Cairan hingga Sisa Makanan, Barang Bukti Penting dari Kasus Kematian di Koja
Sejumlah barang bukti penting di dalam rumah Rusdi Hamka yang dianggap penting untuk analisis dan pemeriksaan lanjutan oleh tim ahli. Beberapa di antaranya adalah cairan dan sisa makanan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi mengumpulkan beberapa barang bukti yang dinilai penting di rumah Hamka Rusdi (50) di Jalan Balai Rakyat V, RT 006 RW 003, Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Sejumlah ahli dilibatkan dalam penyelidikan kasus kematian misterius Hamka dan anaknya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Iver Son Manossoh mengatakan, pihaknya mengumpulkan sejumlah barang di dalam rumah Hamka yang dianggap penting untuk analisis dan pemeriksaan lanjutan oleh tim ahli.
”Kami ambil di TKP beberapa sampel, seperti benda cairan, sisa makanan, kemudian beberapa benda yang kami anggap penting untuk kepentingan pemeriksaan laboratorium forensik,” ujar Iver, Selasa (31/10/2023).
Dalam pengumpulan barang bukti itu, kata Iver, sejumlah tim ahli ikut serta, seperti ahli histopatologi forensik, untuk menganalisis kemungkinan ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh Hamka. Jika ada, apakah itu signifikan atau menjadi salah satu penyebab kematian.
Selanjutnya, ada ahli toksikologi untuk mengidentifikasi unsur keracunan, obat-obat keras, atau berhubungan dengan kematian korban Hamka dan AQ.
Selain itu, ahli dari Asosiasi Psikologi Forensik untuk memeriksa atau identifikasi secara psikologi forensik melalui otopsi, observasi TKP, dan analisis psikologi terhadap subyek korban yang disertai dengan temuan barang bukti.
”Petunjuk atau bukti di TKP menjadi bahan analisis para ahli. Penanganan korban saat ini terus berjalan. Mudah-mudahan dengan metode scientific dengan melibatkan berbagai pihak ini akan menjawab apa yang menjadi sebab-sebab almarhum meninggal di TKP,” ujar Iver.
Terkait dengan jejak komunikasi di telepon seluler terakhir pada 18 Oktober, polisi masih perlu memeriksa lebih lanjut. Dari jejak itu, ada percakapan Hamka dengan keluarganya terkait dengan keluhan tentang sakit tenggorokan.
Kami rawat di sini karena kondisinya sangat memprihatinkan. HB rendah dan lemah karena kemungkinan sudah beberapa hari tidak makan. Kami fokus perbaikan kondisi umum.
Dari pemeriksaan lanjutan dan beberapa barang bukti, seperti kartu keluarga, diketahui bahwa Hamka berusia 50 tahun, NP berusia 30 tahun, ADA berusia 2 tahun, dan AQ berusia 11 bulan.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramatjati Brigadir Jenderal (Pol) Hariyanto mengatakan, pihaknya fokus pada pemulihan kesehatan NP dan perbaikan kondisi secara umum agar ia cepat pulih secara fisik. Hal ini dilakukan agar tim penyidik bisa berkomunikasi dengan NP untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya. Selain itu, NP juga akan menjalani pemeriksaan dan pendampingan psikologis jika kondisi kesehatannya sudah membaik.
”Kami rawat di sini karena kondisinya sangat memprihatinkan. HB rendah dan lemah karena kemungkinan sudah beberapa hari tidak makan. Kami fokus perbaikan kondisi umum,” kata Hariyanto.
Untuk penyelidikan lanjutan terkait Hamka dan anaknya, AQ, kata Hariyanto, pihaknya masih berupaya melakukan pemeriksaan lanjutan. Kondisi jenazah yang sudah membusuk membuat identifikasi menjadi sulit.
Oleh karena itu, tim dokter perlu memeriksa atau melakukan uji mikroskopik, seperti histopatologi atau mendiagnosis penyakit melalui pengamatan pada jaringan tubuh manusia. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan toksikologi atau mendiagnosis kandungan zat kimia yang dapat membahayakan manusia. Terakhir ialah melakukan tes asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA).
Dari pemeriksaan sementara ditemukan bercak darah di sekitar jasad Hamka. Bercak darah juga ditemukan menempel di tubuh NP. Pada AQ, ada luka di bagian wajah dan kening. Rangkaian uji mikroskopik perlu dilakukan untuk menjadi bahan pemeriksaan lanjutan, bahan analisis kasus, sehingga kematian Hamka dan anaknya bisa diketahui, serta untuk mengetahui darah siapa yang menempel di tubuh NP.