Menggeluti ”Cosplay”, Meningkatkan Industri Kreatif
Generasi muda yang hobi permainan kostum atau ”cosplay” terus meningkat. Hal itu mendukung industri kreatif Indonesia.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
Animo generasi muda untuk menjalani hobi permainan kostum (cosplay) terus meningkat. Kondisi ini dipengaruhi oleh kian banyaknya media yang bisa digunakan untuk mengekspresikan diri serta besarnya peluang untuk memperoleh cuan.
Hal ini mengemuka dalam salah satu diskusi yang menghadirkan salah satu cosplayer ternama, Alexander Bella, yang digelar dalam Animakini 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (5/12/2023). Dalam diskusi tersebut, Bella mengemukakan animo anak muda untuk turut berkecimpung dalam fenomena cosplay kian besar.
”Mereka (anak muda) banyak beranggapan daripada hanya mengoleksi figur dalam bentuk mainan lebih baik berperan menjadi figur itu sendiri,” kata Bella. Ia sendiri sudah berkecimpung menjadi cosplayer sejak 2012.
Awalnya ia hanya menjadi main gim dan nonton. Pertama kali diajak oleh teman untuk menjadi figur kartun Jepang. ”Waktu itu hanya menggunakan baju sekolah Jepang,” ujar Bella.
Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai mengeksplorasi berbagai karakter yang ada di dalam gim dan animasi. Untuk menyesuaikan kostum dengan karakter yang dituju, ia juga tidak segan melakukan riset. Tujuannya agar tidak keliru dalam menyesuaikan sifat dari figur yang akan ditiru dengan kostum yang digunakan.
Seiring dengan semakin banyaknya gim dan animasi yang bermunculan di Indonesia, animo generasi muda menjadi cosplayer semakin besar. ”Kini banyak event dan komunitas cosplayer yang muncul. Mereka rata-rata merupakan anak muda yang juga pelajar hingga mahasiswa,” kata Bella.
Di sisi lain, menjadi cosplayer juga mendatangkan pendapatan yang cukup menggiurkan. Biasanya datang ketika menjadi kreator konten, endorsement, dan ada permintaan dari pengelola bioskop untuk menirukan tokoh tertentu jika ada film yang baru tayang.
Sekarang banyak anak muda yang mulai tertarik dengan animasi. Ini diharapkan dapat mendukung keberadaan industri kreatif di Indonesia. (Aaron Hadinata)
Nayla Elvareta (18), mahasiswi Institut Kesenian Jakarta, merasa tertarik menjadi cosplayer karena memang teman-temannya juga melakukan hal serupa. ”Sejak sekolah sudah ada komunitas cosplay,” ujarnya.
Untuk memenuhi rasa penasarannya menirukan karakter tertentu, ia rela mengeluarkan uang untuk membeli atau menyewa kostum yang diperlukan. ”Saya pernah membeli kostum dengan harga sekitar Rp 2 juta,” katanya.
Namun, uang yang ia keluarkan itu sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. ”Saya sering mengikuti event dan dari sana saya memperoleh cuan. Dalam sebulan rata-rata bisa mendapatkan uang sekitar Rp 3 juta,” kata Nayla.
Ketua Pelaksana Animakini 2023 Aaron Hadinata mengatakan, keberadaan cosplayer mendukung keberadaan industri animasi. ”Dengan adanya cosplayer, penikmat animasi teringat kembali dengan karakter tertentu,” katanya.
Menurut dia, perkembangan cosplay selaras dengan kemajuan industri animasi. ”Sekarang banyak anak muda yang mulai tertarik dengan animasi. Ini diharapkan dapat mendukung keberadaan industri kreatif di Indonesia,” kata Aaron.