudirman pada pukul 18.45 malam. Dengan duduk santai di lantai stasiun, ia menyantap aneka gorengan, dimsum, dan nasi ayam karage.
Bersama seorang rekan kerjanya, Irfan berbuka sembari memantau kereta lewat. Ia juga menganggap buka puasa bersama sebagai momen mempererat pertemanan.
”Dinikmati saja. Ini adalah momen yang akan selalu dikenang,” tuturnya.
”Jangan salah. Sembari menunggu angkutan, stasiun hingga halte di Jakarta juga bisa menjadi tempat ngabuburit asyik. Sebut saja seperti di atas Halte Bundaran HI, kawasan MRT Dukuh Atas, dan di kawasan MRT Blok M,” kata Ricko, temannya, menimpali.
Sehari sebelumnya, perjalanan bus Transjakarta jurusan Blok M-Kota pada Selasa (12/3/2024) mengangkut belasan penumpang yang tengah menunggu azan.
Azan maghrib pun berkumandang melalui aplikasi di gawai salah seorang penumpang Transjakarta. Di deretan kursi nomor dua dari depan, Taufiq Salim (40) mulai meneguk air mineral yang mulanya hanya bisa digenggamnya erat-erat itu. Tindakan itu juga diikuti beberapa penumpang lain.
Kemacetan parah menghalangi niat Taufiq untuk berbuka puasa bersama keluarganya di rumah. Namun, ia selalu mengusahakan agar bisa sampai di rumah sebelum azan maghrib tiba.
Daripada tenaga habis di perjalanan, mending buka puasa dulu di sini (stasiun). Kalau sudah kenyang, baru lanjut lagi.
”Dari hari pertama puasa, belum merasakan buka puasa bareng anak dan istri,” ujar Taufiq yang memulai puasa pada hari Senin.
Meski banyak penumpang yang makan dan minum di dalam bus, petugas Transjakarta memakluminya. Biasanya, penumpang dilarang makan atau minum di dalam bus. Begitu pula petugas kereta yang memaklumi penumpangnya.
Aturan berbuka
Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba membenarkan jika KAI Commuter memperbolehkan penumpang membatalkan puasa di dalam kereta saat perjalanan. Aturan ini berlaku hingga satu jam setelah waktu berbuka puasa.
Adapun petugas kereta juga akan menginformasikan waktu untuk berbuka puasa, baik di dalam perjalanan maupun di area stasiun.
”Namun, penumpang diimbau berbuka dengan makanan dan minuman ringan secara tidak berlebihan. Penumpang juga harus menghindari makanan atau minuman yang berbau menyengat di dalam kereta untuk kenyamanan bersama,” ujar Anne.
Lihat juga: Jelang Waktu Berbuka Puasa di Stasiun Tanah Abang
Anne menuturkan, KAI Commuter juga menyediakan fasilitas dispenser air minum gratis yang bisa dinikmati oleh seluruh pengguna di dalam stasiun. Saat ini, fasilitas tersebut tersedia di Stasiun Juanda, Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Manggarai, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Bekasi.
”Pengguna bisa isi ulang air minum dengan menggunakan botol minum sendiri,” katanya.
Anne pun mengimbau pengguna layanan KRL Jabodetabek untuk tetap disiplin dan menjaga kebersihan saat berbuka puasa dengan tidak membuang sampah sembarangan di dalam kereta ataupun di area stasiun.
Aturan serupa ditetapkan LRT Jabodebek. Manager Public Relations LRT Jabodebek Mahendro Trang Bawono menyampaikan, pemberlakuan aturan ini merupakan bentuk toleransi kepada pengguna jasa LRT Jabodebek yang sedang menjalankan ibadah puasa. Adapun tahun ini adalah kali pertama LRT Jabodebek beroperasi di bulan Ramadhan sejak mulai beroperasi pada 28 Agustus 2023.
”Pengguna LRT Jabodebek diperbolehkan membatalkan puasa dengan makanan dan minuman ringan di dalam kereta. Berlaku hingga satu jam setelah waktu berbuka puasa,” tutur Mahendro.
Ketentuan berbeda diterapkan PT MRT Jakarta yang memperbolehkan para penumpang untuk membatalkan puasa di dalam kereta dengan waktu maksimal 10 menit sejak azan maghrib. Hal ini dikatakan Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta Ahmad Pratomo.
Adapun santapan berbuka yang diperbolehkan adalah air minum dan kurma. Penumpang dilarang berbuka di dalam MRT dengan makanan berat. Minuman selain air mineral juga dilarang.
Begitu pun pada layanan Transjakarta. Kepala Departemen Humas dan CSR PT Transjakarta Wibowo menyebutkan, pelanggan dapat berbuka puasa dengan air minum, kurma, atau makanan ringan di dalam bus dengan durasi 10 menit sejak azan maghrib. Namun, pelanggan tidak diperkenankan mengonsumsi nasi dan lauk pauk, makanan menyengat, dan makanan siap saji lainnya.
”Saat menunggu bus tiba, pelanggan dapat menuju area ritel atau komersial yang terdapat di halte-halte Transjakarta untuk membeli makanan buat berbuka puasa,” kata Wibowo.
Menekan kemacetan
Di sisi lain, Jakarta memang tengah membutuhkan komitmen warganya untuk beralih menggunakan transportasi umum. Sejumlah upaya, seperti perbaikan stasiun dan halte serta penambahan moda transportasi, terus dilakukan untuk menarik minat warga, terlebih para pekerja.
Berdasarkan data TomTom Traffic Index 2023, Jakarta menempati posisi ke-30 sebagai kota termacet di dunia. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan pada 2022 saat Jakarta berada di urutan ke-29.
Meski peringkatnya turun, data menunjukkan bahwa waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menempuh jarak 10 kilometer (km) meningkat 40 detik dibanding tahun 2022.
Sepanjang 2023, kendaraan di Jakarta membutuhkan waktu rata-rata 23 menit 20 detik untuk menempuh perjalanan 10 km. Hasil ini meningkat dari tahun 2022 yang membutuhkan waktu rata-rata 22 menit 40 detik untuk jarak yang sama.
Adapun selama satu tahun di Jakarta, pengendara setidaknya menghabiskan 225 jam dengan 117 jam atau 4 hari 21 jam di antaranya terjebak kemacetan.
Sementara itu, berdasarkan laporan perusahaan ini, waktu paling macet di Jakarta jatuh pada 9 Maret 2023, dengan waktu 30 menit 10 detik untuk menempuh jarak 10 km.
Baca juga: Komuter Boleh Batalkan Puasa di Transjakarta, KRL, dan MRT
Jam sibuk di kota ini terpantau pada Jumat pukul 18.00-19.00, yang memungkinkan pengendara memakan waktu rata-rata hingga 33 menit 40 detik untuk menempuh jarak 10 km.
Meski demikian, nyatanya sebagian besar warga Jakarta masih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk bekerja.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, mengatakan, alasan masyarakat masih banyak yang menggunakan transportasi pribadi karena waktu tempuhnya masih lebih cepat dibanding angkutan umum.
”Saatnya ke depan dibuat yang paling cepat, ya, naik transportasi umum,” ucap Yayat.
Adapun pemerintah telah mengembangkan model transportasi yang terintegrasi, seperti Transjakarta, KRL, LRT, dan MRT. Namun, menurut Yayat, perpindahan antarmoda transportasi masih memerlukan pembayaran tarif baru.
Kemudian, pengguna transportasi umum masih harus menambah perjalanan dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek daring. Akibatnya, biaya total yang dikeluarkan oleh masyarakat bisa lebih tinggi daripada menggunakan kendaraan pribadi.
Saatnya ke depan dibuat yang paling cepat, ya, naik transportasi umum.
”Sebanyak 30 persen pengeluaran masyarakat itu untuk transportasi. Jadi, kalau harga Rp 3.500 sudah bisa mencakup semuanya, ya, masyarakat juga akan bisa berhemat,” katanya.
Untuk menjangkau semua kalangan, fasilitas yang diberikan angkutan umum juga harus setara dengan kendaraan pribadi. Misalnya, angkutan umum harus wangi, nyaman, bersih, tidak sesak, mudah dijangkau, dan tepat waktu.
Fasilitas dan layanan di dalam stasiun ataupun halte juga harus lengkap, baik bagi masyarakat umum maupun warga dengan keterbatasan fisik. Selain itu, jarak keterjangkauan antara angkutan umum dan rumah idealnya 500 meter.
Keputusan sejumlah pekerja yang memilih menunggu angkutan umum dan berbuka puasa di stasiun atau halte perlu diapresiasi. Mereka berkontribusi dalam upaya menekan angka kemacetan di Jakarta.
Selamat beribadah dan menikmati buka puasa, para komuter yang membuat kota lebih baik!