Kisah Rea dan Amanda Berhasil Melenyapkan Niat Bunuh Diri
Rea dan Amanda mengalahkan keinginan untuk bunuh diri. ”Curhat” di medsos dan pendampingan ahli menyelamatkan mereka.
Masyarakat perkotaan rentan terhadap stres dan kecemasan yang berakhir dengan pilihan mengakhiri hidup. Dalam kesehariannya, masyarakat urban kerap berhadapan dengan tekanan ekonomi, tantangan sosial, hingga tekanan gaya hidup.
Akan tetapi, keinginan bunuh diri sebenarnya bisa dicegah. Tidak semua orang yang bunuh diri atau mencoba bunuh diri sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka biasanya ingin penderitaan yang dialami cepat berakhir. Namun, tidak ada bantuan yang bisa diharapkan sehingga pilihan bunuh diri mengemuka.
Hidup di perkotaan dengan tekanan ekonomi dan tantangan sosial pernah membuat Rea (30), warga Tangerang Selatan, Banten, ingin mengakhiri hidup. Beruntung, ia tidak sampai melakukan hal itu dan memilih menjalani hidup dengan lebih baik.
Peristiwa itu terjadi sekitar empat tahun lalu. Perekonomian keluarga Rea saat itu sedang terpuruk. Sebagai tulang punggung keluarga, ia sampai terjerat utang.
Baca juga: Keluarga Korban Bunuh Diri Dikenal Ramah dan Religius
Rea mencoba mencari bantuan dengan bercerita tentang masalah hidupnya kepada temannya, termasuk keinginan mengakhiri hidup. Namun, Rea mendapatkan stigma negatif dari orang terdekatnya.
”Pernah cerita ingin bunuh diri ke teman, tapi malah dianggap alay katanya kurang ibadah. Saat bercerita, saya hanya dimarahin dan itu membuat saya semakin stres. Jadi, saya pun lebih memilih untuk cerita di media sosial (medsos),” tutur Rea, Senin (11/3/2024).
Setelah tiga hari berturut-turut cerita di salah satu media sosial, Rea akhirnya mendapat dukungan mental dari seorang psikolog melalui pesan. Kemudian, ia mulai bercerita apa yang ia rasakan dan percobaan bunuh diri apa saja yang pernah ia lakukan. Hal itu membantunya untuk mencegah tindakan bunuh diri.
”Mungkin sebagian orang menganggap saya aneh karena bercerita di medsos. Tapi, saya rasa akan lebih menakutkan kalau saya pendam sendirian,” kata Rea.
Rea sadar, jika berfokus pada pikiran bunuh diri, itu akan meningkatkan keinginan untuk melakukannya. Oleh sebab itu, setiap tebersit, ia mengalihkan fokus untuk melakukan aktivitas lain yang menyenangkan.
”Bermain gim, pergi ke tempat wisata, olahraga, atau menonton film seru bisa menjadi solusi. Kalau mengajak teman tapi tidak ada yang bisa, tetap berangkat sendiri,” tuturnya.
Bunuh diri bisa dicegah, tetapi harus dengan cara yang tepat.
Kemudian, jika keinginan bunuh diri semakin kuat, Rea menganjurkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Teman mengobrol menurut Rea sangat penting. Jangan sampai seseorang yang tengah depresi tidak memiliki pendamping atau berjalan seorang diri.
Bersyukur
Cerita lain datang dari Amanda (29), warga Jakarta Barat. Pemikiran bunuh diri pertama kali tercetus saat Amanda SMA. Saat itu, ibunya meninggal, kemudian papanya menikah lagi dengan seorang perempuan yang memiliki anak seusianya. Ia merasa selalu dibandingkan dengan saudara tirinya yang lebih pintar.
”Saya benar-benar merasa sendiri saat itu dan ingin menyusul ibuku. Sampai akhirnya saya memilih untuk tinggal bersama nenek di Cirebon beberapa waktu,” kata Amanda.
Waktu pun berlalu dan keadaan semakin membaik. Namun, pemikiran ingin mengakhiri hidup kembali muncul saat Amanda memasuki dunia kerja.
Baca juga: Deretan Kasus Bunuh Diri Sekeluarga, dari Depresi hingga Tekanan Ekonomi
Amanda kuliah di jurusan teknik lingkungan, tetapi saat itu ia bekerja di dunia marketing atau pemasaran. Lingkungan kerja yang buruk dan sering melakukan kesalahan saat bekerja juga membuatnya kerap frustrasi.
”Saat itu kerja, tetapi tidak sesuai dengan kemampuan saya. Saya berencana resign lalu mengakhiri hidup. Saya merasa tidak berguna. Lalu, untuk apa saya hidup?” ujar Amanda.
Pada saat yang bersamaan, sejumlah teman Amanda sudah memulai hidup baru dengan jabatan dan gaji yang diraihnya. Ia terus melamun mengapa dirinya tidak bisa seperti teman-temannya. Memiliki gaji dua digit di usia muda, berpakaian bagus saat bekerja, lalu tertawa sembari makan malam bersama kantor selepas kerja.
Setelah keluar dari pekerjaannya, hampir tiga bulan Amanda memilih untuk menyendiri. Namun, setelah membaca sebuah buku filosofi kehidupan, Amanda perlahan bangkit dan mencoba untuk bertemu dengan dunia luar.
Amanda juga pernah menyakiti diri dengan mengiris pergelangan tangan hingga minum obat dicampur minuman keras. Setelah percobaan bunuh diri itu gagal, ia merasa ada secercah harapan untuk hidup.
”Saya juga konsultasi ke psikolog tanpa pengetahuan orangtua,” lanjutnya.
Setelah konsultasi, salah satu hal yang terus ia terapkan jika keinginan itu kembali muncul ialah terus mengingat hal yang menyenangkan selama hidup. Misalnya, makan makanan favorit, menonton aktor favorit, ataupun menonton series kesukaan. Kemudian, keinginan untuk mewujudkan rencana di masa depan. Itu dapat mencegah keinginan bunuh diri.
Baca juga: Kronologi Kasus Bunuh Diri di Apartemen Teluk Intan
Adapun saat ini Amanda sudah mulai bekerja kembali. Meskipun belum sesuai bidangnya, setidaknya ia mulai menikmatinya.
”Intinya sekarang lebih bersyukur dan selalu melihat orang lain yang di bawah saya. Saya juga masih mempunyai keluarga dan berkeinginan menikah. Di sisi lain, saya sekarang lebih mendekatkan diri dengan lingkungan sekitar dan Tuhan,” tutur Amanda.
Tanda-tanda
Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri, sejak 1 Januari hingga 15 Desember 2023, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.226 jiwa. Jumlah itu naik dari kasus bunuh diri yang melibatkan 902 orang sepanjang tahun 2022. Adapun pada 2021 kasus bunuh diri melibatkan 629 jiwa dan pada 2020 sebanyak 640 orang bunuh diri.
Kasus bunuh diri di kota metropolitan terus menggemparkan publik. Terakhir, empat orang dari satu keluarga tewas bunuh diri dengan melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024) sore. Hingga saat ini pihak kepolisian masih menyelidiki penyebab bunuh diri tersebut.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, menyebut, potensi bunuh diri di perkotaan lebih besar terjadi. Salah satu penyebab utamanya adalah hubungan antarmasyarakat yang lebih renggang.
”Selain itu, kalau di desa, kebanyakan di sekitar rumah itu nasibnya sama atau tidak jauh berbeda, sedangkan di kota lebih beragam,” kata Devie.
Seiring hubungan renggang itu, masyarakat perkotaan cenderung individualistis. Hal ini membuat mereka kerap merasa sendiri saat mengalami masalah dan tingkat depresi semakin tinggi.
Saran untuk melakukan konsultasi dari profesional lebih dianjurkan agar penanganan yang diberikan bisa lebih tepat.
Psikolog klinis dari Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, Wangsa Ayu Vidya Loka, menyampaikan, perilaku bunuh diri umumnya tidak muncul secara tiba-tiba. Seseorang yang hendak bunuh diri biasanya akan menunjukkan sebuah tanda-tanda.
Tanda-tanda tersebut, antara lain, adanya perubahan perilaku, suasana hati, dan penampilan pada seseorang. Orang yang berpikir untuk bunuh diri juga akan mencoba melimpahkan tanggung jawabnya kepada orang terdekat.
Ada pula yang mengutarakan pikiran bunuh dirinya secara lisan ataupun tertulis. Terkadang perilaku bunuh diri juga diawali dengan tindakan lain yang bisa melukai diri sendiri.
”Tanda-tanda bunuh diri harus dikenali oleh orang sekitar. Tanda ini jangan dibiarkan, apalagi dianggap sebagai hal bercanda. Bunuh diri bisa dicegah, tetapi harus dengan cara yang tepat,” kata Wangsa.
Dalam menghadapi orang yang ingin bunuh diri, sebaiknya orang terdekatnya memberikan rasa empati dan reaksi yang tenang. Saat memberikan empati juga harus ditunjukkan dengan keseriusan. Hal itu bisa mencegah keinginan bunuh diri.
Wangsa melanjutkan, sikap terbuka untuk diskusi mengenai keinginan bunuh diri bisa dilakukan. Hal itu juga untuk membicarakan rencana yang aman ketika nanti ada keinginan untuk bunuh diri lagi.
”Akan tetapi, saran untuk melakukan konsultasi dari profesional lebih dianjurkan agar penanganan yang diberikan bisa lebih tepat,” ujarnya.
Wangsa menyampaikan, hal yang harus dihindari ketika ada seseorang yang ingin bunuh diri adalah jangan berdebat dengan menyalahkan tindakan yang akan dilakukan orang tersebut. Apalagi, sampai membandingkan masalah yang dialami dengan masalah orang tersebut.
*Artikel ini tidak dimaksudkan untuk menginspirasi Anda melakukan tindakan serupa. Jika Anda mengalami depresi atau bermasalah dengan kesehatan jiwa, segera hubungi psikolog atau layanan kesehatan mental terdekat.*